Ignore the Noise
Apakah cinta masih sama jika kau tahu ujungnya
Satu perkenalan dua pendekatan apa kau bosan
Bencana-bencana di luar rencana
Janji-janji fana membuat merana hmCerita kita takkan seperti di layar-layar kaca
Gemas romantis tak masuk logika
Cerita kita kan berjalan perlahan dan sederhana hm
Saling mengerti hanya lewat bicara hmCerita kita takkan seperti di layar-layar kaca
Gemas romantis tak masuk logika hm
Cerita kita kan berjalan perlahan dan sederhana hm
Saling mengerti hanya lewat bicara hmLepas dan hangat
Bercinta lewat kata
Sabtu pagi 16 Maret 2024, music karya Donne Maula mengiringi pagi yang cerah dan tenang. Dengan quotes terbaik “Saling mengerti hanya lewat bicara” membuat saya yakin hari ini hari yang tepat untuk menuangkan isi pikiran.
Ignore the noise — noise yang menurut cambridge dictionary
any bad change in a signal, especially in a signal produced by an electronic device:
unexplained or unexpected information in a sample that is not useful and that can be ignored:
Di dalam perjalanan hidup ini seberapa banyak energi yang kita tumpahkan dan salurkan ke hal hal yang bersifat noise, tidak penting tidak bermanfaat. Energi yang mungkin kita bisa salurkan ke hal seperti meningkatkan skill, menambah network dsb malah habis.
Mengindentifikasi noise dalam hidup kita menjadi part dalam bagian seni bersikap bodo amat or in a nutshell (jadi teringat buku favorit we know The Subtle Art of Not Giving a F*ck ) dan bagian tak terpisahkan dari kehidupan para pejuang stoic.
Beberapa observasi saya selama menjalani penelitian di perjalanan kehidupan saya selama ini dan melihat keadaan circle saya yang mungkin relate dengan kehidupan kalian pada umumnya sebagai manusia normal.
- Komentar orang lain terhadap kehidupan kita, membanding bandingkan kehidupan.
- Melarikan diri dari masalah hidup dengan merusak diri seperti mabuk mabukan, melakukan hal aneh aneh.
- Mengganggap remeh ilmu pengetahuan dan intelektual sehingga kebijaksanaan turun dan level kebodohan meningkat.
- Sikap iri,dengki, tamak,mood swing yang tidak bisa dikontrol dan teman temannya dalam ikatan 7 deadly sin yang memicu ekspektasi tidak sehat dan kekecewaan mendalam.
- Pikiran jangka pendek, apapun ingin cepat, cepat sukses,cepat kaya,cepat hebat.
- Faktor eksternal seperti cuaca, bencana alam, force majeure, layoff, yang sedikit banyak bukan kontrol kita.
Didalam pembahasan 7 Deadly sin sangat jelas sin yang ada menggambarkan hal hal yang harusnya tidak ditaruh sebagai “target” energi. Alangkah bijaksananya manusia jika mampu menchanneling energi yang ada di waktu yang terbatas ke tulisan berwarna biru dari gambar diatas.
Plus jika menilik ulang soal crab mentality, mental kepiting dimana jika ada 10 kepiting dalam sebuah ember, dan satu kepiting berusaha naik dan keluar, 9 kepiting lainnya berusaha menarik ke dalam. Hal yang sama terjadi jika anda terlalu fokus terhadap “9 kepiting ini” yang merupakan “orang lain, atau faktor eksternal atau noise”, not worth your time.
Signs of people with a crab mentality
Several signs point out whether someone tends to acquire a crab mentality within themself
- Have the mindset of “people can’t be better or more successful than me”
- Tend to criticize and blame others
- Get irritated and jealous for seeing people’s success and reaching their accomplishments
- Have constant bad presumptions of people’s accomplishments
- Have overflowing competitiveness that gives them bad energy
- Assume people’s success is obtained by luck and privileges, instead of their effort.
Ignore mereka dan jangan jadi seperti mereka jika target anda dalam hidup ini adalah masuk kejajaran top 1% dimana di level tersebut orang sudah fokus pada “whats the next great idea we can do for this world” instead “what people think about me, did they jealous or”. Level liga intelektual yang sangat berbeda.
