Piala Dunia Tunawisma

#539: Kesempatan kedua melalui bahasa universal sepak bola

Ivan Lanin
Aksaranara
3 min readJun 16, 2024

--

Gara-gara film The Beautiful Game di Netflix, saya mengetahui keberadaan Homeless World Cup (Piala Dunia Tunawisma), turnamen sepak bola tahunan antarnegara yang mempertandingkan tim tunawisma. Turnamen ini pertama kali diadakan pada 2003 di Graz, Austria, sempat ditiadakan karena pandemi antara 2020–2022, dan digelar lagi pada 2023 di Sacramento, Amerika. Sejumlah 40 negara berpartisipasi pada kejuaraan di Sacramento, termasuk Indonesia.

Turnamen ini diselenggarakan oleh Homeless World Cup Foundation, sebuah organisasi sosial yang bertujuan mengakhiri ketunawismaan melalui olahraga. Untuk mengadakan kejuaraan, yayasan tersebut bekerja sama dengan organisasi penyelenggara nasional tiap negara. Penyelenggara nasional di Indonesia adalah Rumah Cemara, organisasi yang memberikan program pelayanan bagi orang dengan HIV/AIDS dan orang yang bermasalah dengan narkoba.

Film The Beautiful Game menceritakan perjalanan tim nasional sepak bola tunawisma Inggris dalam mengikuti Piala Dunia Tunawisma di Roma, Italia. Drama olahraga 2024 Inggris yang disutradarai oleh Thea Sharrock ini dibuka dengan pertemuan dua bintang utama: Vinny (Micheal Ward) dan Mal (Bill Nighy).

Mal menyelamatkan Vinny dari amukan orang tua yang marah karena Vinny mengganggu sesi latihan sepak bola anak-anak di lapangan itu. Keterampilan Vinny bermain bola menarik perhatian Mal yang sedang melatih tim tunawisma Inggris untuk tampil di Roma. Mal mengajak Vinny untuk bergabung dengan timnya yang terdiri atas Nathan, Cal, Jason, Aldar, dan Kevin.

Vinny menolak karena mengaku bukan tunawisma, kemudian pergi meninggalkan Mal. Mal yang mengikutinya menemukan bahwa Vinny tinggal di mobil. Vinny memang tunawisma, tetapi terlalu tinggi hati untuk mengakui. Mal tidak memaksa dan hanya memberikan nomor teleponnya.

Pendirian Vinny berubah saat mengunjungi anaknya, Evie, dan mantan istrinya, Ellie. Anaknya itu akan tampil dalam acara sekolah dan memintanya untuk datang. Vinny mengatakan bahwa dia tidak dapat hadir karena harus mengikuti turnamen sepak bola di Roma. Dia pun bergabung dengan tim Mal.

Setelah sekitar 20 menit pembuka itu, cerita film berdurasi dua jam ini bergulir mengisahkan keberangkatan tim Inggris ke Roma, pertandingan di sana, dan hubungan pribadi antarpemain. Selain Mal, Vinny, dan kelima pemain Inggris, beberapa karakter lain yang disorot adalah Gabriella (ketua penyelenggara turnamen dari Italia), Protasia (biarawati dan pelatih Afrika Selatan), Mika (pelatih Jepang), dan Rosita (pemain Amerika imigran Meksiko).

“Tiap pemain punya cerita untuk dikisahkan,” kata Mal dalam salah satu adegan. Saya sepakat. Cerita tentang tiap pemain—dan pelatih mereka—merupakan bagian paling menarik dari film ini yang diungkap sedikit demi sedikit. Setelah mengetahui latar belakang Vinny, misalnya, saya berkata dalam hati, “Oh, pantas.” Saya bahkan berpikir bahwa cerita mereka akan lebih menarik jika dibuatkan miniseri. Banyak sekali drama yang masih dapat digali.

Film ini dibuat melalui kerja sama dengan Homeless World Cup Foundation. Frank Cottrell-Boyce, penulis skenario film ini, bertemu dengan banyak peserta turnamen dan mengembangkan tokoh dan cerita fiktif berdasarkan karakter dan kisah nyata. Pengambilan gambar film awalnya direncanakan pada 2012, tetapi akhirnya baru dilakukan pada 2021 di London dan Roma.

Tunawisma merupakan kelompok masyarakat yang kerap terlupakan. Film ini mengingatkan kita tentang mereka yang layak mendapatkan kesempatan kedua. Sepak bola merupakan bahasa universal yang diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.

Tepukan 👏🏻 dan komentar 💬 pembaca membuat penulis merasa berarti dan bersemangat. Terima kasih. 🙏🏻

Tingkatkan keterampilan berbahasa dengan mengikuti kelas Narabahasa. Kunjungi juga toko daring kami di Tokopedia untuk memperoleh buku dan berbagai produk kebahasaan yang menarik.

--

--

Ivan Lanin
Aksaranara

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari