“Yah! Lihat tuh!”

Agnes Tri Harjaningrum
Agnes Tri Harjaningrum
2 min readMar 14, 2017

Thursday, August 19, 2004

Tiba-tiba Malik lari kesampingku yang lagi di depan komputer. Sambil alisnya merengut dengan mimik marah, dia berdiri tegak. Menarik nafas, lalu berteriak, “Yah! Lihat tuh!”. Tangannya menunjuk Lala yang sedang menangis di pinggirnya.
Aku yang tadinya sudah capek menghadapi Lala yang menangis ndak berhenti, akhirnya luluh juga. Siapa yang bisa menolak permintaan anak kecil ini? Tanpa dia tahu, dia telah menghadirkan empati. Dia sayang kepada Lala, ingin menenangkan kakaknya yang sedang menangis. Tapi karena tidak bisa, maka dia ‘minta’ aku menenangkannya.

Akhirnya aku peluk Malik.

“Malik marah sama ayah ya?”

“Iya.”

“Karena ayah membiarkan mbak Lala nangis?”

“Iya.”

“Yuk kita tenangin mbak Lala…”

Pintu satu: kenali dan teguhkan perasaan Lala. Demikian tips pertama yang ku dapat dari pelatihan menjadi orang tua. Berkomunikasi dengan anak. Mudah? Sulit? Lebih sering sulitnya, karena perasaan kita sendiri sebagai orang tua tidak selamanya bagus. Lebih sering capeknya, sehingga kadang lupa untuk ‘menikmati’ ocehan dan rengekan anak.

Kupeluk Lala.

“Lala marah sama ayah ya?”

“Hik..hik… iya…”

“Lala marah karena ayah tidak memberi Lala permen hari ini?”

“Iya..”

“Lala suka sekali permen? Enak dan manis ya?”

“Hik..hik.. iya…”

“Tapi kan kemaren Lala dan Malik sudah makan permen lebih dari satu. Jadi jatah hari ini tidak ada.”

“Ndak mau… Lala mau sekarang…”

“Lala mau ayah kasih permen satu sekarang? Tapi artinya Lala melanggar kesepakatan?”

Lala terdiam.. sambil nangis..

“Ayah akan kasih kok. Tapi benar, Lala mau melanggar kesepakatan?”

“Hik..hik.. ndak mau..”

“Iya.. Lala anak baik kok. Tidak mau melanggar kesepakatan. Ayah tidak memberi karena ayah sayang sama Lala. Biar giginya ndak sakit.”

“Hik…hik..”

“Hari ini tidak ada permen ya. Tapi besok ayah kasih permen lagi. Tapi cuma satu.”

“Hik..hik.. Lala mau itu.. yang di atas itu..”

“Yang mana La?”

“Yang ada gambarnya monyet warna pink..”

“O.. folder map itu. Lala mau itu saja sekarang?”

“Iya..”

Akhirnya berhenti sudah tangisnya. Dia tidak minta permen hadiah 17 Agustusan itu lagi. Dia sekarang sudah cukup puas mendapatkan mainan baru. Folder map warna pink.

“Aik mau yang warna biru,” kata Malik.

Iya deh… dua-duanya harus dapet.

oleh Ismail @ 7:50 AM

--

--