Berpikir Cepat atau Benar?

Ahmad Firdaus
A Father’s Will
Published in
2 min readMar 11, 2017

Suatu hari seusai makan malam, Bapak saya dengan isengnya bikin tebak-tebakan berhadiah tengkiu 😛

Bapak: Katanya kamu mau bisnis ya?

Saya: Iya

Bingung pilih yang mana

Bapak: Coba tanya sedikit. Kalau kamu sedang menuju ke suatu tempat, lalu kamu ketemu pertigaan, satu ke kiri dan satu ke kanan. Kamu tidak tahu persis arah yang benar menuju ke tujuan kamu itu. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Jalan ke salah satunya, apa diam dan berpikir cukup lama sampai tahu mana jalan yang benar?

Saya: Mendingan mikir agak lama, kalau udah yakin, baru ambil jalan ke kiri atau ke kanan. Lagi pula, buat apa kita buru-buru… kita cuma akan sampai di tujuan yang salah dengan lebih cepat (sambil belagak sok wise, padahal itu cuma modal ngutip isi bukunya Covey).

Bapak: Dalam banyak hal itu betul. Tapi coba kamu pikirkan kemungkinan lainnya. Orang bisa berpikir sangat lama untuk menentukan mau jalan ke arah mana. Pada akhirnya, bisa jadi tidak pernah dapat jawaban yang pasti. Bagaimana kalau begini, kamu pikirkan sedikit saja, lalu cepat ambil keputusan mau jalan ke kiri atau ke kanan. Misalnya kamu pilih jalan ke kiri, maka selama perjalanan, ingat bahwa pilihan kamu itu belum tentu benar. Perhatikan tanda-tanda dan keadaan di sekitar jalan. Kalau itu jalan yang salah, biasanya kamu akan menemukan pertanda bahwa jalan tersebut salah. Begitu kamu yakin itu jalan yang salah, berbalik dan kembali ke pertigaan yang tadi, lalu ambil jalan ke kanan.

Bapak: Coba bandingkan, jika pilihan ke kiri itu benar, maka kamu akan sangat cepat sampai di tujuan. Jika itu salah dan kamu kembali ke pertigaan, bisa jadi orang lain yang memilih untuk lama berpikir, masih berdiri dan berpikir di situ. Padahal saat itu kamu sudah tahu kalau jalan ke kiri itu salah, dan saat ini on-the-track ke arah yang benar, yaitu kanan.

Bapak: Dalam bisnis, seringkali lebih baik salah daripada lambat. Orang salah yang berhati-hati, bisa waspada dan memperbaiki kesalahannya. Sementara orang yang lambat, seringkali kehilangan kesempatan dan timing yang pas.

Saya: (bengong)

--

--