Power Bukan Melulu Soal Golok dan Otoritas

Andika Kurniantoro
Bakulrujak
Published in
3 min readOct 4, 2017
Ilustrasi — Foto: Pixabay.com

Power itu apa? Kekuatan. Kekuatan untuk apa? Bisa macam-macam, tapi untuk tulisan ini kita sepakat untuk mengerucutkan pembahasan power ke dalam social interaction, alias power yang melekat pada seseorang (bisa dari dalam diri, atau atribut yang diberikan dari luar) dan bisa membuat dia lebih unggul dibanding yang lain.

Nah, seperti yang dikatakan Margaret Thatcher, “Power itu seperti cewek. Kalau Anda harus bilang ke semua orang bahwa Anda punya power, maka jelas Anda tidak memilikinya”.

Tapi Sharlyn Lauby, seorang HR senior dari US, bilang bahwa sebenarnya semua orang memiliki power, tanpa terkecuali. Tapi yang membuat Thatcher sampai mengatakan quote di atas itu, menurut Lauby, adalah karena banyak orang gagal memetakan power apa yang sebetulnya ia miliki. Nah, bagaimana memetakan power itu?

Dr. H. Satriago bilang prinsip sederhana power adalah seperti ini: Semakin besar A membutuhkan/tergantung pada B, maka makin kuat pula power B atas A.

Menilik dari mana power tersebut berasal dan perilaku orang yang memilikinya, power dibagi menjadi dua kubu besar, yakni formal dan personal. Formal power pada umumnya bersumber dari hal-hal di luar diri. Sedangkan personal power sebaliknya, ia datang dari dalam diri seseorang.

Formal power

1. Coercive power

Coercive power ini berkaitan dengan “kekerasan”, hukuman, ancaman, dan paksaan. Coercive power bertumpu pada rasa takut.

Teorinya, jika orang selalu dicekam ketakutan, mereka biasanya nurut. Contohnya banyak, terorisme misalnya. Para teroris akan menciptakan ancaman (baik yang nyata maupun tidak), untuk menciptakan chaos dan rasa takut. Dengan harapan orang gampang terpengaruh propaganda, tidak menyadari sumber dayanya diambil, dan lain-lain.

Ada essay keren yang menjelaskan coercive power ini dengan lebih menyeluruh, karangan Máire A. Dugan.

2. Legitimate power

Nama lain legitimate power adalah positional power. Seperti namanya, orang dengan legitimate power ini bisa membuat orang nurut sama dia karena punya otoritas, jabatan, atau kekuasaan.

3. Reward power

Orang punya reward power karena mereka memberikan sesuatu.

Kalau dikaitkan ke hal positif bisa berupa hadiah, penghargaan, kesempatan bekerja, pujian, dan lain-lain. Kalau arahnya negatif ya sogokan atau suap.

Jadi jelas kan, mengapa orang yang disogok itu akan takluk kepada yang memberi sogokan. Ya, karena ia punya reward power ini.

4. Information power

Power jenis ini memanfaatkan kontrol terhadap arus informasi sebagai sumber kekuatan. Semakin banyak bukti bahwa orang-orang yang punya akses terhadap informasi akan makin punya power.

Teori ini juga menjelaskan mengapa ada banyak negara yang mati-matian mengontrol arus informasi untuk warganya. Atau cerita tentang para jurnalis dan lembaga pemberitaan terus ditekan dan dimanipulasi. Tujuannya untuk mengontrol informasi apa yang harus dikonsumsi masyarakat. Sebab para penguasa tersebut tahu betul, kalau warganya bisa memperoleh informasi yang berkualitas dan relevan bakal semakin powerful dan sulit diatur.

5. Connection power

Jenis power ini didapat dari koneksi yang Anda miliki. Jadi Anda makin powerful ketika memiliki network orang-orang penting, misalnya. Atau setiap Anda punya masalah, akan ada koneksi yang siap memberikan support buat Anda.

Personal power

6. Expert power

Nah, di kelompok personal power ini kita mulai dengan expert power. Orang memilki expert power ini karena mereka punya skill, keahlian, expertise, dan pengakuan atas sebuah bidang yang spesifik.

Contoh, Hans Zimmer jadi sangat powerful dan bikin orang “takluk” karena beliau jagoannya compose score untuk film-film mega-hit.

Pesan moralnya, jika Anda tidak (atau belum) punya otoritas, belum punya banyak uang, atau merasa belum punya koneksi yang luas dan bisa diandalkan, maka belajar, berlatih, dan carilah ilmu banyak-banyak. Sebab menurut teori ini, orang-orang skillful bisa jadi powerful juga lho.

7. Referent power

Orang-orang dengan referent power dihormati dan diikuti orang berdasar rasa hormat, salut, dan kagum.

Si pemilik power pada umumnya adalah selebritas, para dermawan yang gemar melakukan aktifitas sosial, para veteran, guru, hingga motivator. Kadang juga orang merasa mau nurut dengan guru atau leader-nya dengan alasan wibawa dan kharismanya, nah ini sebenarnya masuk ke referent power ini.

Selanjutnya, setelah Anda memahami power jenis apa yang ada pada diri Anda (atau yang paling bisa Anda usahakan), pola penerapan power tersebut untuk mencapai tujuan adalah dengan influencing others. Nah, dari sini Anda bisa mulai belajar juga tentang influence tactics.

--

--