MELIRIK KEUNIKAN STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH LANGKA MBARU NIANG

Mutiahshalsabylah
Arsitektur Nusantara
5 min readJan 11, 2021
Mbaru Niang di Desa Wae Rebo

Indonesia sebuah negara Archipelague (kepulauan) yang sangat luas dan memiliki keanekaragaman etnik serta budaya yang tersebar di seluruh dataran Indonesia. Keanekaragaman inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak hanya kaya akan sumberdaya alam, namun juga kaya akan budaya dan kearifan lokal serta dihuni oleh beragam suku dengan warisannya masing-masing. Keanekaragaman suku, etnis dan budaya di Indonesia yang menunjukan Indonesia kaya akan kearifan lokal yang patut untuk dijaga oleh bangsanya. Salah satunya diantaranya adalah Mbaru Niang merupakan rumah adat dari suku Manggarai yang sudah tidak banyak lagi ditemui di dataran kepulauan Flores NTT.

KELANGKAAN

Rumah adat yang berbentuk kerucut ini memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter. Rumah adat Mbaru niang dinilai sangat langka karena hanya terdapat di kampung adat Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan. Di desa Wae Rebo sendiri Hanya terdapat 7 Rumah Mbaru niang. rumah mbaru niang yang ada di desa wae rebo dibuat oleh nenek moyang mereka dan memiliki arti untuk menghormati 7 arah mata angin dri puncak-puncak gunung yang berada di sekeliling desa wae rebo. Mereka meyakini bahwa hal itu adalah cara untuk menghormati roh-roh yang memberi mereka kesejateraan. Dimana 7 Rumah Mbaru Niang memiliki Nama Masing Masing yang yang Unik. Nama ketujuh rumah Wae Rebo:

  1. Niang Gena Mandok
  2. Niang Gena Jekong
  3. Niang Gena Ndorom
  4. Niang Gendang
  5. Niang Keto
  6. Niang Jintam
  7. Niang Maro

7 Mbaru niang dibangun di tanah datar dengan mengelilingi sebuah altar yang bernama compang. Compang berdiri sebagai titik pusat dari ketujuh rumah tersebut dan dipercaya sebagai bangunan paling sakral yang ada di disana. Fungsi Compang adalah sebagai altar untuk memuji dan menyembah Tuhan serta para roh-roh nenek moyang.

KEUNIKAN

Isometri Penyusun Rumah Mbaru Niang

Rumah tradisional Mbaru Niang masih mempertahankan keasliaan bentuknya. Teknologi yang masih sangat sederhana sebagai cerminan local genius masyarakat setempat yang diperoleh dari nenek moyang-nya dan diwariskan ke generasi — generasi berikutnya

Keunikan Konstruksi rumah Niang terbangun menggunakan konstruksi ikat pada bangunan setinggi 5 lantai dengan struktur sendi yang merupakan ciri bangunan Nusantara. Dengan menggunakan konstruksi ikat, struktur bangunan menjadi tidak kaku sebagaimana yang terjadi pada konstruksi dengan menggunakan paku (Prijotomo, 2010). Selain konstruksi ikat, dalam pembangunan rumah Niang juga terdapat konstruksi goyang dimana seluruh konstruksi dengan menggunakan ikatan sebagai sistem perakitannya akan ikut bergoyang bilamana terjadi gempa bumi.

Penggunanan Material bangunan merupakan material lokal yang diperoleh dari wilayah sekitar. Lokasi Wae Rebo yang dikelilingi hutan tropis yang lebat menghasilkan kayu worok yang diaplikasikan pada bagian kolom bangunan , kayu kenti diaplikasikan pada lantai rumah, kayu ajang pada plat lantainya, rotan yang diaplikasikan sebagai pengikat setiap element dan bambu yang digunakan sebagai rangka utama pada dinding bangunan. material — material tersebut merupakan material utama bangunan. selain itu juga terdapat material — material lain yang diperoleh dari sekitarnya seperti daun lontar dan ijuk Pemilihan material — material yang diaplikasikan beserta metodenya menunjukkan kemampuan penguasan teknologi di masanya dan merupakan genius local masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan penerapan arsitektur biologis pada bangunan ini.

PEMBANGUNAN

Pada pembangunan Rumah Mbaru Niang Memiliki tahap-tahap pembangunan yang pada dasarnya dibangunan dari bawah hingga ke puncak rumah mbaru niang. Sebelum terjadinya proses pembangunan rumah mbaru niang. Masyarakat setempat terlebih dahulu mengumpulkan material material yang ingin digunakan seperti kayu bambo, rotan dan ijuk pengumpulan material ini biasanya dilakukan hingga 1 tahun sebelum proses pembangunan ini dilakukan. Lalu selanjutnya masyarakat setepat masuk ketahap pembangunan dimana tahap tersebut tebagi menjadi 5 yaitu ;

1. Tahap pertama Pondasi

Pondasi dari Mbaru Niang terdiri dari beberapa bilang batang kayu yang ditanam ke tanah sedalam 2 meter, pondasi Mbaru Niang sekarang dibungkus dengan plastik dan ijuk untuk melindungi kayu bersentuhan langsung dengan tanah Wae Rebo yang lembab.

