Designing KeMuseum Application as an Easily Accessible Media & Helping Someone Who Wants to Visit the Museum

Yon Safira
8 min readJan 26, 2023

--

History has been written by the victors -Winston Churchill-

Studi kasus pada fitur yang saya buat disini adalah mengenai Informasi Museum itu sendiri, seperti jam buka, penejlasan museum hingga lokasi project ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas di Binar Academy UI/UX Research and Design Bootcamp, dimentori dan akan dievaluasi oleh Mas Aldy

Desclaimer

  • Studi Kasus dan eksplorasi UI tidak berafiliasi dengan aplikasi lain, hanya terbatas pada hasil riset dan eksplorasi pribadi dan kelompok.
  • Adapun batasan dalam eksplorasi ini diantaranya saya tidak dapat menyelesaikan masalah apapun terkait teknis seperti keakuratan informasi pada fitur hasil eksplorasi (sistem maps dan kepadatan pada transportasi umum dan halte/stasiun).
  • Fokus riset dan eksplorasi desain aplikasi adalah pada penemuan atas permasalahan dan solusi desain interface yang memengaruhi pengalaman pengguna yang di diskusikan dan ditemukan dari kolaborasikelas UI/UX bersama kelas PM Binar Academy.

Problem Statement

Menurut Peraturan Pemerintah № 66 Tahun 2015 yang berasal dari lama Kemendikbud, Museum merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengomunikasikan, dan memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan takbenda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.

Secara etimologis kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani “mouseion” yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (9 dewi seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

Keberadaan museum bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Hampir semua wilayah Indonesia memiliki museum. Megutip jurnal dari Prasetyo dkk (2021), saat ini Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 439 museum. Di Jakarta sendiri terdapat 75 museum yang ada di Jakarta saat ini, menurut laporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Jumlah pengunjung museum pada tahun 2019 mencapai 11 juta pengunjung, hal ini merupakan jumlah yang tercatat sebelum terjadinya Pandemi Covid 19.

Data Kunjungan Museum (Sumber: Google Map Review)

Masyarakat memiliki berbagai macam tujuan ketika berkunjung ke Museum, ada yang sekedar ingin berwisata, ingin benar-benar belajar sejarah, hingga tujuan lainnya. Namun, belum tersedianya platform antar museum di Jakarta yang terintegrasi baik secara fitur dan pembayaran. Masing-masing museum (bila ada) hanya fokus mengembangkan aplikasi untuk museum sendiri.

Sebagai tindak lanjut dilakukan pengembangan solusi melalui desain aplikasi (UI design) untuk dapat membantu user mendapatkan informasi, rekomendasi, lokasi, hingga jadwal buka Museum yang berada di Jakarta

Tentunya dalam merancang desain UI ini dilakukan berdasarkan desain proses yang telah dilakukan.

Design Process

Project Specification

Timeline : 14–27 November 2022
Team :

  • Yon (UI Designer)
  • Oktavira Revi (UI Designer)
  • Dina Riana(UX Research)
  • Gunung Albersius (Team Leader)
  • Matthew Nazelie (Scrum Master)

Tools : Figma

Setelah mengerjakan dengan tim, saya memulai pekerjaan di fase ini secara individu pembagiannya bedasarkan fitur yang akan dibuat. Saya sendiri membuat fitur homepage hingga profile museum. Pengembangan project ini tetap berdasar pada riset yang sebelumnya telah selesai dilakukan.

Empathy

Tentang KeMuseum

KeMuseum.id

KeMuseum adalah solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kekurangan infrastruktur informasi pariwisata digital khususnya, wisata sejarah (museum) di Jakarta. Melalui Mobile Apps dengan fitur informasi yang lengkap tentang museum, pembelian tiket dan tour guide serta metode pembayaran yang beragam.

Identifikasi Masalah

Motivasi yang melatarbelakangi proyek digital ini didasarkan pada kurangnya informasi mengenai museum-museum di Jakarta, hanya beberapa museum yang sudah memiliki aplikasi terkait museum tersebut. Masing Museum tersebut memiliki platform atau mediumnya masing, tidak memiliki sistem yang terpusat dalam satu pintu mengenai museum museum di Jakarta

Define

User Persona

Dari hasil survey, kami membuat user persona untuk memrepresentasikan user secara nyata agar membantu kami dalam mencari solusi. Berikut User Persona yang kami buat :

User Persona

Point Of View

POV diambil dari hasil user persona yang telah dibuat dan hasil survey. Lalu kami mengambil preferensi dan opini user. Lalu dibuatlah POV seperti berikut :

POV

How Might We

  • Bagaimana cara agar user dapat mendapatkan
    informasi mengenai jam buka operasional, harga tiket masuk dan isi yang terdapat pada museum tersebut
  • Bagaimana membuat user mengetahui lokasi yang akurat, hingga akses menuju museum yang akan dikunjungi?

