Trichoderma Sp. merupakan organisme….

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent
5 min readMay 18, 2017

Trichoderma sp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum pengendalian luas). Jamur Trichoderma sp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis (Harman et al., 2004).

[caption id=”attachment_574" align=”aligncenter” width=”1024"]

wpid-img_20140528_1451491

Peenampakan Trichoderma dalam media perbanyakannya.[/caption]

Populasi Trichoderma sp. dapat tumbuh baik pada kisaran suhu rata-rata 17°C-34°C kemampuan pengendalian hayati dari cendawan ini akan semakin berkurang seiring dengan naiknya suhu tanah (Eland,et.al., 1997 dalam efri,1994). Cendawan Trichoderma sp. menghendaki kelembaban yang tinggi serta tersedianya bahan makanan dasar yang sesuai dengan pertumbuhan Trichoderma sp. (Chet dan Baker 1981 dalam Talanca 1998).

Menurut Djatmiko dan Rohadi ( 1997 ) cendawan Trichoderma sp. dapat tumbuh baik pada pH yang rendah. Cendawan ini akan terhambat pertumbuhannya pada kondisi tanah pada pH diatas sekitar diatas 5,4 ( Baker dan Cook,1997 ), lebih lanjut dikemukakan bahwa cendawan ini lebih berhasil kemampuannya dalam menekan cendawan patogen pada kondisi tanah yang masam dari pada tanah alkalis.

Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan alternatif pengedalian yang dapat dilakukan tanpa harus memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah satunya adalah dengan pemanfaatan agens hayati seperti virus, jamur atau cendawan, bakteri atau aktiomisetes. Jamur Trichoderma sp. bersifat antagonistik, terhadap jamur lain dalam mengendalikan penyakit tanaman yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses mikroparasitisme, antibiosis, dan kompetisi (Chet, 1987).

Trichoderma sp. diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae, Devisio Amastigomycota, Class Deutromycetes, Ordo Moniliales, Famili Moniliaceae, Genus Trichoderma, Spesies Trichoderma sp. Cendawan Trichoderma terdapat lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii, Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan Trichoderma polysporum. Jenis yang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii, Trichoderma viride (Baharia. S., 2000).

Bentuk sempurna dari fungi ini secara umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales dan Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama dari Trichoderma dapat menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma (Chet, 1987).

Trichoderma sp. memiliki konidiofor bercabang cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu, dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru. Trichoderma sp. juga berbentuk oval, dan memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok (Nurhaedah,2002).

Koloni jamur Trichoderma sp. pada media biakan PDA tumbuh dengan cepat pada suhu 25°Trichoderma sp.C-300C. Jamur ini awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna (Nurhayati, 2001).

Mekanisme Antagonis Trichoderma sp. yang telah banyak diuji coba untuk mengendalikan penyakit tanaman Sifat antagonis Cendawan Trichoderma sp. telah diteliti sejak lama. Inokulasi Trichoderma sp. ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di persemaian, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan cendawan ini. Selain itu Trichoderma sp. mempunyai kemampuan berkompetisi dengan patogen tanah terutama dalam mendapatkan Nitrogen dan Karbon (Lilik,et.al., 2010).

Pengendalian patogen tanaman yang bersifat tular tanah dengan menggunakan cendawan Trichoderma sp. dapat terjadi melalui mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga cendawan akan mati). Trichoderma sp.menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisis dinding sel. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan sumber makanan. Mempunyai kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa Trichoderma sp.akan mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel. Trichoderma sp. adalah jenis cendawan yang tersebar luas di tanah, dan mempunyai sifat mikoparasitik (Gultom, 2008).

Mikoparasitik adalah kemampuan untuk menjadi parasit cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenis-jenis cendawan fitopatogen. Beberapa cendawan fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma sp.antara lain: Rhizoctonia solani, Fusarium spp, Lentinus lepidus, Phytium spp,Botrytiscinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus danSclerotiumroflsii yang menyerang tanaman jagung, kedelai, kentang, tomat, dan kacang buncis, kubis, cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah- buahan, semak dan tanaman hias (Tandion, 2008).

