Es Kembang Tahu

Nando Teddy
Aksara Dalam Asa
Published in
6 min readAug 11, 2024
Entah Ini Namanya Apa

Artikel ini dibuat ditengah kota kecil sambil menyantap Es Kembang Tahu. Ya kembang tahu — tentunya terbuat Dari tahu, kudapan satu ini cukup legendaris dan biasanya dicampur dengan kuah jahe menambah aroma cita rasa “Kacang Kedelai”. Namun hari ini sepertinya experiment saya untuk memesan menu lain ini membuat saya terinspirasi untuk membuat artikel.

Sambil menyantap dan mengetik artikel di tengah hiruk pikuk kehidupan kota merupakan suatu makanan sehari-hari orang orang seperti saya, nomaden menikmati hingar bingar kehidupan antar generasi.

Lalu kenapa kembang tahu yang menjadi topik, bukan sebenarnya ini hanya akan menjadi intro saja,hasil pengamatan saya mengenai dessert tersebut. Appetizer hehe(lah ini kan dessert,protes netizen😂)

Namanya juga Es, ada dua hal yang saya tidak harapkan terjadi di menu yang saya pesan,

  • Porsinya sepertinya kebesaran untuk dua orang
  • Kandungan Es serut ternyata dicampur dengan Chrysanthemum (semacam kembang bunga matahari yang teruji membuang panas dalam)
  • Lalu sambil membuat artikel lambat laun saya melihat es tersebut mencair! seolah olah mengabaikan bahwa saya telah membelinya ! Haha !

Observasi yang muktahir yang membuat saya terinspirasi tentang bagaimana sebuah bisnis yang telah berjalan sekian tahun masih kurang memperhatikan hal hal imut seperti “jumlah porsi”. Dan inilah kenapa kita selalu berharap disetiap situasi kita mempunyai channel untuk memberikan “feedback”.

Terlepas dari rasanya yang enak terkadang jika kebanyakan ternyata tentunya tidak align sama ekspektasi plus tipikal makan yang bernama “Es” tidak memungkinkan untuk dibungkus.

Tapi tidak apa apa berhubung toko ini langganan saya saya maafkan, haha karena enak juga ! Dan saya menyeruput sedikit demi sedikit.

Lalu setelah saya perhatikan lebih mendetail ternyata benar kata pepatah, “Es akan mencair juga”, terjadi perubahan bentuk a.k.a “Transformasi’, nah disini adalah inti dari artikel ini.

Dari pengamatan saya di dalam hidup yang sangat dinamis ini, hanya masalah waktu soal bagaimana hal hal yang kita hadapi ternyata tidak statis. Semua berubah, termasuk “Es yang mungkin menjadi favorit kita”. Artinya apa, semua hal yang kita alami suatu saat akan berlalu. Apakah hilang? Tidak, es tersebut ternyata berubah bentuk menjadi cari, “mereka tetap exist”.

Bagaimana jika kita kaitkan apapun hal yang saat ini kita punyai seperti “Es”, apapun itu akan ada saatnya mencair bukan ? Lalu jika itulah hakikatnya, apakah kita sepertinya kurang bijak jika kita berharap “Es” tersebut akan bersama kita selamanya.

Inilah latihan “Self Awareness” atau “Mindfulness" atau “Detachment”, mengobservasi berbagai benda yang ada disekitar kita baik benda yang “hidup” ataupun yang “mati”. Ternyata hampir sebagian besar tidak kekal,temporer.

Kenapa latihan ini menurut saya penting, karena ini akan memisahkan antar diri kita dan “ego” kita. Hal yang mungkin sedikit banyak membuat banyak diantara kita mengejar hal hal yang tidak pasti. Seperti istilah “Hedonic Treadmill”.

Jika hidup ini mudah, mungkin semua orang sudah bahagia, atau jika hal hal bersifat materialistik dapat menjadikan kita bahagia tentunya kita tidak perlu berhadapan dengan tuntutan dan ekspektasi yang tidak realistis.

Secara psikologis saya masih berusaha mengobservasi mengapa beberapa orang beranggapan bahwa “mereka akan hidup selamanya di dunia yang bersifat sementara ini”. Apakah mereka lupa, pada saat hadir di dunia, tidak ada satupun hal yang ada di kita, dan mungkin pada saatnya nanti kita akan menjadi debu, mungkin juga tidak akan ada yang kita bawa.

Sambil menyeruput es yang sebagian sudah mencair saya langsung teringat lagu epic dari suami Yura Yunita, Donne Maula berjudul “Daur Hidup”

Berikut liriknya

Hai perkenalkan Aku jiwa yang bertahan
Sudah ditempa keras oleh banyak cerita
Mati berkali-kali tapi bisa hidup lagi
Konon jika selamat, aku semakin hebat

Daur hidup akan selalu berputar
Tugasku hanya bertahan
Terus jalan dan mengalirlah seperti air
Dari lahir sampai ku jadi debu di akhir

Bohong jika aku bilang selalu kuat
Lemah datang di saat-saat tak tepat
Beruntung aku dijaga Kawan erat
Ayat buat ku dan Dia semakin dekat

Daur hidup akan selalu berputar
Tugasku hanya bertahan
Terus jalan dan mengalirlah seperti air
Dari lahir sampai ku jadi debu di akhir

https://youtu.be/HEWBFp4raoQ?si=XySmz9WLhDR_JcqW

Ini membuat saya termenung di kafe kecil di tengah hingar bingar obrolan anak anak muda di sekitar saya, saya termenung karena mungkin banyak dari kita yang Masih belum sadar atau “eling” bahwa mungkin 100 tahun dari sekarang, semua dari kita ini hanyalah tinggal kenangan, foto kita mungkin akan dipajang ke rumah yang mungkin bukan punya kita, atau mobil kesayangan kita mungkin telah hilang tergantikan, atau bahkan yang lebih extreme, pakaian kita, semua mungkin akan ditemukan di toko thrifting.

