Layar Tancap (Bukan) Bioskop

Aulia Fitri
Aceh, Indonesia
Published in
4 min readJul 31, 2014

--

Bale visual berkonsepkan layar tancap dengan teknologi bioskop digital, bukan soal bioskop seperti yang didefinisikan oleh KBBI, pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot sehingga dapat bergerak (berbicara); atau gedung pertunjukan film cerita.

Tahun 2011 saat hangat-hangat jelang pemilihan calon kepada daerah (pemilukada) di Aceh, ada sejumlah pasang kandidat yang begitu berambisi dengan tekad “pro rakyat” untuk melaju dan muncul sebagai pemenang.

Pemilukada di Aceh tersendiri baru dilaksanakan pada April 2012 yang serentak di 17 dari 23 kabupaten/kota se-provinsi Aceh.

Realisasi Layar Tancap

Mengingat layar tancap, saya teringat dengan kicauan ‘frontal nan lebai’ beberapa tahun silam, wajar saja karena isu layar tancap sempat mendapatkan beberapa komentar juga dari teman-teman di linimasa.

Inilah cuplikan kicau tersebut:

https://twitter.com/hack87/statuses/91497622895988736
https://twitter.com/hack87/statuses/91507262308360193
https://twitter.com/leksa/statuses/91836166294347776
https://twitter.com/hack87/statuses/91926643819552768
https://twitter.com/hack87/statuses/91928502298877952
https://twitter.com/hack87/statuses/91929072279621632
https://twitter.com/hack87/statuses/91929476073660416
https://twitter.com/hack87/statuses/91930091357081600
https://twitter.com/hack87/statuses/91930873926135808
https://twitter.com/hack87/statuses/283400599763054592
https://twitter.com/hack87/statuses/299153956851036160
https://twitter.com/hack87/statuses/336884442519961600
https://twitter.com/hack87/statuses/359005440727728129
https://twitter.com/hack87/statuses/369718271345700864

Nah, itulah beberapa kicauan saya yang entah berantah dibeberapa waktu silam. Kecampur baur antara ada dan tiada, setidaknya konsep layar tancap akhirnya pernah muncul di Piasan Seni Banda Aceh 2013 yang dibantukan oleh teman-teman di Komunitas Tikar Pandan.

Layar Tancap di negeri paman sam

Bale Visual + Teknologi Mutakhir

Bale berarti balai, bisa diartikan juga sebuah bangunan terbuka atau tertutup yang bisa menjadi tempat berkumpul sejumlah orang atau banyak orang. Ingat bale dan balee beda ya artinya dalam bahasa Aceh.

Kita ibaratkan bale visual sebagai tempat untuk menikmati hal-hal yang berhubungan dengan visual, apa itu visual? Visual yakni kata adjektiva yang berarti dapat dilihat dengan indra penglihat (mata) atau berdasarkan penglihatan.

Gedung bioskop yang ada di Aceh dulunya bisa disebut dalam rumpun bale visual, tidak saja bisa dilihat namun juga bisa didengar atau disebut gedung pertunjukkan audio visual.

Kehadiran (reborn) bioskop di Aceh mungkin bagi sebagian orang dianggap terlalu mainstream dengan begana begini dan alasan ina itu. Tapi memunculkan bale visual tentunya juga bukan perkara mudah pastinya di Aceh.

Pertunjukkan audio visual berupa layar tancap saat ini di Aceh bisa disebut drastis hilang, konsep yang dulunya gerimis bubar (misbar) juga mungkin membuat sejumlah orang/individu atau masyarakat tidak begitu tertarik lagi untuk nonton, karena saat tiba gerimis, penonton pun bubar.

Teknologi audia mutakhir dari Dolby Atmos (Foto dari www.panoramaaudiovisual.com)

Kemasan audio visual yang saya sebut bale ini mungkin bisa jadi pilihan, tanpa harus bubar saat gerimis, mereka yang nonton juga bisa menikmati kecakapan teknologi yang dihadirkan dalam sebuah gedung multifungsi (terbuka/tertutup) tersebut.

Di sejumlah gedung layar lebar di Indonesia baik ternama atau tidak, teknologi ‘bioskop digital’ sudah sangat familiar kita dengar. Apa itu bioskop digital dan bagaimana cara kerja serta berapa biaya, mungkin Anda bisa mengarahkan ke laman ini (untuk bacaan lengkapnya).

Jika sudah cukup terjelaskan dengan bacaan di atas, tentu sudah lebih mudah secara teknis Anda untuk memikirkan bale visual yang (mungkin) suatu saat bisa hadir di Aceh atau bahkan bisa jadi daerah pertama di Indonesia yang punya fasilitas demikian mutakhir.

Meridian theater for Land Rover (Photo by www.andygilesassociates.co.uk)

Bale visual tidak dirancang lesehan alias gelar tikar, tapi juga modern, tidak tersegmentasi pada batasan studio semisal theater 1, theater 2, theater 3 atau seterusnya layaknya bioskop ternama, hanya saja gedung (beratap atau tertutup) bale visual mirip sebuah auditorium dengan kapasitas medium sekitar 150-300 orang. Pengunjung atau penonton boleh bawa makanan dari luar asal menjaga kebersihan, tetap bayar karcis (resmi) untuk keperluaan administrasi gedung dan lainnya. Ini sudah berarah lebih pada teknis, saya stop disini tanpa menjelaskan secara terperinci.

Layar Tancap 5.1 kualitas bioskop, kalau gerimis langsung bubar (Foto dari iponxonik.wordpress.com )

Menunggu Waktu

Tentu saja tulisan ini hanya sedikit ulasan dan kilasan, tentu harus begitu banyak paparan yang lebih spesifik, tidak semua sektor bisa saya bahas dengan segala kebatasan yang saya miliki.

Soal investor, teknis dan konsep praktis, keterlibatan pihak-pihak terkait (disini yang terlibat tidak saja vendor dan pemerintah, tetapi juga masyarakat yang mewakili komunitas) serta sejumlah hal lainnya yang mungkin masih sangat perlu untuk dibahas dalam wacana dan realisasi menunggu waktu. Waktu yang tepat? Kapan itu, jawaban kesepakatan ada dari pihak-pihak terkait.

Kehadiran sebuah gedung atau yang saya sebut bale visual ini tentu bukan hanya bersimbiosis dari keterlibatan pihak-pihak terkait saja, melainkan juga lapisan masyarakat, mulai dari usia muda hingga orang tua, sampai dengan nilai-nilai kearifan lokal yang bisa dikembang kedepannya, tidak melulu dengan prinsip kurang akan hiburan atau gak update soal film-film bioskop (harus ke propinsi tetangga). Tapi lebih pada pemberdayaan mental, fisik (bangunan/gedung), dan pola pemikiran dalam menyikapi sesuatu wacana, dan moga-moga keajaiban terjadi di Aceh dan Banda Aceh pada khususnya baik itu lewat tagar #BioskopuntukBNA atau lewat tulisan yang jatuh pada tindakan eksekutif dan yudikatif serta penikmat di lapangan.

Sekian dan semoga tercerahkan!

Membongkar Layar Tancap di Jakarta (1/2)
Membongkar Layar Tancap di Jakarta (2/2)

--

--

Aulia Fitri
Aceh, Indonesia

Social Media Interest, Digital Media. Event Planner - Part of Bureau www.acehmedia.co.id and Director of ILATeam Management 🤝 CEO GenPI News Indonesia