Yoghy Putra
7 min readMay 6, 2021

Krisis Keuangan Argentina 1998-2002: Kolapsnya Ekonomi Argentina Akibat Sistem Mata Uang Tetap dan Hutang yang Membuat Ekonomi Menjadi Tidak Kompetitif

Sumber: elpais.com
Desember 2001, akibat lonjakan angka kemiskinan dan pengangguran, rakyat Argentina yang putus asa mulai melakukan demonstrasi besar-besaran dan kerusuhan pun tak terelakkan.

Krisis Keuangan Argentina 1998 adalah krisis ekonomi yang melanda Argentina dari tahun 1998 hingga 2002. Krisis ini diikuti oleh stagnasi ekonomi akut yang melanda Argentina selama 15 tahun. Tak heran lagi jika krisis Argentina ini dijuluki sebagai Depresi Besar versi Argentina.

Sebelum krisis 1998 ini terjadi, Argentina telah mengalami berbagai krisis ekonomi dan keuangan akibat diperintah oleh rezim militer yang represif. Krisis kali ini diduga terjadi akibat kekakuan moneter yang diterapkan oleh pemerintah Argentina yang tetap mempertahankan kebijakan sistem kurs tetap.

Akibat tetap kekeh mempertahankan kebijakan kurs tetap, mata uang Peso pun mengalami overvaluasi dan menyebabkan ekonomi menjadi tidak kompetitif dimana ekspor anjlok dan impor justru melonjak. Kondisi inilah yang membuat Argentina menjadi tidak sehat lantaran ketidakseimbangan berkepanjangan pada neraca perdagangan.

Latar Belakang Terjadinya Krisis: Peg Mata Uang yang Membuat Ekonomi Argentina Menjadi Tidak Kompetitif

Pada 1983, ekonomi Argentina sedang mengalami krisis karena lonjakan hutang dari US$ 8 Milyar menjadi US$ 45 Milyar, output produksi yang anjlok hingga 20%, upah riil yang jatuh hingga 36%, hingga tingginya angka pengangguran. Pada 1987, inflasi kembali menanjak hingga mencapai puncaknya pada 1989. Secara total, inflasi Argentina mencapai 5000%.

Demi menstimulasi perekonomian, menstabilkan kurs dan meredam inflasi, kebijakan sistem kurs tetap diberlakukan pada tahun 1991. Menteri perekonomian Argentina Domingo Cavallo mem peg mata uang lokal dimana 1 Peso setara dengan US$1. Pemerintah pun membolehkan transaksi dalam negeri menggunakan Dollar AS dan tabungan mata uang lokal di bank juga diperbolehkan untuk dikonversi ke Dollar AS.

Pada 1990-an, Dollar AS sedang mengalami apresiasi dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya. Peg mata uang Argentina terhadap Dollar AS pun telah membuat nilai mata uang peso juga ikut mengalami apresiasi. Ketika pihak asing mulai mempercayai Argentina, investasi asing pun mulai deras memasuki Argentina. Ekonomi Argentina mulai pulih kembali dan PDB nya bertumbuh hingga 50% dari tahun 1990 hingga 1998.

Peg mata uang peso terhadap dollar AS telah membuat ekspor Argentina menjadi sangat mahal terutama ke negara-negara mitra dagang utamanya di Amerika Latin, tak heran lagi ekspor mereka anjlok. Disisi lain, impor menjadi sangat murah, barang-barang impor pun mulai membanjiri masuk Argentina. Mahalnya ekspor Argentina membuat ekonomi Argentina menjadi tidak kompetitif. Industri dalam negeri yang mengandalkan ekspor pun mulai terkena dampaknya.

Sayangnya, impor yang melonjak serta ekspor yang anjlok menyebabkan Argentina harus berhutang untuk menutupi defisit neraca perdagangannya. Untungnya, masifnya investasi asing yang masuk ke Argentina membuat neraca kapital mereka surplus dan dapat menutupi defisit neraca perdagangannya. Penduduk Argentina juga mulai membeli barang impor dalam jumlah yang tidak sedikit serta mulai mengambil pinjaman dalam bentuk dollar AS, akibatnya hutang pemerintah, korporasi, dan rumah tangga pun melonjak.

