Mandi Lumpur

Candra D Hendrian
Aksaranara

--

Pagi itu, kami berkumpul di titik pertemuan yang telah disepakati. Ransel dan peralatan trail sudah siap, lengkap dengan sepatu dan pakaian yang siap kotor. Kami tahu, perjalanan menuju Cisadon di Sentul kali ini akan penuh tantangan, terutama karena musim hujan yang baru saja berlalu.

Setelah memastikan semua perlengkapan lengkap dan motor trail dalam kondisi prima, kami memulai perjalanan. Suasana pagi yang sejuk dengan embun masih menempel di dedaunan memberikan energi positif bagi kami semua. Jalur pertama cukup bersahabat, dengan jalanan berbatu yang masih mudah dilalui. Namun, seiring kami makin jauh masuk ke hutan, tantangan mulai muncul.

Tanah mulai berubah menjadi lumpur tebal yang licin. Setiap kali roda motor berputar, lumpur terlempar ke segala arah, mengotori kami dari kepala hingga kaki. Beberapa dari kami bahkan harus turun dari motor untuk membantu mendorong agar bisa melewati bagian yang sangat berlumpur. Di sinilah kekompakan kami diuji. Tidak ada yang bisa melewati jalur ini sendirian. Kami harus saling membantu dan mendukung.

Salah satu momen yang paling mengesankan adalah ketika salah satu teman kami, Isal, terjebak dalam lumpur yang sangat dalam. Roda motornya terbenam hingga setengahnya dan meskipun mesinnya meraung, motor itu tidak bergerak. Kami semua segera turun dari motor dan bergotong -royong membantu mengangkat dan mendorong motornya keluar dari jebakan lumpur itu. Setelah berusaha keras selama beberapa menit, kami akhirnya berhasil. Meskipun penuh lumpur dan keringat, tawa lepas kami menggema di tengah hutan.

Perjalanan ini tidak hanya menguji fisik kami, tetapi juga mental dan kekuatan kebersamaan. Setiap kali kami melewati rintangan, semangat kami makin kuat. Kami menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang mencapai tujuan, melainkan juga tentang menikmati prosesnya, seberat apa pun itu.

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan penuh lumpur dan tantangan, kami akhirnya sampai di Cisadon. Desa kecil yang asri dan tenang ini terasa seperti hadiah bagi kami. Penduduk setempat menyambut kami dengan ramah, memberikan senyuman dan sapaan hangat. Kami memanfaatkan waktu untuk beristirahat sejenak, mengisi kembali energi dengan makan siang yang kami bawa.

Kami juga sempat berbincang dengan beberapa warga desa, mendengarkan cerita mereka tentang kehidupan di Cisadon–kisah-kisah tentang kesederhanaan hidup di desa. Ada ketenangan dan kedamaian yang sulit kami temukan di tempat lain.

Setelah merasa cukup beristirahat, kami memulai perjalanan pulang. Jalur yang sama terasa sedikit lebih mudah meskipun masih penuh tantangan. Mungkin karena semangat kami yang sudah terisi kembali dan pengalaman yang membuat kami lebih siap menghadapi rintangan. Meskipun lelah, kami tetap bersemangat menyemangati satu sama lain.

Di akhir perjalanan, ketika kami kembali ke titik awal, ada perasaan bangga dan puas yang tak terlukiskan. Kami berhasil menaklukkan jalur yang penuh lumpur dan tantangan, dan yang lebih penting, kami melakukannya bersama-sama. Petualangan ini bukan hanya tentang mengendarai motor trail, tetapi juga tentang kebersamaan, kerja sama, dan menikmati keindahan alam yang luar biasa.

Penulis: Candra Dwi Hendrian

Penyunting: Rifka Az-zahra

--

--