Mengobrol dengan Teman Lama
#587: Pertemanan memantik hormon kebahagiaan
Sebuah pesan WhatsApp (WA) masuk pagi itu, “Assalamu’alaikum. Mas Ivan apa kabar?” Saya hanya membaca pratinjau (preview) pesan melalui notifikasi dan melihat nama pengirimnya—seseorang yang pernah sangat dekat dengan saya pada masa lampau.
Belum jadi anggota Medium? Baca gratis tulisan ini di sini.
Rabu pagi itu saya sedang menikmati hari lowong. Hanya ada satu agenda yang harus diikuti hari itu: perekaman siniar (podcast) dengan Raditya Dika. Itu pun sore. Saya memanfaatkan waktu untuk mencari informasi transkripsi fonetis bahasa Indonesia yang diperlukan salah satu proyek Narabahasa. Karena sedang berkonsentrasi, pesan itu baru saya balas setelah makan siang di kantor.
“Waalaikumussalam, Tri. Alhamdulillah, kabar saya baik. Tri gimana kabarnya? Keluarga sehat semua?” balas saya.
Tri Sakti salah seorang pemrogram komputer yang pindah dengan saya ke IndoConsult setelah tiga tahun bersama di C-Consulting. Saya terakhir kali bertemu dengannya 18 tahun yang lalu. Hingga sekarang, dia setia berkarier di perusahaan yang berubah nama menjadi Arghajata itu.
Tri orang Madura. Badannya tegap karena rajin berolahraga dan suaranya lantang. Dia pintar, cepat belajar, dan sedikit keras kepala. Banyak proyek…