Supply Chain Dan Tantangannya

Nando Teddy
Aksara Dalam Asa
Published in
7 min readOct 18, 2020
https://www.resilience.org/stories/2020-05-21/working-from-home-during-the-pandemic-has-environmental-benefits-but-we-can-do-even-better/

Pandemic Covid 19— ya mungkin ketika artikel ini nanti dibaca oleh generasi anak ataupun cucu saya mungkin cerita mengenai pandemic akan menjadi salah satu bagian dari buku sejarah mereka yang tak akan pernah terlupakan. Ketika hampir semua negara di dunia berjibaku menekan angka penyebaran dan menyelamatkan nyawa manusia ataupun menahan gempuran resesi ekonomi yang berdampak ke berbagai sektor, ya tidak mudah , namun saya yakin kita bisa melalui ini — October 2020

Beberapa perusahaan baik di dalam maupun luar negeri ketar ketir mengamati perputaran uang atau yang biasa kita sebut cashflow , terutama di sektor manufaktur dan produksi yang jelas jelas membutuhkan constant demand dari masyarakat. Sektor agriculture dan makanan yang biasanya melakukan proses produksi dan berjalan setiap hari saat ini semakin tersendat, bahkan ironisnya seperti yang terjadi di beberapa perusahaan susu di amerika sampai harus membuang stock susu murni yang biasa disalurkan ke restoran ataupun hotel dikala banyak orang yang homeless,jobless bahkan mengantri untuk mendapatkan makanan. Hal yang sangat ironis tentunya.

Karena saya bukanlah ahli ekonomi tapi saya tertarik untuk membahas hal yang berkaitan dengan supply chain karena supply chain mempunyai faktor dan variable yang sangat masif terhadap kehidupan sebuah negara. Hal ini dapat menjadi suatu pelajaran berharga di masa depan ketika anak anak atau generasi kita memiliki ide yang lebih baik, teknologi yang lebih bagus, serta pengaturan mitigasi resiko yang lebih tepat guna sehingga supply ekonomi dapat didesign tanpa menghasilkan wasted product atau membuang makanan dikala orang lain kelaparan.

Problem statement :

  1. Kenapa banyak pabrik susu yang membuang susu produksi mereka setiap harinya di amerika selama pandemic? (vox)
  2. Kenapa berton ton kentang,timun dan beberapa product agriculture lainnya dibuang begitu saja setiap harinya? (business insider)

Dibahas oleh dua media yang mempunyai reputasi baik di bidangnya

Saya tertarik dengan pembahasan vox media yang mengupas secara holistic dan tentunya ini menjadi indikator bahwa “we need to have a better plan” for our future. Kita mulai dari contoh bahwa pandemic seperti ini sangat berdampak terhadap supply chain ekonomi di sisi produksi.

Courtesy : Vox Youtube — Produksi susu yang digunakan oleh hotel,restoran dan sekolah

Sebuah peternakan sapi perah tentunya memiliki output berupa produk dairy seperti susu,keju, susu uht yang memiliki komposisi packaging berbeda sesuai dengan kebutuhan customer. Ada customer yang sifatnya enterprise seperti hotel, sekolah, restoran yang membutuhkan kebutuhan susu dalam bentuk raw material berukuran besar, ada juga berupa customer yang sifatnya end user seperti kita kita yang membeli susu dalam bentuk kotak, ataupun keju dalam bentuk slice. Dari segi packaging dan kapasitas produksi tentunya dibuat sesuai dengan demand history sebelumnya, sehingga jika dulunya hanya memiliki satu pabrik karena demand meningkat pabrik menambah sapi dan fasilitas pembuatan produksi menjadi dua kali lipat dan begitu seterusnya (tergantung demand) secara linear.

Courtesy : Vox Youtube — Demand yang berhenti

Namun karena pabrik susu sangat tergantung dengan constant demand daily. Perubahan demand yang mendadak menjadikan gap dalam produksi dan konsumsi, Akibatnya dalam periode tertentu terjadi pembuangan besar besaran hasil produksi yang tidak dapat disalurkan karena demand yang tidak lagi sama. ketika keju yang telah diproduksi untuk mencukupi kebutuhan hotel dalam waktu satu bulan tidak jadi dikirim gara gara corona virus mengharuskan hotel menutup atau tidak adanya turis yang masuk ke negara tersebut membuat terjadinya extra supply. Tetapi mau tidak mau para peternak terpaksa membuang product mereka. Kenapa…….

Beberapa tanggapan orang pada umumnya :

  1. Kenapa dibuang, kan bisa dikonversi lagi ke product end consumer , karena grocery masih buka ?
  2. Kenapa tidak diberikan ke homeless yang jelas jelas kelaparan atau food bank atau dibagi ke masyarakat secara gratis contohnya dibandingkan dibuang buang
  3. Kenapa tidak ekspor ke luar negeri?