2. Tahap kedua yaitu balok dan kolom

Kolom dan balok Kolom utama disebut kolom bongkok dibuat dengan sistem jepit dan sambungan ikat. Kolom dibuat dari lantai pertama menerus samapai ke lantai terakhir. Disamping kolom bongkok terdapat beberapakolom struktur lainnya. Balok dibuat dua arah sebagai penopang plat lantai.

3. Tahap ketiga Lantai pertama

Lantai pertama berdiameter 11 meter dan merupakan lantai utama, di mana disinilah kehidupan sosial masyarakat berlangsung. Lantai pertama dibuat segera setelah pondasi selesai dilaksanakan, berlandaskan balok-balok dan hamparan papan kayu dan dikelilingi glondongan ikatan rotan besar sebagai dudukan utama atap. Di atas lantai pertama inilah didirikan tiang utama hingga kepucuk Mbaru Niang atau yang sering disebut “Ngando” yang dilengkapi dengan tangga banmbu untuk menaiki setiap tingkat Mbaru Niang.

4. Tahap keempat Tiang utama / Siri Bangkok

Tiang utama ini berdiri di atas lantai pertama, untuk menyangga tiang utama ini ditahan dengan tali rotan yang diikatkan pada tiga hingga 4 pasak.Tiang utama ini akan menjadi penyangga dari keseluruhan aktivitas pembangunan Mbaru Niang, sehingga sangat diyakinkan ikatan pada pasaknya benar-benar kuat.

5. Tahap Pekerjaan lanjutan

Setelah lantai pertama dan tiang utama berdiri, pembangunan tiap-tiap lantai akan meneyesuaikan dibangun secara simultan dari lantai bawah terus hingga ke atas. Setelah kesluruhan struktur utama selesai hingga bambu-bambu pengikat atap siap, barulah pemasangan ijuk dan alang-alang dillaukan untuk menutupi keseluruhan bangunan.

KESIMPULAN

Rumah Mbaru niang merupakan warisan lokal dari suku maggarai yang tidak banyak lagi ditemui di kepulauan flores NTT. Rumah ini memiliki banyak keunikan dari segi fisik serta struktur konstruksi pada setiap element bangunannya. Yang tidak lain menunjukan peranan arsitektur biologis. Rumah yang mempertahankan keaslian bentuknya ini menggambarkan kecerdasan masyarakat setempat dalam mengelolah material alam dengan sangat baik dapat dilihat dari pengaplikasian dari teknologi sederhana yang diperoleh dari leluhur mereka.

REFERENSI

Referensi :

• Tandi, K.T., & Adhimastra, I.K. (2019). Proses Pembangunan dan Fungsi Ruang Rumah Niang di Desa Wae Rebo. Jurnal Anala, Vol. 7

• Siahaan, Fanny. (2016). Refleksi Aplikasi Arsitektur Biologis pada Rumah Tradisional di Indonesia ( Studi Kasus: Rumah Tradisional Flores, Mbaru Niang )

• Dwiputri, M.T.J. (2015). Transformasi Bentuk dan Rupa Rumah Niang yang Mengkini dengan Konsep Ikonik ( Perancangan Hotel Resort)

https://id.wikipedia.org/wiki/Mbaru_Niang

• Andi Surya Kurnia Universitas Tarumanagara (2013) EKSPLORASI MATERIAL LOKAL UNTUK MENJAWAB TANTANGAN ARSITEKTUR GLOBAL Optimalisasi Pemanfaatan Bambu jounal vol 4

Nama Kelompok B5 : Mutiah shalsabylah (08111840000019), Jlonet Nur Najib (08111840000060), I Gusti Ayu Seskiara Viveka Hani (08111840000074).

Keunikan Konstruksi rumah Niang terbangun menggunakan konstruksi ikat pada bangunan setinggi 5 lantai dengan struktur sendi yang merupakan ciri bangunan Nusantara. Dengan menggunakan konstruksi ikat, struktur bangunan menjadi tidak kaku sebagaimana yang terjadi pada konstruksi dengan menggunakan paku (Prijotomo, 2010). Selain konstruksi ikat, dalam pembangunan rumah Niang juga terdapat konstruksi goyang dimana seluruh konstruksi dengan menggunakan ikatan sebagai sistem perakitannya akan ikut bergoyang bilamana terjadi gempa bumi.

Penggunanan Material bangunan merupakan material lokal yang diperoleh dari wilayah sekitar. Lokasi Wae Rebo yang dikelilingi hutan tropis yang lebat menghasilkan kayu worok yang diaplikasikan pada bagian kolom bangunan , kayu kenti diaplikasikan pada lantai rumah, kayu ajang pada plat lantainya, rotan yang diaplikasikan sebagai pengikat setiap element dan bambu yang digunakan sebagai rangka utama pada dinding bangunan. material — material tersebut merupakan material utama bangunan. selain itu juga terdapat material — material lain yang diperoleh dari sekitarnya seperti daun lontar dan ijuk Pemilihan material — material yang diaplikasikan beserta metodenya menunjukkan kemampuan penguasan teknologi di masanya dan merupakan genius local masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan penerapan arsitektur biologis pada bangunan ini.

--

--