Liputan Workshop Trend Forecasting

Sebuah tulisan dari Ibu Isti mengenai Workshop Trend Forecasting di SBM ditulis oleh Isti Dhaniswari

ADPII
ADPII
3 min readSep 27, 2016

--

Workshop Trend Forecasting di SBM ITB pada tanggal 5 September 2015 adalah yang pertama kali saya lakukan bersama program MBA CCE ITB.

Sangat wajar, jika di sana-sini terjadi ketidaksempurnaan dan kekurangan. Walaupun begitu, salut dengan kerapihan persiapan dan kesigapan penyelenggara yang meski dengan sedikitnya personal, komunikasi dan waktu, bisa menghasilkan workshop yang berjalan dengan baik dan menyenangkan. Oleh sebab itu, dari rencana semula untuk hanya memberikan review 3 hasil workshop terbaik; untuk lebih memberikan pengertian yang lebih mendalam akan kegunaan Trend Forecasting kepada para peserta workshop yang memiliki antusiasme tinggi, saya memutuskan untuk menulis review untuk 2 kategori:

1. Workshop’s best development.

Dengan kriteria sesuai dengan tujuan workshop, yaitu mengolah karya menjadi produk yang bisa menjadi jawaban atas kebutuhan pasar yang selalu bergerak mengikuti perkembangan zaman, atau yang biasa kita sebut sebagai TREND. Cara mengolah karya ini disebut decoding, yaitu menguraikan tema — tema Trend, baik secara visual maupun konsepsional sebagai inspirasi untuk pengembangan produk dengan mengenali:

a. Kekuatan masing-masing (Ide, kreativitas, konsep, material, keahlian, kemampuan produksi, spesialisasi, dsb) sebagai sumber daya pengembangan

b. Kelemahan / Keterbatasan sebagai parameter pemacu kreativitas. Untuk kategori ini dipilih 5 pengembangan produk terbaik yang dilakukan pada saat workshop dengan kemampuan inovasi sebagai faktor utama.

2. Trendability

Ketepatan pengertian tema-tema trend dengan eksplorasi dan/atau hasil karya yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Catatan:

Yang sangat disayangkan adalah, pengertian bahwa workshop ini hanya diperuntukkan bagi desainer atau perancang produk-produk konsumen yang kasat mata dan berdimensi seperti fashion, kriya dan desain produk. Padahal dengan memperhatikan driver trends, akan terbaca bahwa tendensi atau kecenderungan yang menjadi mindset di benak banyak orang, membutuhkan aplikasi di segala bidang, termasuk jasa dan teknologi, seperti yang dijelaskan oleh video mengenai pentingnya riset marketing & trend yang dibuat oleh salah satu perusahaan periset market terbesar di dunia, GFK.

Untuk kategori Workshop Best Development, mengambil salah satu karya dari partisipan, Jhon Viter mengambil tema ‘Artistry’ dengan melihat komposisi bentuk yang ada di tema trend ‘Refugium’ dipadukan dengan unsur hightech dari tema trend ‘Humane’.

Kemampuan untuk menstilasi bentuk-bentuk yang tercipta dari karya crafty dan bentuk bentuk geometris warisan kultural Asia Tengah yang kemudian diadaptasi ke dalam detail perancangan desain automotif merupakan faktor yang membuat sketsa Jhon menjadi workshop’s best development #1. Selamat!

Sebagai catatan: meskipun tema trend ‘Refugium’ berkesan crafty dan kultural sensitif, aplikasinya tidak harus pada material yang low tech dan sederhana. Mengambil contoh pada sub tema ‘Refugium’ yang disebut ‘Interflex’, tenda pengungsi yang dibuat oleh arsitek Abeer Sheikaly merupakan sinergi antara prinsip craftmanship dan mobilitas kaum nomaden dengan penggunaan teknologi untuk self generating electricity dengan solar cell dan konstruksi dari material high tech sehingga ringan bagi transportasi namun stabil. Tanpa menggabungkan konsep teknologi wearable ‘Humane’, sebenarnya masih banyak ruang bermain bagi perancangan automotif dengan tema trend ‘Refugium’; mengingat konsep inovasi frugal merupakan konsep prinsip-prinsip sederhana yang menghasilkan jenialitas pada pengembangan produk di segala bidang, termasuk pada produk dengan basis teknologi tinggi. Lagipula, konsep perancangan automotif dengan basis craftmanship dan tailor-made bukanlah suatu hal yang aneh. Scholten & Baijings membuat sebuah ‘showcase concept car’ untuk Mini, yang diberi nama ‘color one mini’, dipamerkan pada Milan Design week 2012 dengan menggunakan konsep “The Design process is driven by intuition”.

Untuk kategori Trendability, Karya Almira yang menggunakan bahan bambu sebagai bahan dasar perancangan, sesuai dengan tema trend ‘Colony’ di mana ruang hidup semakin terbatas dan sumberdaya yang tidak bisa diperbarui semakin menipis. Pengembangan jangka pendek yang disarankan untuk karya Almira adalah dari segi eksplorasi bentuk: bentukbentuk yang lebih ergonomis dan usable, kemudian struktur: baik pada teknik penyambungan dan finishing, maupun jika melihat bentuk-bentuk dasar pada tema trend ‘Colony’, dengan memperhatikan struktur yang berada di alam dengan alternatif seperti konstruksi sarang lebah, sarang burung, sarang laba2, dll. Pengembangan kearah biopop bisa dilakukan dengan konsep pewarnaan bahan alami yang edibel, waste material upcycling, bioplastic ataupun penggunaan nano-technology yang bisa membuat produk mudah dibersihkan dengan hemat air.

September 2015

Penulis : Ibu Isti Dhaniswari

--

--

ADPII
ADPII

Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia Indonesian Alliance of Industrial Designers info@adpii.org www.adpii.org.