Mencari Benchmark yang Sudah Besar

Andreas Senjaya
Badr Startup Studio
3 min readApr 1, 2019

Pekan lalu dalam sebuah acara di Bandung, ada perkataan menarik yang dilontarkan salah satu teman saya yang saat ini bekerja di salah satu venture capital (VC) terbesar di Indonesia.

“Salah satu cara termudah yang digunakan VC ketika validasi seberapa potensial startup adalah melihat adakah startup yang skala nya sudah besar di luar sana yang mirip dengan startup kita”, ujar salah satu kenalan saya yang bergerak di dunia venture capital.

“Kalau ada bisnis yang mirip di luar sana yang sudah besar atau jadi unicorn, kemungkinan besar bisa jadi besar juga di Indonesia” lanjutnya.

Biarpun kita sudah paham kalau penting buat riset kompetitor atau riset startup di bidang yang sama yang sudah besar, tapi dari perbincangan itu saya semakin mengerti dengan jelas tentang betapa pentingnya hal ini buat para VC.

Mengetahui siapa benchmark kita memudahkan kita tuk tahu mana strategi yang bekerja dan tidak bekerja dalam industri kita

Buat yang sering ngobrol atau pitching dengan para venture capitalist, pasti sering juga ditanya benchmark perusahaan yang sudah besar di luar sana. Kalau saya sebelumnya, anggap pertanyaan itu hanya sekedar menguji wawasan kita tentang domain market industri kita.

Ternyata di baliknya ada alasan logis rasional kenapa para VC menanyakannya. Mudah-mudahan pas dapat pertanyaan seperti itu kita sudah siap menjawab dengan beberapa referensi, bukan hanya namanya tapi juga ukuran valuasi, revenue, fundraising, hingga strategi mereka.

Mengetahui benchmark dari ide dan startup kita adalah sesuatu yang sangat masuk akal. Kalau kita mau menempatkan diri dalam sudut pandang para venture capitalist, ini adalah sebuah parameter penting tuk memudahkan assessement pada sebuah startup baru.

Para VC kan hanya mau taruh uang di bisnis yang kemungkinan berhasilnya besar, bukan sebuah bisnis coba-coba dengan segala macam probabilitas akhir yang belum bisa ditebak. Nah adanya benchmark yang sudah berhasil di luar sana adalah cara termudah tuk melihat seberapa besar peluangnya ketika ada di Indonesia.

Ini juga jadi salah satu keuntungan berada di Indonesia, negara berkembang yang kata banyak pakar perkembangan teknologi dan industri kita 5 tahun di belakang beberapa negara maju. Kita jadinya bisa tengok trend teknologi dan bisnis di sana, kemudian jadikan inspirasi tuk diimplementasikan di Indonesia. Tentunya dengan kontekstualisasi lokal yang paling fit dengan masyarakat Indonesia.

Selain masuk akal, cari-cari benchmark juga sesuatu yang gak sulit untuk dilakukan. Melakukan riset dan benchmark soal ada gak unicorn atau minimal startup dengan valuasi di atas USD 100 juta itu, modalnya adalah waktu dan internet. Kalau butuh riset, menurut saya juga bukanlah riset yang terlalu susah tuk dilakukan. Namun nyatanya banyak para founder startup yang ga melakukannya, atau enggan melakukannya.

Nah karena mencari benchmark pemain besar di luar sana sangat penting dan visible dilakukan, yuklah para founder atau yang punya keinginan buat jadi founder jangan sungkan dan malas tuk lakukan aktivitas ini.

Jangan sampai kita gigit jari ketika ditanya tentang benchmark startup kita. Lebih substansial lagi, tentunya kita ingin yang dikerjakan bisa benar-benar jadi besar, dan benchmark ini mempermudah kita tuk mengetahui sedari awal seberapa besar potensi startup ini bisa dibawa.

Namun ya, biarpun cari benchmark adalah langkah yang penting, tetap gak jamin kemungkinan berhasil gak nya eksekusi kita. Dan selalu tetap ada kemungkinan bahwa ga semua sesuatu yang bisa jadi besar pasti harus punya benchmark sebelumnya di belahan dunia lain.

Selalu ada pendekatan baru yang mungkin belum sempat membesar di belahan dunia lain, tapi di Indonesia punya kesempatan tuk membesar pertama kali. Paling konsekuensinya adalah kita harus buka jalan sendiri plus resikonya juga lebih tinggi dibandingkan mengerjakan sesuatu yang sudah ada benchmark nya.

Yang manapun pilihan kita, bikin dan membesarkan startup dengan benchmark unicorn di luar sana, ataupun bikin yang benar-benar baru dan belum ada benchmark, semua tetap masih ada resiko dan peluang gagalnya. Dua-duanya tetap membutuhkan founder yang tangguh dan tahan banting tuk jadi nahkoda startupnya.

--

--

Andreas Senjaya
Badr Startup Studio

passionate in start up,digital& leadership| loving all things creative| co-founder Badr Interactive