Zena Hydrangea
2 min readNov 3, 2023

Murid Pindahan ー 2. Semakin Parah

Bayangan di cermin itu membuat dahi Utahime berkerut sedih. Mulai berpikir bahwa mungkin setelah ini waktunya tak lama lagi. Penyakit kulit ini akan semakin menyebar, jika sudah mencapai wajahnya.

Utahime menunduk sambil menyentuh bagian pipi kirinya yang terdapat bercak-bercak jamur kulit membentuk horizontal hingga menyebrang ke hidungnya. Ia menghela napas, apa yang harus dia katakan pada teman-temannya?

Karena kebodohannya sendiri dia jadi bingung untuk menjelaskan apa yang selama ini dia alami, selama bertahun-tahun, setiap malam, bahkan hingga hari ini yang mungkin mulai pada puncaknya.

Apa aku bakal nyusul mereka dan pasrah aja? Lagipula gak ada gunanya sih hidup kalo begini terus.

Pikirannya mulai putus asa, mengingat seluruh keluarganya juga pernah mengalami ini, satu per satu, dan Utahime adalah yang terakhir.

Apa salah dan dosa keluargaku? Siapa yang selama ini mengirimkan gangguan-gangguan seperti ini? Siapa yang mengutuk keluargaku hingga sejauh ini?

Utahime menitihkan air matanya, menambah perih pada bercak jamur di pipi kirinya. Ia berjongkok memeluk lututnya sendiri dan membenamkan wajahnya di antara pahanya, sebelum ia tersentak mendengar klakson mobil.

Utahime langsung meraih kotak maskernya. Menutupi wajahnya yang mungkin akan terlihat menjijikkan di mata teman-temannya yang datang.

"Hime?" Suara Shoko terdengar disertai ketukan pintu.

"Ya?"

"Buka pintunya, ayo kita ke dokter," ajak Shoko.

Setelah Utahime menutupi kepalanya dengan Hoodie, dia segera membuka pintu sambil menunduk lalu Shoko segera merangkulnya. "Teman-teman lain udah nunggu, gak usah khawatir ya."

Utahime mengangguk lemah, lalu mengikuti langkah Shoko keluar dari kos-kosannya ke arah mobil Ijichi yang sudah menunggu di depan gerbang bersama Mei Mei.

Teman-temannya hanya mengobrol hal-hal lain yang sekiranya menenangkan Utahime, menanyakan apa yang ingin mereka beli setelah mereka pulang ke dokter nanti.

Tanpa tahu, ketika mereka sampai di tempat dokter tujuan, ada seseorang yang memandang mereka dengan tatapan tidak suka. Mengepalkan tangan kesal dengan penuh iri dengki.

Mungkin setelah ini, ia akan mengirimkan hal-hal yang membuat gadis itu lebih menderita lagi.