Rawa-rawa Untuk padi

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent
3 min readSep 8, 2016

Kebutuhan pangan, khususnya beras, terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan sangat lambat. Peningkatan produksi padi nasional tetap menjadi prioritas pemerintah, karena beras selain sebagai makanan pokok penduduk Indonesia, juga sebagai barang ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu, perluasan areal panen dan peningkatan produktivitas padi dan bahan pangan lainnya menjadi suatu keharusan guna memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam upaya perluasan areal tanam padi, lahan-lahan suboptimal seperti lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan lahan rawa pasang surut (termasuk lahan gambut dan rawa lebak) dengan berbagai kendala biotik (hama dan penyakit) serta abiotik (kekeringan dan kesuburan rendah) dapat dimanfaatkan dengan teknologi tepat guna untuk mendukung kebutuhan produksi nasional. Potensi sumber daya lahan Indonesia cukup besar memiliki wilayah daratan sekitar 188,2 juta ha, terdiri atas 148 juta lahan kering dan sisanya berupa lahan basah termasuk lahan rawa (gambut, pasang surut, lebak) dan lahan yang sudah menjadi sawah permanen.

Keragaman tanah, bahan induk, fisiografi, elevasi, iklim, dan lingkungannya menjadikan sumber daya lahan yang beranekaragam, baik potensi maupun tingkat kesesuaian lahannya untuk berbagai komoditas pertanian. 2 Luas lahan rawa di Provinsi Bengkulu cukup luas (6.746 ha) yang terdiri dari lahan rawa lebak mencapai 6.171 ha dan rawa pasang surutnya sekitar 575 ha, dengan rincian rawa lebak di Kabupaten Bengkulu Selatan 202 ha, Rejang Lebong 624 ha, Bengkulu Utara 1.707 ha, Seluma 1.380 ha, Mukomuko 1.936 ha, Lebong 20 ha, Kepahiyang 105 ha, Bengkulu Tengah 123 ha dan Kota Bengkulu 74 ha. Sedangkan lahan pasang surut tersebar di Kabupaten Bengkulu Selatan seluas 84 ha, Bengkulu Utara 138 ha, Seluma 196 ha, Mukomuko 30 ha, Bengkulu Tengah 15 Ha dan Kota Bengkulu 112 ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013).

Potensi pengembangan lahan rawa untuk komoditas padi masih terbuka tetapi saat ini petani padi rawa di Bengkulu masih menggunakan teknologi sederhana dengan varietas padi sawah seperti Ciherang, Ciliwung dan IR 64 serta padi lokal yang berumur dalam (5–6 bulan). Dengan pendekatan PTT, lahan rawa mempunyai potensi untuk dikembangkan dan diharapkan mampu menjadi penyumbang produksi beras di Provinsi Bengkulu.

Lahan rawa adalah lahan yang tergenang secara periodik atau terus menerus secara alami dalam waktu lama karena drainase atau saluran alami terhambat. Meskipun dalam keadaan tergenang, lahan rawa tetap ditumbuhi oleh tumbuhan. Perbedaan Lahan rawa dengan danau adalah, danau tergenang sepanjang tahun dan genangannya lebih dalam, tidak ditumbuhi oleh tanaman kecuali tumbuhan air. Sedangkan lahan rawa dapat diusahakan untuk budidaya pertanian dengan penerapan teknologi tepat guna, seperti pengaturan air dengan perbaikan drainase.

Lahan rawa gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai potensi cukup baik untuk pengembangan budidaya pertanian. Pengelolaannya harus dilakukan secara bijak agar kelestarian sumber daya alam dapat dipertahankan. Dengan mengetahui tipe lahan rawa gambut dapat dibuat perencanaan yang baik dalam pengelolaannya secara bijaksana. Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, dan luapan air sungai.

Berdasarkan penyebab genangannya, lahan rawa di bagi tiga yaitu rawa pasang surut, rawa lebak, dan rawa lebak peralihan. Rawa Pasang Surut adalah lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yaitu pasang besar dan pasang kecil. Pasang kecil terjadi secara harian 4 yaitu 1–2 kali sehari. Berdasarkan pola genangannya (jangkauan air pasangnya), lahan pasang surut dibagi menjadi empat tipe:

1. Tipe A, genangan terjadi pada waktu pasang besar dan pasang kecil;

2. Tipe B, tergenang hanya pada pasang besar;

3. Tipe C, tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang dari 50 cm;

4. Tipe D, tidak tergenang pada waktu pasang, kedalaman air tanah lebih dari 50 cm tetapi pasang surutnya air masih terasa atau terlihat pada saluran tersier.

Rawa Lebak adalah lahan rawa yang genangannya terjadi karena luapan air sungai dan atau oleh air hujan di daerah cekungan di pedalaman sehingga genangan umumnya terjadi pada musim hujan dan menyusut atau hilang pada musim kemarau. Rawa lebak dibagi menjadi tiga;

1. Rawa lebak dangkal atau lebak pematang dengan genangan airnya kurang dari 50 cm. Lahan rawa lebak dangkal biasanya terletak di sepanjang tanggul/ bantaran sungai dengan lama genangannnya kurang dari 3 bulan.

2. Rawa lebak tengahan dengan kedalaman air genangan 50–100 cm. Terjadi genangan selama 3–6 bulan.

3. Rawa lebak dalam, genangan air lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan. Rawa lebak dalam biasanya terdapat di pedalaman menjauhi sungai.

Penulis: Eddy Makruf Heriyan Iswadi, Tahun 2014 dalam Buku Pedoman Budidaya Padi Rawa. Diterbitkan BPTP Bengkulu

--

--

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent

“Menulis Untuk Diri Sendiri” | Write for My Self © Praktisi Pertanian Kementerian Pertanian