Program Magang Bersertifikat(MSIB) Batch 3: Social Economic Accelerator Lab(SEAL AWS) Final Project.

YUDA
4 min readDec 21, 2022

--

Hallo semua! Perkenalkan nama saya Yuda Iswanto. Saat ini saya berkuliah di Universitas Bina Sarana Informatika jurusan Teknik Elektro. Di semester 7 ini saya berkesempatan untuk mengikuti salah satu program kampus merdeka yang sangat menarik yaitu Studi Independen.

Perjalanan saya menjadi Product Owner ini diawali dengan masuk ke salah satu Organisasi yang akan melakukan transformasi digital di Produksi Film Negara melalui SEAL AWS.

Susunan Team Jakart 1 Kelompok 2

Memulai karier baru sebagai Product Owner di program magang MSIB tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi saya masuk ke sebuah Organisasi yang akan menjadi garda depan proses digitalisasi dan penyederhanaan proses bisnis yang ada. Bisa dibilang Organisasi ini menjadi ujung tombak untuk strategi dan inovasi di Produksi Film Negara. Dengan tugas baru dan posisi saya di Organisasi yang super keren ini, saya harus benar-benar mengetahui seluk beluk tugas/pekerjaan saya.

Terminologi Product Owner sendiri bagi saya memang sedikit membingungkan. Ada yang menyamakannya dengan Product Manager dan ada yang menyamakannya sebagai Klien.

Menurut Kenneth S.Rubin dalam bukunya “Essential Scrum, A Practical Guide to The Most Popular Agile Process”, Product Owner didefinisikan sebagai :

“Seseorang dengan otoritas tunggal yang bertanggung jawab untuk memutuskan fitur dan fungsionalitas mana yang akan dibangun, serta urutan pembuatannya. Selain itu Product Owner juga harus menjaga komunikasi dengan semua orang tentang visi yang akan dicapai oleh scrum team.”

Cukup simpel bukan? Tapi nyatanya tidak se-simpel itu. Setidaknya sebagai Product Owner saya harus mengetahui 3 hal, yaitu Business, User Experience dan Technology. saya akan menjumpai diagram persilangan di antara 3 kemampuan itu pada seorang Product Manager. Jadi, sebagai Product Owner, akan lebih baik jika saya tidak hanya sekedar tahu, tapi juga memiliki ketiga kemampuan tersebut.

Proses Design Thinking

Saya memang dipilih untuk menjadi Product Owner dan saya akui bahwa dalam posisi ini saya harus memiliki sikap persistence dan dedication. Saya memang memiliki sedikit pengalaman dalam manajemen proyek, mengontrol dokumen, dan terlibat dalam pengembangan suatu aplikasi, namun saya rasa pengalaman tersebut masih belum cukup.Saya merasa kesulitan, namun saya menikmati proses ini.

Proses digitalisasi produk dan layanan pada kerja sama saya dan tim dengan Produksi Film Negara(PFN) itu merupakan strategi dan inovasi yang mantap, namun juga membutuhkan perubahan sistemik yang sulit. Ketika bisnis akan kita bawa ke ranah digital, kita juga harus memastikan informasi yang penting bagi pelanggan, karyawan, dan pihak-pihak terkait lainnya tidak hilang. Selain itu, kita harus memastikan informasi dan data yang kita alirkan benar-benar akurat, dapat dipercaya dan tentunya mudah diakses. Sebagai Product Owner, saya harus memastikan semua hal tersebut. Saya juga harus memastikan produk yang saya bangun bersama tim akan membantu perusahaan dalam melayani pelanggan dengan lebih baik, menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih memuaskan, meringankan beban karyawan, dan tentunya meningkatkan efisiensi operasional.

Kunjungan dan diskusi Bersama Staff PFN

Cara memastikan hal-hal tersebut adalah dengan terlibat dari awal hingga akhir. Saya yakin saya bisa menemukan versi deskripsi pekerjaan sebagai Product Owner yang lengkap di internet, seperti tanggung jawab membuat Product Backlog.

Di artikel ini, saya akan sedikit berbagi tentang keterlibatan saya sebagai Product Owner di Organisasi tersebut. Suatu proses diawali dengan Design Thinking, jadi harus dipastikan bahwa Product Owner terlibat di proses awal ini. Berikut ini langkah-langkah yang saya lakukan setelahnya :

  1. Memahami proses bisnis. Hal ini penting banget. Kita harus tahu proses bisnis dari proyek yang kita kerjakan.
  2. Bersama UX Researcher melakukan riset untuk menemukan masalah (pain problem) yang dihadapi pelanggan dan pihak internal. Dalam langkah ini, Product Owner bisa tidak terlibat langsung dalam proses riset, namun ikut terlibat dalam perencanaan. Proses perencanaan bisa melibatkan Organisasi Management juga, sehingga pada fase development, Product Backlog yang akan di-deliver kepada Scrum Team memiliki justifikasi yang jelas dari temuan riset.
  3. Mencari solusinya, mengkomunikasikannya dengan Organisasi Management terkait untuk menentukan bersama-sama prioritasnya.
  4. UX Researcher dan UI Designer membuat mockup dan tes usability.

Selain itu Product Owner juga harus melakukan pengecekan terhadap aplikasi, mengkoordinasikan temuan bug ke QA (apabila Product Owner yang mengerti sisi teknis bisa menjelaskan juga bagaimana cara pemecahan masalahnya), menambahkan detail apabila ada dokumen teknis yang kurang, memeriksa UI/UX, User Testing dan mengumpulkan feedback, hingga harus memikirkan strategi promosi dan launching, misalkan melakukan Pilot Project dan cara pendekatan lainnya ke pelanggan.

Jadi, pengalaman saya selama enam bulan menjadi Product Owner itu memang sulit tapi menyenangkan. Apalagi yang kita kerjakan bisa membantu dan memudahkan client karena sesuai dan mudah digunakan bagi karyawan,serta pihak-pihak yang bersangkutan

Kunjungan ke gedung Produksi Film Negara

--

--