Jangan Jadi Sales Kalau Malas Stalking!

Andika Kurniantoro
Bakulrujak
Published in
4 min readFeb 22, 2015
Yuk, jadi sales smart!

Pernahkah Anda didatangi agen asuransi, atau pialang saham, atau account executive dengan tujuan menawarkan barang/jasa mereka kepada Anda? Jika iya, berapa besar kemungkinan Anda kemudian akan tertarik dan membeli barang/jasa yang mereka tawarkan? Dan jika Anda tertarik, faktor apa saja yang membuat Anda mengambil keputusan itu?

Kalau saya, disamping manfaat dari barang yang ditawarkan, saya paling memperhatikan cara mereka berjualan. Sales yang saya sukai adalah mereka yang enak diajak mengobrol dan tidak membosankan.

Saya memang tidak/belum berkesempatan untuk mencoba berkarir di bidang penjualan. Tapi setidaknya saya bisa berbicara dari sudut pandang klien, atau pengguna, atau calon pengguna.

Dan saya paling suka jika ada sales yang datang dengan persiapan yang matang, dan mengantongi informasi yang cukup memadai tentang saya, tentang perusahaan yang kebetulan saya wakili, tentang perkembangan dan gosip terkini, dan yang paling vital, tentang produk yang dijual.

Buat teman-teman sales, saya yakin betul teori ini adalah dasar dari segala ilmu berjualan: kenali calon pembeli Anda.

Semua sales, atau AE, atau AM sudah pasti hafal betul teori tersebut di luar kepala. tapi sayangnya, selama beberapa tahun saya berkarir, banyak sales datang ke perusahaan tempat saya bekerja, menawarkan berbagai macam produk, barang dan jasa, tapi hanya membawa informasi yang sangat minim tentang perusahaan tempat saya bekerja. Perusahaan yang diharapkan akan mengeluarkan uang yang cukup besar untuk membeli produk mereka.

Bagaimana kami percaya Anda mampu mengatasi masalah yang sedang kami hadapi, sementara Anda tidak cukup tahu tentang kami?

Ingat, pada dasarnya, Anda datang untuk mencoba menawarkan produk yang bisa mengatasi masalah kami, calon klien Anda. Atau membuat hidup kami lebih mudah. Nah, coba pikirkan, bagaimana kami percaya Anda mampu mengatasi masalah yang sedang kami hadapi, sementara Anda tidak cukup tahu tentang kami?

Jadi saran saya, sebelum berangkat untuk miting dengan calon klien, coba buka Google dulu, deh. Cari informasi apapun yang bisa didapatkan. Do a simple research, man! No pain, no gain.

Saya suka sekali dengan AE yang datang dengan pengetahuan luas, dan, walaupun tidak dalam betul, setidaknya mengerti tentang apa dan bagaimana calon klien mereka. Bagaimana perusahaan tersebut beroperasi, jenis bisnisnya, visi dan misi, kompetitor-kompetitornya, dan segala media coverage yang bisa ditemukan di internet atau media lain. Diskusi jadi asik sekali.

Sebaliknya, saya akan langsung bete kalau bertemu dengan AE yang begitu datang langsung menggebu-gebu berjualan, tapi sayangnya rada-rada kuper. Alias kalau diajak mengobrol suka tidak nyambung, padahal masih seputar produk yang mereka tawarkan. Duh!

Memang barangkali tidak begitu vital sih, tapi alangkah lebih baik jika kalian berjualan bola lampu, kalian mengerti tentang biografi Thomas A. Edison, misalnya. Percayalah, walaupun terdengar kolot, namun hal itu sedikit banyak akan membantu.

Waktu bekerja di Tokopedia, pernah ada AE dari sebuah perusahaan penjual produk server yang punya nama cukup besar, datang kepada kami untuk berjualan. Dan di tengah-tengah diskusi tentang ini dan itu, tiba-tiba ada satu AE mereka yang bertanya, “Tokopedia itu lokasi gudangnya di mana ya, Pak?”. Ya ampun Mbak!

Oh iya, ini juga berlaku lho untuk teman-teman yang ingin melamar pekerjaan. Jika kalian dapat panggilan wawancara, coba sebelum berangkat, persiapkan segala sesuatu dengan matang. Kantongi informasi sebanyak-banyaknya tentang perusahaan yang sedang kamu tuju.

Sangat tidak menyenangkan mewawancarai kandidat yang mentang-mentang besasal dari perguruan tinggi mentereng, tapi sama sekali tidak mengenal perusahaan yang sedang mereka datangi. Hello… Hare gene masih jualan ijasah?

Di akhir setiap sesi wawancara saya suka melempar pertanyaan mendasar: apa aja sih yang kamu tahu tentang perusahaan kami, apa saja perusahaan di Indonesia yang sejenis, kira-kira perusahaan ini dapat uang dari mana ya, atau, kamu pernah ngga pakai produk kami?

Jawabannya pun beragam, ada yang jujur bilang tidak tahu, baru dengar pertama kali saat dapat panggilan wawancara, ada juga yang sebenarnya tidak tahu tapi berbohong pura-pura tahu, dan lain-lain. Lucu sekali.

Kalau saya, setiap dapat panggilan wawancara, apabila memungkinkan sekalian saja saya tanya akan bertemu dengan siapa, atau siapa user yang akan mewawancarai saya besok. Nah baru deh cari info tentang orang yang bersangkutan di internet. Berterima kasihlah pada Google, Facebook, LinkedIn dan media sosial lain. Mereka selalu siap ngasih bahan contekan buat saya!

Dengan berbekal sedikit informasi dan skill stalking sekadarnya, segudang informasi bisa didapat. Siap deh ketemuan wawancara. Setidaknya saya tahu, Si Bapak orangnya seperti apa, sudah berkeluarga atau belum, track record-nya, pernah bekerja di mana saja, makanan kesukaan, idealismenya, dan lain-lain. Wow!

So, sekali lagi, di samping kenal baik dengan produk yang dijual, kenali juga klien/calon klien kamu, ok?!

Selamat jualan!

Catatan: Gambar adalah ilustrasi, diambil dengan memperhatikan hak cipta dari situs pixabay.com

--

--