Penciptaan Langit dan Bumi- Part 1

Rahasia Penciptaan Langit dan Bumi: Menggugah Kecintaan dan Tadabbur dalam Islam

D. Husni Fahri Rizal
Al-Haitsam
8 min readAug 28, 2023

--

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal (Ulil Albab)

Di zamannya yang tak terbatas, saat keheningan meliputi langit dan bumi, cahaya pertama bersinar, menghidupkan cerita penciptaan. Dari sumber cahaya ini, muncul dua entitas yang saling melengkapi: langit yang dihiasi oleh bintang-bintang dan bulan, serta bumi yang diberkahi dengan pegunungan yang kokoh dan lautan yang luas. Seperti lapisan-lapisan ayat suci yang terbuka untuk dipelajari, langit dan bumi berbicara dalam keharmonisan. Dalam Islam, langit dan bumi dihadirkan oleh Sang Pencipta, sebagai bukti kebesaran dan kasih sayang-Nya kepada umat manusia. Langit yang menjaga bintang-bintangnya dan bumi yang menjadi tempat hidup kita adalah perwujudan dari rencana ilahi yang mengajak kita untuk merenung dan memperoleh hikmah dari keagungan penciptaan-Nya.

Seiring waktu berjalan, langit terus membentang di atas kita, mengingatkan akan keabadian dan kehadiran Yang Maha Kuasa. Bumi, tempat kita berpijak, mengandung berbagai keajaiban alam yang memberikan pelajaran dan contoh bagi manusia untuk merawat dan menjaga ciptaan-Nya. Sebagai insan yang diberi amanah, kita diminta untuk menjaga keseimbangan antara langit dan bumi, meresapi kebijaksanaan yang terkandung dalam setiap unsur. Dalam agama Islam, langit dan bumi tidak hanya menjadi latar belakang perjalanan manusia, tetapi juga memiliki makna mendalam yang mengajarkan tentang rendahnya manusia di hadapan kebesaran Allah, dan tanggung jawab kita untuk berlaku adil dan menjaga kelestarian alam yang telah dianugerahkan kepada kita.

Pengertian Bumi dan Langit

Bumi adalah planet tempat tinggal kita, serta salah satu planet yang termasuk dalam Tata Surya. Secara astronomi, Bumi adalah planet ketiga dari Matahari dan merupakan satu-satunya planet yang diketahui memiliki kehidupan. Bumi memiliki atmosfer yang mendukung keberadaan beragam bentuk kehidupan, termasuk manusia dan berbagai spesies lainnya.

Secara geologi, Bumi adalah sebuah bola berbatu dengan kerak padat yang terdiri dari berbagai lapisan, termasuk inti yang panas dan padat di bagian tengahnya. Permukaan Bumi terdiri dari daratan, lautan, dan beragam fitur seperti gunung, lembah, dan dataran. Bumi juga memiliki pergerakan tektonik yang mengakibatkan pergeseran lempeng-lempeng kerak bumi.

Bumi memiliki iklim, cuaca, dan ekosistem yang kompleks yang memainkan peran penting dalam menjaga keberlangsungan kehidupan. Selain itu, Bumi juga menjadi tempat bagi interaksi sosial, budaya, dan peradaban manusia selama ribuan tahun.

Langit” dalam konteks umum merujuk pada ruang di atas permukaan Bumi yang terlihat dari mata manusia. Namun, dalam berbagai konteks, “langit” dapat memiliki makna yang berbeda:

  1. Langit sebagai Ruang Luar Angkasa: Dalam astronomi, “langit” mengacu pada seluruh ruang di luar atmosfer Bumi. Ini mencakup bintang-bintang, planet-planet, galaksi, dan objek-objek astronomi lainnya. Langit di sini adalah alam semesta yang luas.
  2. Langit sebagai Atmosfer Bumi: Dalam konteks sehari-hari, “langit” merujuk pada bagian atmosfer Bumi yang terlihat dari permukaan, termasuk lapisan awan, udara biru, atau malam yang dihiasi oleh bintang-bintang.
  3. Langit dalam Agama: Dalam banyak agama, termasuk Islam, “langit” memiliki makna spiritual dan metafisik. Ini bisa merujuk pada tempat tinggal roh-roh atau dimensi rohaniah yang lebih tinggi. Dalam agama Islam, “langit” juga mengacu pada tingkatan-tingkatan surgawi.

Dalam semua makna tersebut, “langit” sering diasosiasikan dengan sesuatu yang luas, misterius, dan spiritual.

Arti Bumi dan Langit dalam Alqur’an

Bumi dalam bahasa Arab adalah “الأرض” (al-Ard) dan dalam beberapa kamus memiliki arti atau makna sebagai berikut.

