“The last five years have seen more change in marketing than the previous 50. And the next five years will outpace all of them put together.”
Teknologi membuat segalanya semakin cepat dan mudah. salah satunya adalah aktivitas marketing. Jika dulu pengaruh pembelian hanya dilakukan dengan sentuhan fisik, saat ini trigger pembelian lebih beragam, multisensory. Penekanan multisensory ini tidak hanya berfokus pada panca indera seperti music, rhythm, touch, taste, smell, ataupun visual yang bersifat non verbal. Di era teknologi multisensory juga menyangkut tentang life cycle marketing dan kekuatan loyalitas brand.
Karenanya saya menyebut era saat ini adalah The Quantum Of Marketing, dimana ada banyak “atom atom “ marketing yang bergerak membentuk kesatuan “kovalen”. Saat ini peran marketer dapat dikatakan multiple dimensi, selain tetap berfokus pada product centric agar product market fit bisa terjadi, faktor emosional benefit juga benar benar harus diperhatikan dan tentu terus memanfaatkan keberadaan teknologi dalam penerapan marketing strategi.
Bagaimana Strategi yang tepat untuk menghadapi Massive Kompetisi di Era Quantum Marketing ?
- Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), Internet Of Things (IOT) membentuk data centric
Istilah AI ataupun IOT mungkin sudah barang yang asing bagi kita semua, tapi apa sebenarnya peran mereka untuk pemasaran di era sekarang? secara tidak langsung seluruh kegiatan pemasaran saat ini sangat terbantu dengan adanya teknologi artificial intelligence, salah satu yang paling nyata ada teknologi chat bot yang disematkan dibeberapa platform chat untuk membalas pesan secara otomatis.
Penerapan Natural Language Processing (NLP) membantu kerja tim marketing dalam menangani konsumen, bisa dibayangkan jika pekerjaan itu dilakukan secara manual manual ? Untuk kamu yang tertarik menggunakan Chatbot dalam memudahkan kerja tim marketing, Aptana Citra Solusindo dapat membantu kamu menyediakan fitur tersebut.
Teknologi Virtual realita hingga augmented realita sangat membantu kerja marketing dalam memberikan pengalaman baru kepada calon konsumen. Airbnb telah melakukannya, alih alih memberikan strategi promosi secara mainstream, mereka menyematkan fitur — fitur experience untuk memberikan pengalam konsumen secara online.
Kemudian IOT memberikan kemudahan dalam merekap data based yang lebih personal, sehingga seluruh aktivitas konsumen dapat dikelompokan dengan konsumen lain yang sejenis/hampir mirip. Dengan begitu kerja marketing akan sangat terbantu dalam pengambilan keputusan berdasarkan data.
2. Kekuatan Empathy
Hampir disetiap artikel saya, kata empathy selalu saya masukan. Karena dalam memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, tidak ada cara lain selain kita berperilaku “seolah — olah” seperti mereka. Terlebih dengan kompetisi yang besar, market makin punya banyak referensi produk/layanan, sehingga faktor ketergantungan akan satu merek cenderung kecil.
Dalam menjalani sikap empathy, marketer perlu melakukan pendekatan yang bersifat Psychology, sociology dan anthropology dalam memahami sisi luar dalam manusia baik dari kebiasaan sampai dengan cara mereka mengambil keputusan . Ilmu mathematics dan statistik juga dibutuhkan untuk dapat melakukan prediksi terhadap bagaimana calon konsumen menilai produk/layanan yang kita pasarkan.
“Too many marketing executives are stuck in a narrow view of what marketing can do and how it can drive the business.”
Banyak pemasar saat ini lebih berfokus terhadap strategi marketing, mereka beranggapan strategi yang benar akan mendatangkan konsumen. tidak salah, namun faktor lain adalah pada akhirnya merekalah yang akan mengambil keputusan. Jadi, tanpa mengetahui faktor psychology mereka, pemasar akan kehilangan potensi conversion rate yang tinggi. jadi, baiknya strategi marketing dimulai dengan bagaimana memahami secara mendalam siapa calon konsumen bisnis kamu.
3. Membangun Brand Equity
“Let the product explain itself”
Dikarenakan ratusan hingga ribuan brand yang datang dan pergi setiap hari, calon konsumen tidak akan pernah mengiNgat semuanya. salah satu strategy untuk terus berada pada level top of mind, brand harus unique. Unik karena memiliki brand persona dan tone of voice yang kemudian ditampilkan secara konsisten. Unik berarti beda, dengan menjadi berbeda dari kompetitor. calon konsumen akan selalu ingat tentang brand kamu.
Bagaimana Coca Cola membentuk brand dengan secara konsisten menyebarkan value brand “happiness” dan hal itu tercermin mulai dari packaging kemasan, iklan hingga brand community yang terbangun. Coca cola adalah contoh brand yang benar benar menerapkan Quantum marketing sehingga tidak salah untuk segmen pasar minuman kemasan coca cola berhasil menjadi top of mind.
Dengan memiliki strong brand equity, brand kamu mampu survive untuk “menjelaskan dirinya sendiri” kepada konsumen ditengah gempuran kompetisi yang besar seperti saat ini.
4. Growth Mindset Untuk mebangun brand advocadt
“Modern work demands knowledge transfer, the ability to apply knowledge to new situations and different domains”
Agar selalu menjadi pilihan customer, brand harus selalu ada. Bagaimana agile mindset harus ada agar terus mengembangkan layanan/poduk berdasarkan kebutuhan baru calon konsumen. Selain brand, orang orangnya juga harus punya keinginan untuk berkembang, terutama para tim pemasaran, mereka harus mempelajari banyak hal baru agar terus mencari sweet point dalam menawarkan produk/jasanya.
Selain itu, dengan memahami banyak hal, ada strategi strategi baru yang kemudian bermunculan yang bisa dijadikan tools dalam strategi promosi. salah satu contoh adalah pemanfaatan program gamification untuk para konsumen yang loyal.
Maintenance konsumen sangat penting dalam sebuah brand, apalagi jika dilihat dari nilai return of investment (ROI) eksisting konsumen dapat menghasilkan margin keuntungan yang lebih besar, tentu karena proses funnel marketing tidak dimulai dari nol, Salah satu hal yang sering dilakukan oleh para pemasar dengan mengadakan program loyalty.
Perkembangan teknologi menjadikan tim pemasaran memiliki banyak opsi dalam aktivitas gamification, salah satu yang unik menurut saya dalam bagaimana nike menimbulkan loyalitas konsumennya, dengan integrasi produk, semakin banyak produk yang dibeli semakin terintegritas seluruh equipment konsumen.
Dengan mempelajari banyak hal, para pemasar akan terus paham bagaimana strategy yang paling efektif dan efisien menjadikan konsumen setia bahkan secara sadar sebagai brand advocate untuk kita sendiri. So, let’s digging the atom in widely quantum”