Akibat neraca perdagangan yang selalu defisit, rasio hutang publik Argentina pun terus meningkat secara masif yang tadinya dibawah 50% PDB, kemudian terus melonjak ketika memasuki dekade 2000-an. Peg mata uang lokal terhadap Dollar AS yang tadinya dianggap obat, justru bumerang. Hal inilah yang membuat perekonomian Argentina justru menjadi lebih tidak sehat karena efek samping yang terjadi justru lebih merusak.

Ekonomi Argentina yang ditopang oleh hutang dan investasi asing pun membuat posisi mereka menjadi rawan jika pelarian modal dalam skala masif terjadi. Jika pelarian modal terjadi, bagaimana pemerintah dapat menutup defisit pada neraca perdagangannya yang selama ini mengandalkan investasi dan hutang asing?

Terjadinya Krisis: Ketika Krisis di Negara Berkembang Merembet Ke Argentina

Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi yang lumayan pesat pada awal dekade 1990-an. Akhir dekade 1990-an, krisis moneter yang melanda negara berkembang di Asia mulai merembet ke Russia dan Brazil. Merebaknya krisis keuangan di negara emerging market membuat biaya pinjaman hutang ke negara berkembang meningkat. Hal inilah yang menekan perekonomian negara berkembang tersebut.

Krisis keuangan yang melanda Brazil menyebabkan mereka harus mengurangi impor. Argentina yang menjadi mitra ekonomi utama Brazil di Amerika Latin pun mulai terkena dampaknya. Argentina justru mempertahankan peg nya dan membuat komoditas pertanian ekspor Argentina menjadi semakin mahal ketika Dollar AS semakin meningkat nilainya. Ekonomi Argentina pun semakin tertekan ketika defisit anggaran mulai melonjak dari yang tadinya sebesar -2% pada 1996, melonjak menjadi -5% pada 1998.

Memasuki tahun 1998, ekonomi Argentina memasuki resesi berkepanjangan hingga dijuluki Depresi Besar Argentina. Ketika kreditur dan investor asing Argentina mulai kehilangan kepercayaan terhadap Argentina, masalah pelarian modal pun terjadi dan membuat Argentina mulai tergantung pada pinjaman IMF untuk menopang ekonominya.

Kebijakan Perbaikan: Pemberlakuan Kebijakan Kontraksioner, Kebijakan Penghematan Hingga Pembekuan Rekening Bank

Pada Desember 1999, Presiden baru Argentina yaitu Fernando de la Rúa mulai mengajukan pinjaman kepada IMF untuk menyelamatkan ekonomi Argentina. Maret 2000, bantuan pinjaman sebesar US$ 7,2 Milyar pun diberikan kepada Argentina. December 2000, pemerintah de la Rua juga mendapatkan paket pinjaman pertolongan multilateral sebesar US$ 40 Milyar yang diberikan oleh IMF.

Pada akhir 1999, presiden De la Rúa juga mulai memberlakukan kebijakan penghematan yaitu memotong belanja pemerintah sebesar US$ 1.4 Milyar demi mengurangi defisit anggaran. Pada tahap kedua, pemerintah pun mengurangi belanja lagi hingga US$ 938 Juta dan menaikkan penerimaan pajak hingga US$ 2 Milyar. Pemerintah pun juga mencoba untuk melobi kreditur asing untuk menghapus sebagian pinjaman hutang yang gagal bayar.

Walaupun telah melakukan serangkaian kebijakan kontraksioner dan kebijakan penghematan, krisis tetap saja seperti tak membaik karena pertumbuhan ekonomi justru semakin menurun akibat kebijakan-kebijakan tadi. Pemerintah Argentina tetap saja gagal mencapai target defisit anggaran yang telah ditentukan oleh IMF. IMF pun terpaksa menolak bantuan pinjaman tambahan sebesar US$ 1,3 Milyar.

Demi meminimalisir terjadinya bank run, menteri keuangan Argentina, Cavallo juga memberlakukan pembekuan semua rekening bank terutama rekening Dollar AS untuk jangka waktu 3 bulan. Maksimal uang tunai yang dapat ditarik juga hanya sebesar US$ 250 per minggunya.

Sumber: en.m.wikipedia.org
Akibat meninggalkan kebijakan peg, mata uang Peso pun mengalami lonjakan inflasi.

Pada Januari 2002, Argentina akhirnya meninggalkan kebijakan sistem nilai tukar tetap Peso nya terhadap Dollar AS menjadi sistem mengambang bebas. Setelah kebijakan peg ditinggalkan, Peso Argentina pun mengalami lonjakan inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan April 2002 sebesar 10,4%. Secara total nilai Peso telah terdepresiasi terhadap Dollar AS hingga 80%. Satu Peso yang tadinya setra US$ 1, menjadi 4 Peso per US$ 1 pada 2002.

