Ssstt..! Waktunya kurangi bicara dan banyak mendengar

Andika Kurniantoro
Bakulrujak
Published in
4 min readJan 5, 2018
Ilustrasi orang berbicara — Foto: pexels.com

Antara bicara dan mendengar, manakah yang lebih banyak Anda lakukan dalam sehari?

Seperti halnya ‘menista’, makna kata ‘mendengar’ juga ada beraneka macam, tapi marilah kita membahas konsep ‘mendengar’ yang benar-benar menyimak ketika seseorang menyampaikan sesuatu kepada Anda. Bukan sebuah laku diam ketika orang lain bicara, tapi alih-alih menyerap informasi yang disampaikan, Anda malah sibuk memikirkan hal ‘keren’ yang akan Anda ucapkan begitu ada kesempatan. Atau diam, namun diam-diam menunggu celah untuk menyela pembicaraan. Bukan itu.

Faktanya, sebagian besar dari kita rupanya terjebak dalam hasrat untuk mendominasi pembicaraan. Percakapan tak ubahnya menjadi ajang kompetisi. Kesan bahwa orang yang getol mengemukakan pendapat bakal nampak paling cerdas, bisa mempengaruhi lawan bicara, atau siapa yang bicara paling lantang akan keluar sebagai juara.

Yang terjadi ialah saling menyela saat yang lain bicara, memaksakan kehendak, atau bahkan saling sindir. Untuk apa? Untuk menunjukkan bahwa kitalah yang paling tahu, yang lain hanya orang dungu yang sok tahu.

Tapi tahukah Anda, sejatinya orang yang lebih sedikit bicara dan mendengarkan paling banyak adalah orang-orang yang mendapatkan keuntungan dan pelajaran paling banyak.

Minda Zetlin menulis untuk Inc.com mengenai hal-hal yang patut Anda pertimbangkan ketika hasrat berbicara membuncah. Berikut tujuh di antaranya:

Knowledge is power

Orang selalu bilang bahwa kini kita hidup di era infomasi. Istilah bulenya, information-driven world, atau dunia yang bergerak berdasar arus informasi.

Siapa yang menguasai informasi, merekalah yang akhirnya menguasai dunia dan menjadi juara. Dengan sendirinya orang-orang yang tahu lebih banyak bakal punya aset masa depan yang lebih prospektif, dibanding orang yang punya modal harta semata.

Jika dikembalikan ke masalah bicara dan mendengar, logikanya orang yang banyak bicara sedang melakukan transfer informasi. Makin banyak bicara makin banyak informasi yang ia berikan. Sebaliknya, mereka yang mendengarkan sedang menerima informasi dari lawan bicaranya.

Makin banyak mendengar, makin banyak informasi yang diperoleh. Bagaimana kedengarannya?

Menyesal belakangan

Sesuatu yang tidak kita ucapkan hari ini bisa diucapkan di kemudian hari. Namun apa yang telah kita katakan takkan pernah bisa ditarik lagi, sampai kapanpun.

Meski kecil, tetap saja ada kemungkinan kita akan menyesali apa yang pernah kita ucapkan. Pernahkah Anda menyesali informasi yang pernah, secara sengaja atau tidak, Anda katakan kepada orang lain?

Percayalah, semakin sedikit Anda bicara, semakin kecil pula peluang Anda mengucapkan sesuatu yang mungkin akan Anda sesali di masa depan.

Hal-hal di luar kompetensi

Abraham Lincoln pernah mengatakan,

Better to remain silent and be thought a fool than to speak out and remove all doubt.

Memang tidak ada yang salah dengan berkata-kata, namun jika Anda mengucapkan hal-hal yang Anda sendiri belum betul-betul paham, seringkali akan berakhir tragis dan menyedihkan. Mau bukti? Coba lihat media sosial belakangan ini.

Makin banyak orang yang mengatakan hal-hal tentang sebuah topik yang mereka sendiri tak mengerti. Pada umumnya, supaya terlihat keren dan berwibawa. Hal ini tentu bisa dihindari dengan lebih banyak mendengar, memperhatikan, dan, tentu saja, mengurangi bicara.

Menghamburkan materi

Pernahkah Anda hadir di sebuah seminar yang diisi oleh orang-orang keren? Anda begitu bersemangat hadir sebab semua buku, artikel, essay, dan video si pemateri ini sudah Anda lahap habis.

Tapi alangkah kecewannya Anda, ketika materi yang diberikan di seminar sudah sangat sering ia sampaikan di buku atau artikel-artikelnya di internet. Alasannya sederhana; sebagian dari kita punya data, informasi, materi, dan pengalaman hidup yang terbatas. Sehingga kita seringkali mengulang-ngulang informasi dan bahan yang sama di banyak kesempatan.

Sebuah materi dan informasi akan punya kekuatan paling besar ketika didengar untuk pertama kali.

Anda hanya perlu menyimpan “amunisi” Anda untuk saat yang tepat, bukan menghambur-hamburkannya di sembarang kesempatan.

Menghormati lawan bicara

Setiap orang punya harapan untuk didengar dan diperhatikan. Jika lawan bicara Anda sedang bicara, maka tunjukkan sikap dewasa dengan mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

Dengan memberi perhatian penuh atas apa yang diucapkan lawan bicara, mereka akan balik menghormati Anda. Kepercayaan terhadap orang lain, terutama dalam hubungan bisnis dan profesional, pada umumnya dimulai dengan hal-hal semacam ini.

Info tambahan yang berharga

Ini teori yang bisa Anda coba; bahwa dengan memberikan waktu ekstra kepada lawan bicara, Anda akan memperoleh banyak informasi tambahan yang berharga.

Banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan ruang kosong dalam percakapan, jadi jika Anda mencoba memberikan jeda pada percakapan, bisa jadi lawan bicara Anda akan mencoba mengisi jeda tersebut.

Nah, bahan untuk mengisi jeda itu biasanya adalah materi-materi tambahan yang sebetulnya ia tak ingin katakan. Jadi di sini Anda mendapatkan info tambahan hanya dengan menahan diri untuk tidak berbicara selama beberapa detik.

Hukumnya sederhana, semakin sedikit Anda bicara, semakin banyak informasi yang akan dibagikan oleh lawan bicara Anda.

Ketika Anda ngomong, mereka akan mendengarkan

Mana yang akan Anda dengarkan dengan sungguh-sungguh; orang yang dikenal banyak omong, atau orang yang hanya bicara saat diperlukan saja?

Ada baiknya kita kembali ke hukum permintaan dan penawaran (supply and demand); jika Anda selalu mengobral informasi dan opini setiap saat, lama-kelamaan orang tidak lagi mau mendengarkan opini Anda.

Sebaliknya, jika Anda dikenal selalu cakap dalam memilih waktu kapan harus bicara dan beropini, orang akan selalu mendengarkan Anda. dan kata-kata Anda jelas memiliki bobot yang lebih baik bagi lawan bicara Anda.

Jadi, masih kepingin menguasai semua pembicaraan? Pikir lagi.

--

--