2.3 Potensi Trichoderma sp.

Potensi Jamur Trichoderma sp. sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme penggangu tumbuhan. Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa Trichoderma sp. juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur Trichoderma sp. pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.

Kemampuan Trichoderma sp. sebagai cendawan antagonis ditentukan oleh laju pertumbuhan yang cepat dan tingkat populasi yang tinggi. Djatmiko dan Rohadi (1997), mengemukakan bahwa Trichoderma sp. termasuk cendawan penghuni tanah yang dapat hidup disegala tempat, mudah diperoleh, cepat berkembang biak, tempat hidupnya disekitar perakaran sehingga ia mempunyai kemampuan yang baik sebagai pengendalian hayati patogen terbawa tanah terutama penyakit-penyakit yang menyerang akar.

Penggunaan agensi hayati untuk pengendalian penyakit tumbuhan adalah upaya untuk mengurangi kemampuan bertahan suatu patogen, menghambat pertumbuhan, penyebaran, mengurangi infeksi dan beratnya serangan patogen pada tanaman inang. Selain itu, diharapkan dapat menggantikan peran pestisida kimia dan mengurangi biaya penanggulangan. Oleh karena itu perlu adanya upaya pengembangan jamur Trichodermasp. ke depan yaitu dengan pembuatan media organik beras dan jagung yang ditujukan untuk menciptakan produk agen hayati yang efektif untuk mengendalikan penyakit tanaman.

2.4 Pengendalian Hayati Trichoderma Sp.

Agens hayati menurut FAO (1997) yaitu organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, arthropoda pemakan tumbuhan, dan patogen. Agens hayati yang digunakan untuk mengendalikan penyakit disebut agens antagonis, pemanfaatan agens hayati dalam menekan perkembangan penyakit terus dikembangkan dan dimasyaratkan ke petani (Lilik,et.al., 2010).

Salah satu metode pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan mikroorganisme antagonis yang sekarang banyak dikembangkan yaitu dengan menggunakan cendawan atau bakteri nonparasit (Djatmiko dan Rohadi, 1997). Penggunaan cendawan antagonis sebagai pengendali patogen merupakan salah satu alternatif yang dianggap aman dan dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan. Pengendalian hayati terhadap patogen dengan menggunakan mikroorganisme antagonis dalam tanah memiliki harapan yang baik untuk dikembangkan karena pengaruh negatif terhadap lingkungan tidak ada (Darmono, 1994).

Pemanfaatan mikroorganisme sebagai agens pengendalian nampaknya masih perlu dikembangkan. Pengembangan penggunaan mikroorganisme tersebut perlu dilandasi pengetahuan jenis-jenis mikroorganisme, jenis-jenis penyakit dan juga mekanisme pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan mikroorganisme. Pemanfaatan ini diharapkan dapat membantu pengendalian penyakit tanpa mengganggu kondisi lingkungan.

Trichoderma sp. dapat dijadikan sebagai agensi pengendalian patogen terutama yang tergolong asal tanah (Rosmini 2003). mengemukakan bahwa Trichoderma sp. merupakan agensi pengendalian hayati yang menjanjikan bagi petani untuk mendapatkan teknologi pengendalian yang murah untuk jangkah panjang tidak merusak lingkungan hidup dan tidak menyebabkan residu pada hasil tanaman.

Pengendalian hayati dengan menggunakan agens hayati seperti Trichoderma sp. yang terseleksi ini sangatlah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai untuk pengendalian penyakit tanaman di Indonesia (Rosmini, 2003).

Bahan organik dapat pula digunakan sebagai medium pertumbuhan cendawan antagonis dalam menekan patogen tular tanah. Hasil penelitain Djatmiko dan Rohadi (1997) mendapatkan bahwa hasil perbanyakan Trichoderma harzianum dalam sekam padi dan bekatul mempunyai kemampuan menekan Plasmodiphora brassicae (penyakit akar gada) baik pada tanah andosol maupun latosol.

--

--

Iyan Cahyana
Agro | Farming Agent

“Menulis Untuk Diri Sendiri” | Write for My Self © Praktisi Pertanian Kementerian Pertanian