Ideate

Terdapat beberapa solusi yang bisa diimplementasikan pada desain, diantaranya:

  • Menyediakan fitur informasi lokasi, yang dimana memberikan lokasi museum terkait kemudian akan diarahkan pada rute dan pilihan kendaraan, untuk pilihan transportasi umum user akan diarahkan ke lokasi museum beserta rekomendasi kendaraan, waktu tempuh hingga kendaraan umum apa yang akan digunakan.
  • Menyediakan fitur berita/informasi Museum pilihan disesuaikan dengan kebutuhan user yang disajikan dalam bentuk teks, pada bagian ini juga terdapat informasi mengenai jadwal buka dan tutupnya Museum.
  • Menyediakan fitur Favorit, pada fitur ini user akan ditampilkan dengan daftar museum paling favorit bedasarkan paling banyak dikunjungi di Jakarta.

Flowchart

Selanjutnya, menyusun sebuah flowchart untuk memetakan alur pengguna berdasarkan pengalaman (user persona) yang diharapkan dari pengguna aplikasi ini. Penyusunan flowchart membantu bagaimana dan dimana fitur baru bisa diaplikasikan dengan baik.

Flowchart KeMuseum

Flowchart yang telah dikonsepkan akan diturunkan pada desain wireframe dengan kualitas low fidelity sekaligus menyusun alur pengguna menyelesaikan suatu task atau biasa disebut wireflow.

Wireframe & Wireflow

Wireframe membantu untuk menyempurnakan konsep yang akan disajikan sebagai solusi nantinya. Hal ini memungkinkan untuk melakukan Iterasi secara efesien dalam hal waktu dan biaya
dalam hal ini terdapat flow yang cukup singkat dimana fitur memilih museum sampai detail museum terkaitnya

Wireframe & Wireflow

Pada bagian ini salah satunya terdapat fitur yang menjawab permasalahan dari user yaitu informasi lokasi, yang dimana berapa jarak dari rumah ke museum, informasi akses kendaraan menuju tujuan. Pada bagian ini terdapat tahapan yang sangat singkat yang diharapkan efektif & mampu menjawab permasalahan dari user.

Prototype

Proses pembuatan mockup (high-fidelity) aplikasi KeMuseum menggunakan software Figma, beberapa komponen dalam design system telah disusun untuk memudahkan dan menjaga konsistensi proses desain.

Design System/Component

Jenis huruf yang digunakan adalah “Roboto” adalah jenis keluarga huruf sans-serif neo-grotesque yang dikembangkan oleh Google sebagai font sistem untuk sistem operasi selulernya Android, dirilis pada tahun 2011 untuk Android 4.0 “Ice Cream Sandwich”. Seluruh keluarga font telah dilisensikan di bawah lisensi Apache. Pada tahun 2014, Roboto didesain ulang untuk Android 5.0 “Lollipop”. Terdapat 2 kategori warna yang digunakan yaitu, warna Primer atau sebagai warna utama, warna sekunder atau warna kedua.

Colors & Typography

Berikut merupakan design menjadi high fidelity yaitu Mockup. Mockup memberikan gambaran atau visualisasi rancangan konsep desain yang akan diterapkan pada sebuah produk. Mockup pada KeMuseum disini terdiri dari visualisasi yang sudah jelas yang menggambarkan bagaimana tampilan dari desain suatu aplikasi nantinya.

Pada bagian disini menjawab permasalahan user mengenai informasi lokasi dan akses transportasi menunju ke museum, tampilan yang digambarkan berupa peta petunjuk yang sudah menggambarkan bagaimana nantinya user akan menggunakan dengan journey yang cukup singkat.

