Cara Membuat Kompos

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent
4 min readMay 27, 2017

[caption id=”attachment_818" align=”aligncenter” width=”383"]

DSC06450

Pembuatan Kompos[/caption]

Proses pengomposan

Proses pengomposan akan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan.

Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50°C — 70° C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.

Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30–40% dari volume/bobot awal bahan.

Bahan Baku Pembuatan Kompos

Pada dasarnya bahan baku kompos dapat diperoleh dari semua bahan organik yang ada di alam :

  1. Dedaunan, limbah pertanian
  2. Sampah organik rumah tangga
  3. Kotoran hewan dan lain-lain.

Alat dan bahan pembuatan kompos diantaranya adalah :

1. Starter pengomposan :

  • Kotoran ternak,
  • EM4,
  • air,
  • gula pasir

2. Alat alat pengomposan

  • Wadah pengomposan
  • Drum plastik
  • Drum tanah liat
  • Keranjang strimin
  • Liang tanah (jugangan)
  • Penumpukan masal
  • Parang/pisau atau mesin pencacah kompos
  • Sekop

Sistem pengomposan

  1. Drum Plastik

Sistem ini merupakan sistem pengomposan menggunakan sistem anaerob yaitu sistem pengomposan tanpa menggunakan oksigen. Sistem ini menggunakan drum plastik yang bagian bawah drum diberi lubang untuk pembuangan leachet. Selain itu diberi arang untuk menyerap bau. Keuntungan dari sistem adalah tidak mudah pecah dan tertutup sehingga bau dapat ditahan. Adapun kelemahannya yaitu idak berpori sehingga pengadukan harus lebih sering (2–3 hari) dengan kisaran harga Rp 35–75 ribu.

  1. Gentong tanah liat

Merupakan sistem pengomposan anaerob dimana pada bagian bawah genthong terdapat lubang untuk pembuangan leachet dan diberi arang untuk menyerap bau

Keuntungan sistem ini adalah bahan berpori sehingga kelembaban terjamin. Motif bisa dipesan dengan estetika bagus. Selain itu gentong tanah liat bertutup sehingga bau dapat dicegah. Adapun kelemahannya adalah mudah pecah dengan kisaran harga Rp 25–50 ribu.

  1. Sistem Keranjang/ Takakura

Sistem ini merupakan sistem Pengomposan aerob atau membutuhkan oksigen. Pada beberapa bagian diberi sekam untuk penyerapan bau dan lebih menjamin sirkulasi udara. Satu keluarga dengan jumlah anggota keluarga misal sebanyak 7 orang dapat menggunakan keranjang standar dengan starter maka 8 kg. Sampah rumah tangga yang diolah di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari. Keuntungan darisistem ini Sirkulasi udara terjamin tidak perlu sering mengaduk dan Motif bisa diatur estetika bagus. Adapun Kelemahannya adalah Konstruksi tidak stabil dengan kisaran harga Rp 25–30 ribu.

  1. Sistem Galian Tanah

Pengomposan sistem ini merupakan pengomposan anaerob. Keuntungannya adalah pengomposan bisa dilakukan dalam jumlah besar namun Kelemahannya yaitu tidak bisa diterapkan untuk yang tidak punyalahan. Adapun harga hanya ongkos biaya penggalian.

  1. Sistem pengomposan masal

Pengomposan ini menggunakan sistem aerob dengan volume per satu tumpukan adalah minimal 1 s/d 1,5 m3 (untuk memudahkan pengadukan). Keuntungan dari sistem ini pengomposan bisa dilakukan dalam jumlah besar. Adapun kelemahannya diperlukan lahan khusus dan pencacahan dalam jumlah besar memerlukan mesin pencacah biomassa. Dengan Harga tergantung jumlah, mesin yang digunakan.

Cara pembuatan kompos dari sampah

  1. Sampah daun dipotong kecil — kecil.
  2. Semua bahan di campur secara merata kemudian dimasukkan dalam gentong.
  3. EM4 + air + gula putih yang telah dicampur dan didiamkan selama sehari, dimasukkan dalam gentong sampai semua bahan tercelup air.
  4. Setiap 1 minggu sekali diaduk/dibalik dan ditutup kembali.
  5. Setelah ± 1,5 bulan sedah menjadi kompos.

Cara pembuatan kompos curah dari kotoran ternak

  1. Bahan dan Perlengkapan: Kotoran sapi yang bercampur urine (berasal dari kandang kelompok), sekop, tempat teduh dengan sirkulasi udara lancar, strimin/ayakan 0,5cm, timbangan serta plastik
  2. Cara Pembuatan : kotoran sapi dipanen dari kandang kelompok dengan ketebalannya 25–30 cm, lalu diangin-anginkan di ruangan teduh dan terbuka kemudian dihancurkan dan diayak/disaring dengan ayakan 0,5cm terakhir ditimbang dan dikemas

Pembuatan kompos bokashi dari kotoran ternak

Bahan :

  1. Kotoran sapi setelah ditiriskan
  2. Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
  3. Abu sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
  4. Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)
  5. Larutan dekomposer + Tetes + Air ( 2 : 2 : 1000) atau 1 liter air + 2 cc dekomposer + 2cc tetes atau 1 liter air + 2 cc dekomposer + 6 sendok makan gula pasir.

Cara membuat :

  1. Campur kotoran sapi + sekam + abu sekam + dedak padi sesuai takaran, kemudian diaduk hingga merata.
  2. Tuang campuran larutan dekomposer + tetes + air ke dalam campuran №1. dan diaduk hingga merata sampai membentuk adonan dengan kadar air + 40%.
  3. Ditutup dengan karung goni atau tikar. Dalam kondisi anaerob fermentasi akan berlangsung cepat sehingga suhu bokkhasi meningkat 35–40° C. Bila suhu mencapai 50%, maka bokhasi dobolak-balik agar udara masuk dan suhu turun. Lama fermentasi antara 4–5 hari dan bokhasi dianggap jadi apabila berbau khas fermentasi, kering, dingin dan ditumbuhi jamur berwarna putih. Apabila berbau busuk, maka pembuatan bokhasi dianggap gagal.

Tanda tanda kompos yang sudah jadi

  1. Rata-rata berumur 1,5–3 bulan
  2. Volumenya menyusut menjadi sepertiga bagian volume awal
  3. Tidak berbau busuk
  4. Bahan-bahan bakunya sudah tidak tampak lagi
  5. Wujudnya seperti tanah berwarna kecoklatan

Analisa kualitas kompos

Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

  1. Ukuran seragam dengan butiran tidak terlalu besar.
  2. Bersifat remah dan kering (tidak basah)
  3. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
  4. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
  5. Nisbah C/N sebesar 10–20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,
  6. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
  7. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
  8. Tidak berbau.

--

--

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent

“Menulis Untuk Diri Sendiri” | Write for My Self © Praktisi Pertanian Kementerian Pertanian