Manifesto Gerilyawan untuk Bebas Akses

Published in
3 min readJul 19, 2016

--

Informasi adalah kuasa. Namun, laiknya tiap rupa kuasa, ada saja orang-orang yang ingin menimbun untuk diri mereka sendiri. Seluruh warisan ilmiah dan kultural, yang diterbitkan selama berabad-abad dalam bentuk buku dan jurnal, kian banyak yang didigitalkan dan dikunci oleh segelintir korporasi. Anda ingin membaca dokumen yang menampilkan laporan tersohor di bidang sains? Terlebih dahulu Anda harus mengirim sejumlah uang pada penerbit semacam Reed Elsevier.

Ada orang-orang yang tengah berjuang untuk mengubah keadaan ini. Gerakan untuk Bebas Akses telah berjuang habis-habisan untuk memastikan para ilmuwan agar tidak menyerahkan hak cipta mereka, tapi justru menjamin karya mereka diterbitkan di internet, di bawah ketentuan yang memungkinkan setiap orang bisa mengaksesnya. Namun, dengan skenario terbaik pun, kebijakan bebas akses hanya akan berlaku pada terbitan di masa depan. Sampai sekarang, semua usaha itu sia-sia belaka.

Kondisi tersebut terlalu mahal untuk dibayar. Haruskah memaksa akademisi menghabiskan uang mereka agar bisa membaca karya rekan-rekan mereka? Memindai seisi perpustakaan tapi hanya memungkinkan orang-orang di Google membacanya? Menyediakan artikel ilmiah bagi mereka di universitas elit Dunia Pertama — negara maju, tapi tidak bagi anak-anak di negara-negara Selatan? Itu keterlaluan dan tidak dapat diterima.

“Saya sepakat,” kata orang banyak, “tapi apa yang dapat kita lakukan? Perusahaan-perusahaan penerbitan memegang hak cipta, mereka mendapat banyak uang dari biaya akses, dan kenyataan itu sepenuhnya bersifat legal — tak ada yang dapat kita lakukan untuk menghentikannya.” Tapi sebetulnya ada yang dapat kita lakukan, sesuatu yang tengah dilakukan: balik melawan.

Mereka yang punya akses pada sumber daya tersebut — termasuk mahasiswa, pustakawan, dan ilmuwan — telah diberikan kesempatan yang istimewa. Kalian bisa makan di perjamuan pengetahuan tersebut, sementara bagian dunia lainnya dalam situasi terkunci. Kalian tidak harus — bahkan secara moral, kalian tidak boleh — menyimpan keistimewaan itu untuk kalian sendiri. Kalian bertanggung jawab membaginya kepada dunia. Kalian harus: bertukar password dengan rekan-rekan kalian, melengkapi formulir download untuk kawan-kawan kalian.

Sementara itu, mereka yang tersisih dari perjamuan pengetahuan itu tidak hanya berdiam diri. Kalian menyelinap melalui berbagai celah dan memanjat tembok terjal, membebaskan informasi yang dikunci para penerbit dan membaginya pada kawan-kawan kalian.

Tetapi semua tindakan ini berlangsung dalam gelap, tersembunyi di bawah tanah. Tindakan ini disebut “pencurian” atau “pembajakan,” seakan berbagi kekayaan pengetahuan secara moral setara dengan menjarah kapal dan membunuh anak buah kapal. Padahal berbagi bukanlah tindakan asusila — ia justru sebentuk keharusan moral. Hanya mereka yang buta oleh keserakahan yang akan menolak seorang kawan untuk membuat salinan (informasi/pengetahuan).

Korporasi-korporasi raksasa itu tentu telah dibutakan oleh kerakusan. Aturan main yang mendasari kegiatan mereka menuntutnya untuk serakah — investor mereka akan memberang kala segalanya berkurang. Dan para politisi yang telah mereka beli, memberi mereka kekuasaan eksklusif — melalui undang-undang atau hukum — untuk memutuskan siapa saja yang dapat membuat salinan.

Keadilan tidak tunduk pada hukum yang tidak adil. Sudah waktunya beranjak dari kegelapan ke tempat yang terang dan, dalam tradisi agung pembangkangan sipil, deklarasikan perlawanan kita terhadap perampokan atas kebudayaan masyarakat oleh pihak swasta.

Kita harus merebut informasi, di mana pun informasi itu tersimpan, membuat salinannya dan membagikannya kepada dunia. Kita harus merebut domain publik dan menambahkannya ke arsip. Kita harus membeli basis data rahasia dan menyimpannya di Web. Kita harus mengunduh jurnal-jurnal ilmiah dan mengunggahnya ke jaringan berbagi berkas (file sharing network). Kita harus berjuang dengan Gerilyawan untuk Bebas Akses.

Dengan jumlah yang cukup dari kita di seluruh dunia, kita tidak hanya akan mengecam keras dan menentang privatisasi pengetahuan — kita juga akan membuat privatisasi pengetahuan menjadi bagian dari masa lalu belaka. Akankah kalian bergabung bersama kami?

Aaron Swartz

Eremo, Italia, Juli 2008.

*) Diterjemahkan pada 10 Juli 2016 dan terakhir direvisi pada 19 Juli 2016.
Terima kasih kepada Ayu Pratiwi Ulfah atas komentar dan sarannya terhadap terjemahan ini.

--

--