Dampak Krisis: Menurunnya Standar Hidup Rakyat Argentina dan Skandal El Corralito

Sumber: bbc.com
Akibat krisis keuangan, inflasi Argentina melonjak dan PDB riil anjlok.

Akibat terjadinya krisis ini sangatlah buruk bagi rakyat Argentina dimana PDB mereka berkontraksi hingga 28% dari tahun 1998 hingga 2002. PNB Argentina juga anjlok hingga -11% pada 2002. Output produksi juga jatuh hingga lebih dari 15%. Lebih dari 50% penduduk Argentina juga hidup dibawah garis kemiskinan. Sekitar 7 dari 10 anak-anak disana juga hidup miskin.

Angka kemiskinan yang tadinya hanya 36% pada 2001, melonjak menjadi 54,7% pada 2003. Akibat banyaknya perusahaan Argentina yang bangkrut, PHK massal pun terjadi dan menyebabkan angka pengangguran naik dari 16,4% pada 2001, melonjak hingga 25% pada 2003. Standar hidup rakyat Argentina pun menjadi turun.

Mata uang peso pun telah kehilangan nilainya hingga 75%. Sejak 1998 hingga 2001, akibat menurunnya kepercayaan pada perbankan nasional, sekitar 25% dana di bank pun telah ditarik oleh para deposan yang panik. Peristiwa bank run inilah yang justru membuat krisis ekonomi Argentina menjadi lebih parah.

Sumber: elpais.com
Akibat pembekuan rekening bank secara sepihak serta skandal El Corralito, rakyat yang marah mulai menyerbu bank dan melakukan pengrusakan untuk melakukan protes.

Pembekuan rekening bank pun membuat nasabah bank panik. Mereka mulai menyerbu bank-bank dan melakukan protes besar-besaran lantaran tidak bisa menarik tabungannya sendiri. Mereka boleh menarik simpanannya asal mau dikonversi menjadi Peso.

Rakyat Argentina menyebut skandal ini sebagai skandal El Corralito dimana pemerintah secara sepihak mengonversi semua rekening Dollar menjadi Peso dengan memberlakukan kurs lama satu dollar untuk satu peso. Akibatnya, nasabah yang memiliki tabungan sebesar US$1000 hanya tersisa menjadi US$250. Sekitar 75% nilai tabungan mereka pun telah dirampok oleh pemerintahnya sendiri.

Kesimpulan: Pelajaran Krisis Keuangan Argentina 1998

Sumber: taringa.net
Rakyat yang sedang protes pembekuan rekening bank dan skandal El Corralito menulis dalam bahasa Spanyol "Bank perampok, kembalikan dollar kami".

Argentina memang memiliki nasib yang kurang baik lantaran terlalu lama dicengkeram oleh rezim militer yang represif membuat perekonomian mereka selalu jatuh bangun. Energi yang seharusnya dipakai untuk membangun perekonomian justru habis untuk perseteruan dalam rezim militer.

Kebijakan peg mata uang peso terhadap dollar AS justru menjadi bumerang dimana ekspor mereka menjadi kurang kompetitif dan disisi lain impor mengalir deras memasuki negara tersebut. Kondisi ini tentu membuat sektor ekonomi domestik menjadi tertekan. Bisa dibilang bahwa krisis Argentina terjadi ketika negara terlalu banyak mengimpor dan terlalu sedikit mengekspor.

Akibatnya, Ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan pun membuat ekonomi mereka menjadi tidak sehat akibat defisit berkepanjangan. Ketika krisis melanda negara berkembang, akibat ketidakseimbangan ini perekonomian Argentina pun akhirnya terjatuh juga dalam krisis.

Krisis ini memberikan kita pelajaran agar setiap negara patut untuk menyeimbangkan sektor impor dan ekspor, bahkan kalau bisa ekspor terus ditingkatkan agar pemasukan negara meningkat sehingga perekonomian menjadi lebih sehat dan kuat dari kemungkinan terjadinya krisis.

Referensi:

https://www.economicshelp.org/blog/5422/economics/argentina-crisis-and-recovery/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/1998%E2%80%932002_Argentine_great_depression#

https://policy-perspectives.org/2017/11/14/the-argentine-financial-crisis-causes-and-lessons-learned/amp/