Retrospective Sederhana dengan Satu Pertanyaan

Ardi
Badr Startup Studio
3 min readApr 15, 2019
Apa Pertanyaan Kamu? (Photo by Ilkka Kärkkäinen on Unsplash)

Sprint Retrospective dalam Scrum merupakan saat yang tepat untuk merefleksikan apa yang terjadi selama Sprint. Dari sesi itu, kita tahu apa yang berjalan dengan baik, apa hambatan yang dihadapi tim, apa yang masih bisa diperbaiki atau ditingkatkan.

Ada berbagai macam cara untuk mengadakan Sprint Retrospective. Ada pendekatan yang terstruktur — seperti dijelaskan dalam Agile Retrospective (Derby and Larsen, 2010) — ada yang tidak terstruktur. Apapun pendekatannya, niatnya sama yaitu membantu tim memperbaiki bagaimana mereka bekerja dan berinteraksi satu sama lain dalam mengembangkan produk.

Kali ini saya hendak membahas sebuah teknik retrospective sederhana. Teknik ini kita sebut Retrospective Satu Pertanyaan.

Cukup dengan Satu Pertanyaan

Sprint Retrospective dapat diadakan sesederhana dengan sebuah pertanyaan — sebuah pertanyaan yang powerful dan mengena. Dari satu pertanyaan akan hadir diskusi. Dari diskusi, perbedaan perspektif terhadap sesuatu dapat dilihat, pemahaman yang sama dalam tim dapat dibangun, kolaborasi dapat dibawa ke level selanjutnya.

Berikut ini sebuah pertanyaan yang pernah saya ajukan di suatu retrospective tim.

Apa kesulitan yang kamu hadapi atau kamu rasakan selama Sprint ini?

Pertanyaan ini dibuat melihat pencapaian tim selama satu Sprint yang lumayan jauh dari harapan. Meskipun demikian, pertanyaan ini diniatkan untuk menyingkap kesulitan tim dalam pengembangan, kemudian membantu mereka mengatasi kesulitan tersebut.

Menggunakan Retrospective Satu Pertanyaan, kamu bisa menggunakan satu pertanyaan apapun. Agar mengena, pertanyaan yang diajukan perlu relevan dengan situasi maupun kondisi yang dihadapi tim. Untuk itu, seorang fasilitator retrospective sebaiknya memeriksa tim — memeriksa dalam Scrum dikenal dengan inspect atau inspeksi — sebelum sesi Sprint Retrospective. Pemeriksaan ini meliputi observasi bagaimana tim bekerja dan berinteraksi, ngobrol santai dengan salah seorang anggota tim, mengecek kemajuan pengembangan dari apa yang dimiliki tim, misal papan tim di Trello atau Jira, burndown chart-nya.

Dilanjutkan dengan Diskusi

Berbekal satu pertanyaan, setiap orang dalam tim menjawab pertanyaan tersebut satu per satu secara bergantian. Setiap orang menceritakan apa yang dia ingin ceritakan dari perspektifnya. Fasilitator berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga setiap orang dapat mengutarakan pendapatnya, bahkan mengekspresikan perasaannya, dengan nyaman.

Dari setiap apa yang diceritakan oleh seseorang, yang lain dapat menanggapinya. Fasilitator bisa bertanya lebih lanjut sebagai eksplorasi jawaban dari pertanyaan awal.

Dari pengalaman saya bertanya tentang kesulitan dalam Sprint, diskusi yang terjadi bisa berlangsung hingga 40 menit. Lumayan lama untuk retrospective yang dimulai hanya dengan sebuah pertanyaan awal.

Ditutup dengan What to Do Next

Sprint Retrospective kurang lengkap tanpa adanya what to do next, apa saja yang mau dilakukan selanjutnya untuk perbaikan mempertimbangkan situasi terkini. Fasilitator membantu tim untuk menyusun rencana perbaikan di Sprint mendatang.

Dalam kasus saya, saya bertanya lebih lanjut apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kesulitan yang ada. Hasilnya saya rangkum dari catatan diskusi kemudian saya sampaikan ke tim.

Ya, ternyata menyusun rencana perbaikan melalui Sprint Retrospective dapat dilakukan secara sederhana, sesederhana dengan satu pertanyaan awal. Jika dilakukan dengan tepat, ada manfaat yang diperoleh tim dari Sprint Retrospective dengan teknik Retrospective Satu Pertanyaan ini. Kamu perlu memikirkan apa satu pertanyaan yang poweful dan mengena bagi situasi yang dihadapi tim.

Sudah siap mengadakan retrospective dengan satu pertanyaan? Apa satu pertanyaan kamu?

--

--

Ardi
Badr Startup Studio

Sharing my learning and experience in product management and software process like Scrum. Sometimes inspiration from life