Lakuna; Ruang Kosong.

dear A🌷
3 min readJul 30, 2023

Ombak tenang, Cahaya rembulan yang redup, membuat kesan indah di mata Amora, sebegitu sukanya ia dengan pantai, bagi-nya mendeskripsikan pantai itu adalah hal yang mustahil, penggambaran yang sulit untuk di tafsirkan.

Begitu pula pandangan Jevin menatap adik perempuan satu satu-nya ini, pertanyaan yang tak ia suka keluar dari pikiran adiknya.

“apakah ia malu mempunyai adik seperti amora?”

Tidak. Tidak, pernah terpikirkan di dalam otaknya tentang ‘apakah ia malu’ , nyata nya, dia sangat berterima kasih akan kehadiran Amora dalam hidupnya, bagi-nya, Amora adalah sebuah anugrah dari tuhan yang di titipkan kepada nya.

Adik kecilnya, Jevin sangat menyayangi adiknya.

“Bang, kenapa bawa mora kesini dah? Tumben amat” ucap Amora, ia memincingkan matanya menatap sang kakak laki lakinya itu dengan curiga, Jevin terkekeh, membuat Amora kesal.

“Abang!!”

Jevin menghentikan kekehannya, ia menatap adiknya, menjatuhkan dirinya di pasir pantai, menatap ombak yang begitu tenang. “sini duduk” ucapnya kepada sang adik, Amora hanya bisa mengikuti kemauan sang kakak laki laki nya.

“Jadi???”

Jevin tak menatap adiknya itu, namun ia menatap ombat laut yang terlihat tenang itu, “menurut mu, seberapa besar sayang abang ke kamu?” Tanya jevin, tanpa melihat adiknya itu, Amora terlihT berfikir.

“Besuaaarrrr Buangggetttt!!” Ucap Amora membuat lingkaran besar, Jevin menatap adiknya, ia tertawa, benar benar tertawa lepas.

“Ish! Malah di ketawain” kesal Amora, Jevin sejenak terdiam, menghela nafas, ia mengelus kepala adiknya.

“Abang sayang kamu, gak bakal ada yang bisa gantiin posisi kamu sebagai adek abang, bagi abang, kamu itu anugrah yang di titipkan tuhan ke abang, Pertanyaan kamu tadi – ‘Abang malu gak punya adek kayak aku’ jujur abang gak suka dengarnya, Ingat ini ya Amora, Abang gak pernah terpikir sekali pun untuk malu punya adek kayak kamu, abang sayang, sayang banget, sangking sayangnya. Abang gak pernah terpikir dengan pikiran pikiran buruk yang ada di dalam pikiran kamu itu, Abang berharap jangan bertanya hal hal buruk yang gak pernah abang pikirkan, kamu itu berlian abang. Permata abang. Princess nya abang. Jangan pernah berfikir hal hal bodoh kayak gitu lagi”

Sejenak Jevin terdiam, ia menoleh menatap adiknya, yang ternyata sudah menangis, namun ia menahan suaranya, membuat jevin tersenyum getir, ia mengelus pipi adiknya, menghapus air matanya.

“Jangan di gigit bibirnya, nanti luka” ucapnya lembut, Amora melepaskan gigitan pada bibirnya.

“Abang sayang kamu dek, mau gimana pun kata buruk orang orang ke kamu, abang selalu percaya sama kamu, mau seburuk apa pun kata kata mereka tentang kita, cukup tutup kuping dan mata, jangan di dengarkan, ini kisah kamu sendiri, bukan orang lain.” Ucap Jevin, Amora tak bisa menahan isaknya.

Ia memeluk abang kesayangan-nya itu, menangis pilu di dekapan hangat sang kakak sulung.

“Abang sayang kamu, jadi jangan pernah siksa diri kamu sendiri ya? Tolong janji sama abang, kalau ada perkataan buruk orang orang ke kamu, jangan kamu simpan. Katakan sama abang, bahkan kalau saja satu dunia bermusuhan sama kamu, Abang rela ngelawan mereka, asal kamu bahagia, jadi jangan di pendam sendiri, Mama sama Papa juga rela ngelakuin apa aja buat kamu, You are not alone, banyak orang yang sayang sama kamu”

“Paham?”

Amora mengangguk, jevin tersenyum kecil, ia mengecup pucuk kepala adiknya, menatap langitnya, ntah kenapa firasatnya mengatakan kedepannya akan ada kejadian yang tidak menyenangkan.

“Tuhan. Lindungi adikku, jangan biarkan semesta menyakiti adik-ku, Tolong biarkan dia bahagia, jika perkataan tentang ‘karma ayah akan di tanggung oleh anak perempuannya’ maka biarkan hamba yang tanggung karma itu, jangan sakiti dia. Adikku, yang aku sayangi tuhan, jangan buat dia di renggut oleh semesta”

Unlisted

--

--