Menghargai Ilmu

Gamal Abdul Nasser
A Blabbing, A Writing
2 min readApr 10, 2017

Tulisan ini dibuat sebagai rasa ucapan terima kasih kepada ITS, kampus yang mempertemukan saya dengan orang-orang yang hebat, dan mengajarkan pentingnya untuk menghargai ilmu. Saya sendiri bukanlah orang yang hebat, cuma mahasiswa biasa, yang meskipun kampung halaman tak jauh, bisa dibilang sangat jarang untuk pulang. Ditulis sebagai bentuk penyemangat untuk mahasiswa/i yang baru diterima di ITS melalui jalur undangan tahun pelajaran 2015/2016 (mengingat adik saya juga diterima pada periode ini), untuk tetap semangat, tidak patah arang dan menganggap jurusan yang dimasukinya salah pilih.

Perjalanan untuk mendapat gelar sarjana di ITS bukanlah sebuah hal yang mudah, tapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin. Salah satu problem yang bakal akan dihadapi para mahasiswa baru, adalah perasaan bahwa salah pilih jurusan, apapun pilihan jurusannya, sekuat apapun komitmen ketika awal memasuki jenjang kuliah. Apalagi banyaknya motivator/trainer yang sering menyarankan untuk terus mencari passion dan mengikuti passion. Maka, akhirnya satu per satu mahasiswa yang masih baru, akhirnya berguguran, memutuskan untuk pindah. Kalaupun tetap bertahan, maka hanya karena terpaksa, tanpa motivasi, dan akhirnya memilih untuk sekedar lulus.

Hal ini sangat disayangkan sekali, apalagi status sebagai mahasiswa itu sangat berharga. Ketika masih berstatus mahasiswa lah, mimpi-mimpi mudah untuk terkristal, menjadi tak mudah rapuh bahkan setelah menjadi seorang sarjana. Penyebabnya sebetulnya banyak, tapi mungkin bagi saya, satu yang penting adalah kemampuan untuk menghargai ilmu.

status sebagai mahasiswa itu sangat berharga. Ketika masih berstatus mahasiswa, mimpi-mimpi mudah untuk terkristal, menjadi tak mudah rapuh bahkan setelah menjadi seorang sarjana

Selama 12 tahun sebelum menjadi mahasiswa, kita ditempa dengan berbagai macam jenis ilmu, mulai dari agama, sains, dan sosial. Tapi tak pernah ada penjelasan, korelasi berbagai macam jenis ilmu yang diterima. Bahkan ketika telah menjadi mahasiswa, tak pernah ada penjelasan. Akhirnya kita sulit untuk menghubungkannya, dan berakhir dengan ketidakmampuan kita dalam menghargai ilmu. Akhirnya kita hanya mampu melihat satu pohon, dan tidak mampu melihat hutan di sekeliling kita.

Apalagi untuk kita yang berada dalam sebuah institut teknik, dengan berbagai macam kultur yang ada di dalamnya, membuat kita hanya terfokus pada satu pohon. Bagi orang biasa, kita memang terlihat fokus, tapi fokus itulah yang membuat kita kehilangan banyak hal. Seakan hanya yang telah menjadi fokus kita yang mampu memuaskan rasa haus. Padahal semua pohon dalam hutan ilmu memiliki buah segar untuk kita nikmati.

Untuk itu perlu untuk mahasiswa (ITS atau bukan), baik masih baru atau sudah lama, untuk memperhatikan hal ini dalam proses belajarnya. Pilihan untuk pindah jurusan atau menetap, sejatinya tetap menjadi urusan pribadi masing-masing. Tapi tolong dicatat dalam hati masing-masing untuk tetap tenang, coba untuk mundur ke belakang, pelankan langkah dan lihat hutan yang ada di depan kita. Semuanya terhubung, jangan hanya fokus pada satu pohon, jangan hanya berlari menuju satu pohon. Berjalanlah pelan-pelan, nikmati buah segar selama perjalanan kita, mulai dari buah dari pohon yang telah kita pilih. Nikmatilah, karena perjalanan ini masih panjang

Coba untuk mundur ke belakang, pelankan langkah dan lihat hutan yang ada di depan kita. Semuanya terhubung, jangan hanya fokus pada satu pohon, jangan hanya berlari menuju satu pohon. Berjalanlah pelan-pelan, nikmati buah segar selama perjalanan kita

--

--

Gamal Abdul Nasser
A Blabbing, A Writing

Mastermind, Computer Engineer. Arch, Phalcon, Python, Rust, Go. Current Interest: Co-op AI Agent.