Focus on virtue and ignore the noise
Seandainya hidup kita ditentukan atau (dictated) oleh orang lain sebagai faktor external tentunya membuat kita menjadi tidak tenang, gelisah, dikejar kejar “noise” yang sebetulnya tidak diperlukan. Apalagi value yang disampaikan tidak berkontribusi terhadap kehidupan kita sudah sepatutnya kita cut, “bahasa investasinya cut loss”. Jadi solusi untuk noise yang ada di dalam hidup kita yang paling basic adalah “ignore the stuff, and do continous improvement instead”
Hal hal bersifat distraksi di dalam hidup, tidak menambah manfaat malah menarik kita kebawah seperti Crab Mentality
“Problem tidak akan pernah habis”
Dan waktu lama lama juga habis. So, jika kita berfikir seperti waktu adalah “aset”, sangat tidak worth it memasukkan hal hal tidak baik kedalam kehidupan apalagi menambah beban pikiran di kapasitas otak yang memorinya terbata. Kenapa tidak “di ignore saja” apalagi hal hal yang tidak meningkatkan “ilmu kita”,”wealth kita”,”network kita”. Why we need to bother with something “unecessary”?
Orang orang top 1 percent di dunia selalu mengobservasi dan merefine dirinya untuk menjadi “better 1%” every single day. Dari segi apapun you name it
- Ilmu baru +1% every single day
- Network baru +1% every single day
- Wealth baru +1% every single day
- and so on
Bayangkan jika anda memfokuskan diri anda 1% every single day hanya untuk 3 aspek utama itu saja per hari, gain investment yang anda dapatkan itu akan menjadi compounding dan suatu saat anda akan berterima kasih dengan saya. Dibandingkan menginvestasikan waktu anda dengan hal hal yang bersifat “noise”, get rid of it. Itu juga yang saya coba terus lakukan dan manfaatnya terasa di level long term. Bayangkan jika hari hari anda diisi kegelisahan mengenai sikap orang lain, atau kecemasan mengenai sesuatu yang belum tentu terjadi?
Setelah mengidentifikasi noise — mulai coba pikirkan gimana caranya agar kita tidak ikut ikutan seperti “herd mentality”.
Herd mentality (also called mob mentality or pack mentality) describes how people can be influenced by the majority.
Social psychologists study the related topics of group intelligence, crowd wisdom, groupthink, and deindividuation.
Ketika mayoritas orang melakukan hal yang sama dan anda adalah bagian dari hal yang sama tersebut, ya pastinya anda akan menjadi orang dengan mentalitas yang sama.
Selalu dan selalu ketika saya mempelajari self improvement, meningkatkan kemampuan diri sendiri tanpa tergantung sama faktor eksternal atau orang lain, saya selalu teringat dengan iterasi yang terjadi di pekerjaan saya sendiri yang selalu tentang rencana, daily activity, dan review , retrospective, refine.
Karena jika tujuan kita ingin “meningkatkan hidup kita” atau “menaiktarafkan” atau “mengupgrade” diri kita sendiri. Satu satunya jalan yang paling paten menurut pengamatan saya tentunya dengan keikhlasan untuk memetakan “kekurangan” dan memperbaiki parameter parameter yang dialami dalam constraint waktu tertentu.
Contoh : jika di dalam hidup ini anda mengambil keputusan lalu merencanakan dan melaksanakannya dan ditengah jalan terdapat “kendala”, alangkah baik jika menyempatkan waktu untuk “merefine ulang,review” untuk melihat apakah kita bisa memperbaiki dan memfilter “noise” yang terjadi. Sehingga kita bisa mitigasi dan “move on” dengan efisien dan cepat. Waktu yang terbatas ini tidak mungkin dan tidak “worth it” jika dihabiskan dengan hal hal yang “unecessary”. Identifikasi hal ini dari awal, tengah dan akhir perjalanan pastinya akan membuat apapun rencana kalian menjadi lebih berkemungkinan “berhasil” dibandingkan dengan focus terhadap “victim mentality” or focusing on noise seperti “asem gua sial melulu”.
Masalah hidup ini sudah banyak, dont give a f* for something unecessary and kindly give a f* for the top 3 of your main necessary problem put laser focus on that plus do problem solving for that instead drowning your face into infinity noise.
Semoga kita bisa bertemu di lain waktu sambil menyeruput teh hangat menikmati udara segar di puncak kehidupan.
See you on top !