Apa Yang Dimiliki Xiaomi, Tapi Tidak Dimiliki Oleh Samsung?

Rahardian Wahyu Pradana
Badr Startup Studio
3 min readMar 5, 2019

Suatu hari, saya diundang untuk berdiskusi dengan agensi marketing yang ketika itu sedang memegang kampanye yang dilakukan oleh Samsung untuk lini ponsel pintar barunya. Peran saya saat itu adalah sebagai salah satu tech reviewer yang akan melaksanakan kampanye dari ponsel pintar tersebut.

Di tengah diskusi, ada satu pertanyaan yang sederhana, tapi sangat menggelitik buat saya:

“Kenapa ya, Xiaomi penjualannya selalu naik? Samsung kayaknya stagnan dan cenderung turun.”

“Gimana cara kita bisa ngalahin Xiaomi?”

Diskusi berjalan lumayan panjang, sampai akhirnya muncul satu pernyataan dari tech reviewerlainnya yang bilang “Iya tuh, di video-video saya, kayaknya ada aja yang komentar ‘#mendingxiaomi’ atau bilang ‘ah, mending xiaomi, lebih murah dengan spesifiaksi lebih tinggi’.”

Kemudian diskusi mengarah ke spesifikasi yang tinggi dengan harga murah yang bisa diberikan oleh Xiaomi dan tidak bisa diberikan oleh Samsung.

Sekilas, itu jawaban yang memang dicari oleh agensi marketing. Tapi saya melihat ada hal lain yang lebih penting daripada sekadar formula spesifikasi tinggi + harga murah = hape laku.

Ya, ya memang itu sweet spot yang kalau bisa dicapai oleh sebuah brand, bisa jadi gula yang sangat manis untuk menarik perhatian pembeli, tapi ada yang lebih dari itu. Ada kekuatan yang membuat pengguna Xiaomi mau berlelah-lelah memberi komentar dengan tagar #MendingXiaomi di hampir semua video bukan ponsel Xiaomi yang saya tayangkan di Youtube.

Kekuatan itulah, yang menurut saya hal penting dalam marketing yang dimiliki Xiaomi tapi gagal dimiliki oleh Samsung: Tribe.

“A tribe is a group of people connected to one another, connected to a leader, and connected to an idea. For millions of years, human beings have been part of one tribe or another. A group needs only two things to be a tribe: a shared interest and a way to communicate.”

Seth Godin, Tribes: We Need You to Lead Us.

Tribe adalah kelompok orang yang terkoneksi dengan satu gagasan yang sama, satu tujuan yang sama, dan dipimpin oleh satu atau lebih leader yang sama.

Xiaomi, dalam kasus ini berhasil membentuk sebuah tribe yang mereka beri nama MiFans.

Para MiFans ini berbagi satu gagasan yang sama, bahwa ponsel pintar (dan dalam beberapa kasus barang apapun) yang dibuat oleh Xiaomi adalah barang yang lebih superior. Atau dalam istilah lain, produk milik tribe leader mereka memiliki nilai price to performance yang sangat bagus.

Para anggota tribe ini selalu mengasosiasikan membeli produk Xiaomi sama dengan pintar dan tidak bisa dibohongi oleh brand. Mengapa? Karena mereka memiliki gagasan bahwa produk milik merek lain (termasuk Samsung), dijual dengan harga yang terlewat mahal, tidak setara dengan apa yang diberikan oleh Samsung.

Pada titik ini, mereka lupa bahwa Samsung memiliki keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh tribe leader mereka. Misalnya saja pusat layanan perbaikan yang lebih baik, layanan purna jual yang mendekati sempurna, dan build quality yang kokoh.

Tapi, lupanya para MiFans atas keunggulan Samsung ini adalah bukti dari berhasilnya Xiaomi membentuk tribe untuk produk mereka.

Saya pribadi salut kepada brand, apapun itu yang berhasil membangun Tribe-nya. Dan bukan tidak mungkin merek-merek besar harus sudah mulai melirik strategi branding dengan membangun tribe seperti yang dilakukan oleh Xiaomi.

Tribe Dalam Fase Awal Startup

Lalu, apa hubungan semua ini dengan Startup? Mengapa tulisan ini di-publish melalui Badr Startup Studio?

Perusahaan rintisan, meskipun masih berada dalam fase awal, mungkin sudah saatnya juga mulai melek dengan Tribe. Jangan lupakan membangun pasar meskipun fase saat ini masih dalam masa validasi produk.

Saya banyak menemukan (atau mungkin kami sendiri pernah) tidak memikirkan sama sekali membangun pasar, tidak berpikir membangun tribe dengan alasan “nanti aja, kita masih validasi sekarang, fokus ke development aja dulu” dan kemudian tiba saat mereka harus jualan, tapi tidak ada pasar. Pasar mereka belum terbentuk, mereka kesulitan mencari, hingga akhirnya tujuan dibangunnya startup menjadi berubah ke arah lain.

Pasti kita gak mau kan startup yang coba kita bangun dengan susah payah mengarah ke arah yang tidak jelas ‘hanya’ karena kegagalan kita dalam mengenali dan membentuk pasar yang sesuai dengan yang kita inginkan.

Satu langkah yang pasti bisa dilakukan sejak selesai membaca tulisan ini adalah mulai mengenal market kita. Kenali siapa pengguna kita, siapa orang yang akan membeli produk kita dan memberikan napas tambahan untuk startup yang setiap saat kita pikirkan ini. Syukur kalau bisa sampai membentuk tribe, tapi sampai mengenali saja, alhamdulillah, kita sudah satu langkah lebih dekat dengan suksesnya marketing produk yang sedang kita bangun.

--

--