Berikut design high fidelity :

Mocup KeMuseum

Link Mockup https://www.figma.com/file/pT7fKCgNSeMlOwB4UOtMPJ/KeMuseum.com?node-id=265%3A13848&t=wnIBSP0bdCSDngYH-1

Detail UI Design

Test

Usability Testing

Tahap terakhir adalah testing untuk mengevaluasi hasil prototyping. Usability Testing digunakan untuk mengetahui apakah solusi yang telah ditemukan dapat menyelesaikan masalah dan dapat diterima oleh user. Beberapa skenario disusun untuk diuji yang selanjutnya dinilai dengan bantuan aplikasi Figma. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan tester/users untuk mendapatkan findings.

User testing bukanlah pengujian terhadap user, tetapi user melakukan pengujian terhadap produk. Tes ini dijalankan untuk mengetahui apakah desain yang dibuat sudah cukup mudah bagi user yang akan menggunakan produk tersebut. Usability Testing ini bertujuan mengetahui prospek dan potensi desain yang dibuat dalam mencapai kebutuhan user. Berikut Usability Testing :

  1. Target User
    Karyawan/mahasiswa di Jakarta.
    Menyukai kegiatan berkunjung ke Museum atau rutin melakukan kunjungan ke Museum.
  2. Jumlah Partisipan
    Jumlah partisipan atau user berjumlah 3 orang
  3. Tugas
    1. User adalah seorang yang sering melakukan kunjungan ke Museum user, diarahkan untuk menemukan museum yang di beritahukan sebelumnya lalu, mencari informasi terkait waktu dan rute museum.
    2. User memilih fitur pembelian tiket museum hingga proses finalisasi pembayaran.
  4. Tools
    Tools yang digunakan dalam melakukan usability testing ini adalah figma dan Zoom Meet
Feedback Capture Grid

Usability Testing dilakukan oleh UX Researcher dimana hasil dari UT tersebut menghasilkan feedback yang kemudian dilakukan iterasi oleh UI Designer dengan merubah atau merevisi sesuai masukan dari user.

Iterasi

Setelah dilakukannya Usability Testing maka muncul beberapa temuan yang memberi insight baru sehingga dapat dilakukan penyesuaian desain kembali untuk menemukan solusi desain yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan utama yaitu memecahkan masalah. Berikut beberapa iterasi yang dilakukan:

Feedback Finding : Iterasi 1 (Fitur Galery Museum)
Feedback Finding : Iterasi 2 (Fitur Pilih Rute & Tombol Beli Tiket)

berikut merupakan prototyping dari aplikasi KeMuseum

https://www.figma.com/proto/pT7fKCgNSeMlOwB4UOtMPJ/KeMuseum.com?node-id=636%3A22617&scaling=scale-down&page-id=265%3A13848&starting-point-node-id=636%3A22617&show-proto-sidebar=1

Conclution

Fitur pada museum yang dipilih seperti Profile Museum memudahkan user mengetahui informasi mengenai lokasi hingga rute yang dapat di pilih bedasarkan kendaraan pribadi maupun tranportasi umum. Khusus menggunakan transportasi umum, terdapat informasi yang lengkap memudahkan user dalam mencapai tujuannya ke Museum yang ia akan kunjungi, karena terdapat transportasi yang digunakan waktu tempuh hingga harga yang dikeluarkan. Informasi mengenai jadwal buka tutup Museum bedasarkan museum terkait. Adapun beberapa catatan produk yang dapat dikembangkan:

  • Fitur pada profile Museum dapat dikembangkan dimana masing-masing memiliki pilihan menu seperti “KeKoleksi” yang berisi koleksi museum, menu “KeTur” dimana informasi mengenai tour guide, hingga “KePengunjung” dimana berisi informasi mengenai jumlah kunjungan, dan komentar dari pengunjung.
  • Pilihan kategori museum yang terdapat pada museum favorit dimana, nantinya museum-museum tersebut dapat di klasifikasikan sesuai dengan kategorinya, seperti, museum sejarah, politik, militer, seni dsb
  • Pilihan kategori Berita & Pameran dapat memuat mengenai informasi hingga berita terkait dengan museum di Jakarta.

Project ini dieksekusi (November-Desember 2022), sehingga masih sangat potensial untuk dikembangkan sebagai solusi yang relevan untuk membantu masyarakat saat ini, khususnya meningkatkan kunjungan museum di Jakarta.

Yon Safira | Oktavira Revi| Dina Riana | UI/UX Research and Design wave 28
Gunung Albersius | Matthew Nazelie | PM Wave 21

--

--