Kendala :

  1. Untuk mengkonversi product yang dibutuhkan hotel dan menjadikan lebih consumer friendly membutuhkan penambahan fasilitas baru, perubahan jenis packaging dari keju yang ukuran raksasa menjadikan ukuran slice atau susu yang berukuran galon menjadi product seperti botol susu ukuran kecil, dan prioritisasi resource ke consumer tentunya membutuhkan perubahan yang masif, dari segi proses, paket, serta meningkatkan kapasitas seperti fridge,karyawan atau distribusi chain dalam waktu singkat dan ironisnya jika proses konversi ini dilakukan selain berdampak pada cashflow perusahaan produksi susu yang oversupply terhadap demand dari konsumen akan mengakibatkan harga susu turun dan revenue akan lebih minus dari biasanya. Ironis ? Ya inilah yang dihadapi mereka.
  2. Mengirimkan product susu dan membaginya dengan percuma yang tadinya di peruntukkan untuk hotel atau restoran sama saja menimbulkan 2 masalah turunan baru, harga ongkos pengiriman, resource yang dibutuhkan+ tidak adanya tempat penyimpanan yang tepat tentunya tidak memungkinkan.
  3. Pandemic ini tidak memungkinkan hal ini terjadi karena beberapa negara mempunyai standard kesehatan yang berbeda terhadap product ekspor impor yang tentunya membutuhkan proses yang memakan waktu apabila dilakukan di waktu normal ditambah pandemic dan beberapa negara terang terangan menutup border.
Throw away potatoes

Hal ini tidak hanya terjadi di industri susu saja namun juga di sektor pertanian seperti kentang, sawi kacang panjang, dan bawang dan sampai hari ini — terpaksa dilakukan karena disaat tulisan ini ditulis kita belum selesai atau berhasil mengalahkan pandemic— October 2020

Sawi — Joseph Haeberle for The New York Times
Bawang …Joseph Haeberle for The New York Times
Bawang -Joseph Haeberle for The New York Times

Dibuang begitu saja karena lahan yang terbatas dan timeframe untuk menumbuhkan suatu komoditi agriculture membutuhkan proses yang tidak mudah. Ketika musim panen tiba namun demand dari restoran dan sekolah tidak ada apa yang terjadi? Mereka terpaksa dibuang bahkan dihancurkan untuk membuat lahan baru. Ironis?

Supply chain dari menanam bibit, pupuk, mencegah penyakit tanaman hingga irigasi dan hingga dipanen, dipackage dan dikirim ke fasilitas lain untuk diolah dipackage hingga bisa dikirim ke retail seperti supermarket ataupun hotel yang tentunya membutuhkan constant demand. Beberapa fasilitas dari pertanian modern tentunya memungkinkan untuk mengkonversi sayuran tersebut menjadi produk turunan seperti potato chips, atau frozen lettuce, kembali semakin banyak extra supply yang terjadi, bahkan untuk ‘membuang’ kentang yang sudah dipanen juga membutuhkan resource yang masif.

Dari problem statement diatas kira kira apa yang kita bisa lakukan untuk mencegah hal seperti ini di masa depan ?

Ada beberapa ide gila dan mungkin bisa diterapkan di masa depan

https://www.softwebsolutions.com/wp-content/uploads/2019/11/agriculture-industry.jpg
  1. Membuat produksi pabrik susu ataupun agriculture menjadi seelastis mungkin seperti halnya cloud computing — on demand only will serve menggunakan teknologi, sehingga jika hotel mau order susu, hanya tinggal klak klik dengan timeframe ratio tertentu.
  2. Menjadikan product derivatif sebagai backup option jika terjadi shortage supply mendadak- peternakan harus dilengkapi IOT yang realtime untuk memantau situasi terkini yang terjadi demand dan supply secara realtime sehingga dapat meminimalisir resiko
  3. Memberikan regulasi dan ijin yang jelas seperti satu provinsi hanya memiliki satu pabrik susu, dan dimonitor secara maksimum total produksi dan demand menggunakan digital dan mobile application.
  4. Membuat ukm on the cloud sehingga peternak, petani kecil dapat mendapatkan dana segar di pasar modal (bukan peer 2 peer lending , tapi lebih ke arah seperti bursa efek indonesia khusus ukm berteknologi mandiri. Mereka dapat bekerja sama bertukar informasi menggunakan aplikasi yang realtime, anytime, dan reliable.
  5. Menerapkan extension supply chain seperti kerjasama dengan industri yang pasti ada sepanjang jaman seperti rumah sakit, dan supermarket yang dapat mengurangi “single point of failure” karena industri peternakan dan agriculture apalagi yang baru expansi mengandalkan loan dari perbankan yang tentunya memiliki resiko yang tidak tanggung tanggung seperti gagal panen, pandemic.
  6. Meningkatkan awareness terhadap anak muda sekarang tentang produksi makanan dan pangan, bahkan kalau bisa produksi sendiri di rumah hal hal yang bisa ditanam sendiri seperti bawang, cambah, dengan aquaponic with iot .
  7. Riset dengan membuat gedung berisi 10 lantai dan setiap lantai dimanfaatkan untuk melakukan peternakan indoor di lantai 1 tower ataupun lantai 2 yang dibuat sebagai tempat untuk menanam padi (penelitian ini sedang dilakukan di jepang). walaupun kita hidup di dunia digital dan tinggal dikota. kita tidak bisa memakan handphone atau kenyang jika nonton youtube, you need rice or potatoes to eat right?
  8. Coba mencari alternatif solution seperti culture meat https://en.wikipedia.org/wiki/Cultured_meat

9. ……………………

10. ……………………

ada lagi ? reply di comment atau info saya langsung ! — mana tau ini berguna bagi anak cucu kita kelak- mungkin saat ini belum possible but why not we support our future generation. Karena agriculture dan peternakan adalah resource untuk ketahanan hidup kita semua. Jadi mudah mudahan artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

Ini ungkapan Pramoedya yang terkenal itu: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” … Jika tidak menulis, maka orang akan hilang dari sejarah.

Disadur dari

VOX media

https://www.youtube.com/watch?v=MODobm9mWIk

Business Insider

https://www.youtube.com/watch?v=ALtfQVbHtM0&t=373s

New York Times

--

--