Member-only story
Bahasa
Kenapa Combro Pakai “b”, tetapi Misro Tidak?
#779: Penambahan dan penghilangan bunyi pada kata
“Mohon pencerahan. Kenapa kalau combro jadi pakai b, tapi misro gak dikasih b?” tanya seorang teman di grup WhatsApp alumni kampus S-1 saya. “Padahal, keduanya mirip. Satunya oncom di jero, yang lain amis di jero.” Dalam bahasa Sunda, jero berarti ‘dalam’, sedangkan amis berarti ‘manis’, bukan ‘bau anyir’ seperti dalam bahasa Jawa. Seperti biasa, setiap ada pertanyaan soal kebahasaan, nama saya ditandai.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
Saya menjawab dalam bahasa Sunda, “Hurup b, mah, biar gampil wae nyebutna. Sarua jiga jom(b)lo.” Artinya, “Huruf b [diberikan] biar gampang disebutnya. Sama dengan jom(b)lo.” Sebenarnya, meski kampus saya di Bandung, tidak semua orang di grup alumni itu fasih berbahasa Sunda. Namun, entah mengapa, saya selalu terdorong untuk menggunakan bahasa Sunda di sana.
Penambahan bunyi kerap kita dengar atau gunakan pada kata. Hal itu dapat dipengaruhi bahasa daerah atau kebiasaan lingkungan dan digunakan untuk memudahkan pengucapan. Penambahan dapat diterapkan di awal kata (protesis), tengah kata (epentesis), atau akhir kata (paragog). Contohnya sebagai berikut.
- Protesis (prothesis): utang → hutang…