  1. Lisan al-Arab: Dalam kamus ini, “الأرض” (al-Ard) dijelaskan sebagai permukaan planet yang menjadi tempat manusia hidup. Ini mencakup segala jenis tanah, baik yang subur maupun tandus. Selain itu, dalam pengertian agama, kata ini dapat merujuk pada bumi sebagai konsep fisik maupun metafisik, serta dalam konteks alam semesta.
  2. Al-Qamus al-Muhit: Kamus ini menjelaskan “الأرض” (al-Ard) sebagai permukaan planet Bumi. Ini juga merujuk pada segala jenis tanah, dataran, dan pegunungan. Dalam konteks agama, istilah ini digunakan untuk mengacu pada planet yang dihuni oleh manusia dan makhluk lainnya.
  3. Kamus Lengkap Al-Ma’any: Dalam kamus ini, “الأرض” (al-Ard) dijelaskan sebagai permukaan planet yang terdiri dari daratan dan lautan. Ini juga merujuk pada lapisan bumi di mana tanaman tumbuh dan kehidupan berkembang. Dalam konteks agama, kata ini merujuk pada planet yang dihuni oleh manusia dan merupakan tempat di mana peradaban berkembang.

Langit dalam bahasa Arab adalah “السماء” (as Sama’a) dan dalam beberapa kamus meliki arti atau makna sebagai berikut.

  1. Lisan al-Arab: Dalam kamus ini, “السماء” (as-samaa) dijelaskan sebagai ruang di atas kita yang meliputi langit dan benda-benda langit seperti matahari, bulan, bintang, dan planet. Istilah ini mencakup semua yang terlihat di atas kita saat kita melihat ke atas.
  2. Al-Qamus al-Muhit: Kamus ini menjelaskan “السماء” (as-samaa) sebagai langit atau udara yang meliputi permukaan Bumi. Ini mencakup konsep fisik dari ruang di atas kita yang membentang hingga batas atmosfer.
  3. Kamus Lengkap Al-Ma’any: Dalam kamus ini, “السماء” (as-samaa) dijelaskan sebagai langit atau ruang di atas permukaan Bumi yang mencakup benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang. Istilah ini juga merujuk pada dimensi rohaniah dan surgawi dalam konteks agama.

Penciptaan Bumi dan Langit dari Sisi Agama Islam

Kata “Bumi” atau الأرض, berdasarkan beberapa informasi dari media internet. Terdapat sekitar 400 kali (bisa lebih atau kurang) penyebutan dalam Al-Qur’an. Saat saya mencoba menghitungnya menggunakan aplikasi Al-Qur’an, ditemukan 380 kali dalam beberapa ayat.

Mengenai kata “Langit” atau السماء, berdasarkan beberapa informasi dari media internet, tercatat sekitar 310 kali penyebutan. Namun, saat saya menghitungnya, terdapat 302 kali yang tersebar dalam beberapa surat.

Proses Penciptaan Langit dan Bumi

Proses penciptaan Langit dan Bumi dijelaskan dalam beberapa ayat dari surat-surat dalam Al-Qur’an, di mana Allah secara eksplisit menyatakan penciptaan keduanya dalam enam masa. Hal ini juga ditegaskan dalam Surat Al-Hadid ayat 4.

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir dalam bukunya “Al-Bidayah wa Nihayah”, para ulama telah sepakat tentang proses penciptaan langit dan bumi selama enam hari (karena kata “yaum” secara harfiah berarti hari). Maksudnya, tidak ada perbedaan pendapat, misalnya ada yang berpendapat selama 4 atau 5 hari; semuanya sepakat bahwa lamanya proses ini adalah selama 6 hari.

Namun, perbedaan pendapat muncul dalam interpretasi lamanya hari atau pengertian hari itu sendiri. Apakah lamanya seperti ukuran hari-hari kita sehari-hari, manusia, ukuran hari-hari di akhirat, atau ukuran hari-hari di sisi Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Hajj ayat 47.

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Hal ini sejalan dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Imam Tirmidzi, sebagai berikut.

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.”

Terdapat keterangan lain dalam surat yang lain yang menyatakan bahwa satu hari manusia setara dengan 50000 tahun. Namun, pembahasan terkait hal ini akan dilakukan di bagian yang berbeda, yaitu pada bagian tentang Relativitas dan Kecepatan Cahaya. Dari penjelasan-penjelasan ini, dapatlah disimpulkan bahwa maksud Allah menciptakan dalam 6 hari adalah 6 masa yang ukurannya berbeda dengan ukuran dari hari-hari manusia.

Kenapa Alloh menciptakan Langit dan Bumi Lama?

