heartbreak diary #1: sedih aja, jangan ditahan.

naka
3 min readDec 21, 2023

--

You may wish for something to be yours, but He knows what’s best for you. He gives you what you need, not what you want.

Baik, lagunya sudah diputar, kan? Sekarang mulai dari mana, ya? Gambarannya terlalu abstrak sampai bingung harus menjelaskan dari mana.

Rasanya aneh. Ya, aneh.

Aneh menurutku adalah kata yang paling tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari aku yang tidak sadarkan diri mengharapkan kehadirannya sampai aku merasakan bahwa ini bukan sekadar pengharapan, tetapi ada rasa yang entah apa artinya.

Satu bulan … dua bulan … tiga bulan … semuanya terasa menyenangkan walaupun waktu itu aku masih tak paham sebenernya apa yang aku harapkan.

Kala itu, aku berpikir bahwa aku hanya tertarik padamu. Cukup sampai di sana. Aku bahkan tidak berpikir perasaan itu akan diam di dalam diriku hingga hari ini dan bodohnya di saat awal aku tahu bahwa akhirnya tak akan bahagia, aku justru menepis realita dan mencari validasi bahwa ini tak akan sia-sia.

Aku selalu berusaha untuk tampil lebih baik belakangan ini. Ada rasa ingin terlihat tetap di dalam rupa terbaikku lantaran aku selalu berharap untuk menjumpaimu di sudut-sudut tempat itu.

Asal kamu tahu, terakhir kali aku seperti ini adalah saat aku duduk di sekolah menengah pertama, dan kini aku kembali merasakan hal yang sama.

Ya, intinya semua terasa menyenangkan sampai berita yang paling aku takuti akhirnya sampai kepadaku. Aku terkekeh seraya mengusap wajahku kasar karena aku terlalu sakit hati sampai hanya bisa tertawa. Katanya kamu juga sedang memperjuangkan yang lain. Beruntung sekali, ya, dia? Aku iri.

Satu hal yang langsung terbesit di otakku adalah berhenti. Lampu lalu lintas yang selalu aku lewati kali ini benar-benar memancarkan warna merah yang menegangkan itu, tanda bahwa permainannya telah berakhir bahkan sebelum aku belum memulai permainanku.

Jika biasanya aku mencoba untuk mengubur perasaan sedihku, kini aku biarkan suara nyaringku menggema di dalam ruangan kecil ini. Melengking dan memprihatinkan. Aku biarkan air yang bening itu lolos dari kelopak mataku.

Maaf kalau berlebihan, ini pertama kali aku kembali menyukai seseorang sedalam ini setelah sekian tahun lamanya.

Aku suka waktu di saat aku menyapamu karena hal pertama yang akan kamu lakukan adalah membalas dengan senyuman. Jujur, aku senang sekali setiap melihat senyummu — manis seperti gula jawa. Namun, semenjak aku mendengar berita itu, aku tahu bahwa aku tidak bisa menyapamu dengan sumringah seakan baru saja menemukan harta karun.

Di saat aku melihatmu lagi dengan keadaan yang berbeda, kerongkonganku terkecit karena aku menahan suaraku yang awalnya ingin kembali bersuar dan menyapamu. Kali ini hanya mataku yang beradu dengan matamu, kemudian aku tersenyum seadanya di saat kau juga melemparkan senyumanmu kepadaku.

Sekarang, aku hanya menghabiskan waktuku seraya menyayangkan pertemuanku denganmu kala itu. Aku tiba-tiba berharap bahwa kita tidak akan pernah bertemu atau bahkan kenal satu sama lain. Aku berharap aku tidak akan sepeduli ini dengan kehadiranmu yang sekarang selalu aku sadari dan aku cari. Aku berharap untuk memutar waktu dan mengubur perasaanku karena aku malas jatuh cinta dan patah hati.

Kamu rasanya tidak akan pernah menemukan tulisan ini, tapi jika suatu waktu kamu membaca ini, aku hanya mau bilang: Dulu, aku sangat menyukaimu. Sangat. Makasih, ya, sudah ada di dunia ini. Aku selalu berdoa semua keinginanmu tercapai. Kamu keren banget! (Kalau tidak percaya, hubungi saja aku, akan aku beri akses ke akunku yang aku buat hanya untuk membahas betapa kerennya kamu di mataku)

--

--

naka

I am a literature graduate who loves to write fictions!