Ambang Ekonomi Hama

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent
2 min readOct 9, 2019

Ambang Ekonomi adalah kerapatan populasi hama atau persentase kerusakan akibat hama yang membutuhkan tindakan pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi hama yang dapat mencapai tingkat luka ekonomis.

Ambang Ekonomi sendiri merupakan salah satu unsur yang diterapkan dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Aplikasi Pestisida Kimia berdasarkan Ambang Ekonomi. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di lahan, karena di lahan terdapat ekosistem yang seimbang (ada hama dan ada musuh alami) namun karena aplikasi pestisida yang kurang bijaksana, seiring waktu musuh alami akan berkurang .

PENGHITUNGAN AMBANG EKONOMI

Model kehilangan hasil untuk penghitungan ambang ekonomi yang digunakan yaitu:

“log y = log a + b log x;”

keterangan :

y = % kehilangan hasil

x = kepadatan larva

Contoh: Penghitungan ambang ekonomi ulat grayak berdasarkan data:

  1. model kehilangan hasil
  2. potensi hasil varietas IR64 (5 ton/ha) (Puslitbbangtan, 1991)
  3. harga gabah kering panen pada keadaan lapang Rp 1.400,-/kg;
  4. biaya pengendalian per ha
  5. persentase reduksi tanaman oleh serangan ulat grayak instar ke-3 (0.8).

Penghitungan ambang ekonomi mandapatkan hasil sebagai berikut:

1) Ambang pendapatan 141,07 kg/ha,

2) Persentase kehilangan hasil 2,82%,

3) Persamaan regresi antara % kehilangan hasil dan kepadatan larva yaitu

pada 30 hst,

log y = log 1,54 + 0,412 log x

pada 45 hst,

log y = log 1,22 + 0,230 log x,

4) Berdasarkan penghitungan di atas maka dapat ditentukan ambang ekonomi ulat grayak untuk instar ke-3. Dari penghitungan yang dilakukan ternyata hanya diperoleh nilai ambang ekonomi dari tanaman berumur 30 hst. Larva instar ke-3, yaitu 10,8 ekor/rumpun.

ULAT GRAYAK

  1. Serangan ulat grayak akan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi, semakin besar kepadatan larva, maka kerusakan yang ditimbulkan semakin tinggi.
  2. Seekor larva akan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi umur 30 dan 45 hst sebesar 7,21–22,69% dan dapat menurunkan hasil panen antara 16,93–36,73%.
  3. Ambang kehilangan hasil pada tanaman berumur 45 hst sekitar 2 sampai 3 ekor larva per rumpun, sedangkan pada tanaman umur 30 hst, 4 ekor per rumpun, dapat menurunkan hasil panen sampai 69%.
  4. Ambang ekonomi dengan perkiraan biaya pengendalian Rp 185.000,-/ha dan harga gabah panen Rp 1.400,-/kg bagi larva instar ke-3 pada tanaman umur 30 hst bernilai 10,83 ekor/rumpun.

Penggunaan Pestisida sintetis yang kurang bijaksana dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)mengakibatkan :

  1. timbul resistensi OPT terhadap Pestisida sintetis,
  2. residu pestisida,
  3. pencemaran lingkungan dan lain-lain.

Oleh karena itu sangatlah bijaksana apabila dalam pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan Musuh alami / Agens hayati.

--

--

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent

“Menulis Untuk Diri Sendiri” | Write for My Self © Praktisi Pertanian Kementerian Pertanian