Muncul pertanyaan yang sering kali diajukan oleh orang-orang munafik atau ateis mengenai proses penciptaan ini. Mereka bertanya mengapa Allah, yang dikatakan memiliki kekuasaan yang tak terbatas dan dapat menciptakan sesuatu hanya dengan firman “Kun”, menciptakan langit dan bumi dalam waktu yang begitu lama? Mengapa tidak langsung tercipta secara instan?

Jawabannya terletak pada rahmat dan kebijaksanaan Allah. Penciptaan langit dan bumi dalam enam masa bukanlah karena keterbatasan-Nya, melainkan karena kasih sayang-Nya kepada manusia yang akan dijadikan khalifah di muka bumi. Allah menciptakan sebuah sistem atau lingkungan di mana manusia memiliki kesempatan untuk melakukan proses dan rekayasa. Dalam hal ini, Allah menciptakan sesuatu yang manusia, dengan segala kekurangan dan kelebihan ilmu serta akalnya, dapat menguasai dalam alam semesta ini.

Penciptaan langit dan bumi oleh Allah bukan semata-mata penciptaan belaka, tetapi lebih dari itu, ia adalah penciptaan yang memungkinkan manusia untuk menguasai dan mengelolanya sesuai dengan kebutuhan umat manusia itu sendiri. Allah menetapkan hukum-hukum alam atau “sunnatullah” yang dapat direkayasa oleh manusia dengan penggunaan ilmu dan akalnya.

Konsep ini sejalan dengan penjelasan Allah tentang penciptaan Surga dan Neraka, tempat di mana hukum-hukum alam berbeda dengan yang ada sekarang. Di akhirat, tidak ada penuaan atau kematian. Hanya keabadian yang ada, baik dalam Surga maupun Neraka. Keselamatan abadi tergantung pada pilihan manusia, apakah memilih kekal di Surga atau di Neraka.

Dalam inti jawabannya, terkandung makna bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang lebih mendalam, yaitu memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjalankan perannya sebagai khalifah dan memanfaatkan alam semesta ini untuk kepentingan kebaikan dan kemajuan umat manusia.

Kesimpulan

Dalam saat tak terbatasnya zaman, ketika langit dan bumi diselimuti kesunyian, sinar pertama memancar, membawa cerita penciptaan hidup. Dari cahaya inilah, muncul dua entitas yang saling melengkapi: langit yang berhias bintang-bintang dan bulan, serta bumi yang diberkahi dengan gunung-gunung kokoh dan lautan luas.

Seperti ayat-ayat suci yang membuka lembaran untuk dipahami, langit dan bumi berbicara dalam harmoni. Dalam Islam, langit dan bumi dihadirkan oleh Sang Pencipta sebagai bukti keagungan-Nya dan kasih sayang-Nya kepada manusia. Langit yang menjaga bintang-bintang dan bumi yang menjadi rumah kita mengandung rencana Ilahi yang mengajak kita untuk merenung dan mengambil hikmah dari kemegahan penciptaan. Seiring berjalannya waktu, langit tetap meluas di atas kita, mengingatkan pada keabadian dan kehadiran Yang Maha Kuasa.

Bumi, tempat pijakan kita, mengungkap beragam keajaiban alam yang mengajarkan nilai-nilai merawat dan menjaga ciptaan-Nya. Sebagai manusia yang diberi tanggung jawab, kita diminta untuk menjaga keseimbangan antara langit dan bumi, menghayati hikmah yang terkandung dalam setiap unsurnya. Dalam ajaran Islam, langit dan bumi bukan sekadar latar belakang perjalanan manusia, melainkan mengandung makna mendalam tentang kerendahan manusia di hadapan keagungan Allah, serta tanggung jawab kita untuk bersikap adil dan menjaga kelangsungan alam yang diberikan-Nya.

Apa Selanjutnya?

Untuk pembahasan selanjutnya kita akan coba kaji dan jelaskan lebih dalam mengenai proses penciptaan Langit dan Bumi lebih dalam dan lebih detil dan mengetahui mana yand dulu di cipatakan bumi atau langit? Stay Tune !!!

Wallahu a’lam bish-shawab (Hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya)

You Tube

Jangan Lupa untuk Share, Like , dan Subscribe untuk mendukuk Dak’wah Kami

Reference

  1. Al-Qur’an
  2. Al-Hafizh Ibnu Katsir, Terjemah Al-Bidayah wa An-Nihayah Jilid 1. Pustaka Azzam. 2013
  3. Kamus-Kamus Bahasa Arab

--

--

D. Husni Fahri Rizal
Al-Haitsam

Engineering Leader | Start-Up Advisor | Agile Coach | Microservices Expert | Professional Trainer | Investor Pemula