Dengan kenyataan seperti ini, masih pentingkah yang dinamakan, egois? Mau menang sendiri? atau berbuat aneh aneh di dunia yang mungkin kita hanya sebagai “Guest mode” atau “Incognito”? Mungkin tidak signifikan lagi

Mungkin cara terbaik sebagai misi hidup di dunia yang sudah terbukti sementara ini adalah menjalani kehidupan, berkontribusi selagi bisa Dan memungkinkan, serta terus berjuang mengejar impian tapi dengan seimbang dan ga ngoyo.

Hal ini yang membuat saya terpicu untuk terus berkarya karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita hanya sebagai “orang yang numpang lewat tanpa akan pernah dikenang” ataukah kita bisa memilih untuk menjadi seseorang yang akan terus “dikenang” sebagai “kontributor peradaban” ?

Mungkin bagi saya saat ini sekolah sekolah harus meralat mengenai pertanyaan “Apa cita citamu nak” ketika anak kita atau generasi dibawah kita memasuki kelas 1sd. Jawaban umum yang selalu kita dengar adalah “Dokter”, “Insinyur”, “YouTuber(sambil ketawa sendiri)”

Yang paling epic menurut saya pribadi cita cita yang sangat make sense adalah “berkontribusi terhadap masyarakat, menemukan ilmu baru, ataupun diingat sampai ribuan tahun” Karena sekali lagi kita sepertinya akan menjadi bahan senda gurau generasi yang diatas kita yang sudah pergi, jika mereka Masih bisa mengobrol mungkin diskusi yang akan kita dengar seperti berikut

“Astaga generasi sekarang, mereka tidak tahu ya hidup ini ga harus tua untuk dijemput yang diatas, berbuat lah terbaik dan manfaatkan waktu”

“Betul ya, banyak orang yang pergi di Umur 70–90 tahun, tapi anak muda sekarang, Umur 25 tahun sudah seperti zombie, tidak memiliki ambisi, mereka lupa mereka tidak signifikan terhadap peradaban”

“Hey kalian, Masih pentingkah kalian berperang, mengedepankan ego kalian? Kalian juga hanya tamu, jadi sadar lah”

“Masih worth it untuk ribut berebutan hal hal materialistik, seperti warisan etc, bertengkar karena urusan sepele? Sudahlah, kita mungkin juga tidak akan teringat ataupun dikenang suatu saat nanti ketika kita pergi”

Di dunia professional ataupun bisnis selalu yang diutamakan bukan “uang” ataupun “kepintaran” melainkan bagaimana anda bekerja dengan orang, atau bagaimana anda memperlakukan orang lain hal tersebut lebih essential ketimbang trivial.

“Put your hand on a hot stove for a minute, and it seems like an hour. Sit with a pretty girl for an hour, and it seems like a minute. That’s relativity.” — Albert Einstein

Everything in life is temporary. So if things are going good, enjoy it because it won't last forever. And if things are going bad, don't worry. It can't last forever either." - Anonymous

Tidak terasa saya duduk satu jam di kafe kecil ini , di hari weekend yang bersahaja, menikmati kehidupan di dunia fana ini. Terkadang mungkin solusi terbaik untuk menjalani kehidupan ini adalah berkarya dan berkarya. Karena dibalik ribuan kata kata yang teruntai, kita tidak akan pernah tahu kata kata mana yang akan menolong sesama, anggap saja tulisan saya diatas adalah amal yang saya bagikan kepada anda para pembaca setia dimanapun anda berada.

Artikel ini bertipe “analisis sendiri, simpulkan sendiri” ibarat kata plot nya Christopher Nolan, “tidak harus akhir” namun “juga tidak harus awal”

Haha edan !

Apalagi jika artikel seperti ini mengubah hidup anda menjadi lebih baik, Selamat, mungkin kita sefrekuensi Dan jika memang semesta berkehendak kita akan bertemu suatu saat nanti.

Akhir kata, teruslah berjuang jangan patah arang dan menyerah, karena dunia ini tetap butuh “tamu agung” seperti anda untuk melaksanakan misi terakhir yang mungkin tidak akan pernah usai sampai akhir hayat.Semangat dan optimis ok !

Selamat orang orang terpilih, tetap berjuang ! Jumpa lagi di lain waktu !

https://www.feelingmoney.com/blog/getting-off-the-hedonic-treadmill

https://www.wikihow.com/Law-of-Detachment#:~:text=The%20Law%20of%20Detachment%20is%20a%20spiritual%20practice%20about%20letting,your%20mind%20to%20all%20possibilities.

--

--