Tentang Waktu yang Berjalan Lebih Cepat dari Kesepakatan

Andika Kurniantoro
Bakulrujak
Published in
3 min readMay 25, 2017

Bagian 1

Pada bulan ini, dua tahun yang lalu, saya menikahi seorang wanita. Memang fisiknya tak semolek Salma Hayek. Tapi saya menyukainya, karena banyak hal yang lain, jauh melampaui fisik. Tubuh Salma Hayek akan membuat orang bergidik ngeri lima puluh tahun yang akan datang. Tapi istri saya akan membuat saya tetap merasa nyaman dan selalu berada di ‘rumah’ yang hangat setiap di dekatnya. Mungkin kalian sulit untuk memahami ini, tak mengapa.

Bagian 2

Orang selalu menggaungkan cinta pada pandangan pertama. Tapi saya tidak mencintai istri saya pada pandangan pertama. Cinta saya developed through experiences. Tapi dengan begitu saya merasakan fondasi yang lebih kokoh. Cinta ini dibangun selapis demi selapis.

Ketika ditanya, “apa yang pertama kali menumbuhkan cintamu padanya?”, saya selalu dengan konsisten menjawab, “saat pertama kali kami makan ayam KFC, ia sisihkan kulit ayam yang legendaris itu dan ia berikan pada saya. Bagaimana mungkin saya tidak jatuh cinta dengan wanita seperti itu?”

Bagian 3

Sejak saya menikahinya, hidup saya berubah. Saya, dan kami berdua, melewati masa-masa penyesuaian diri, tentang banyak hal. Mengubah cara pikir, cara memutuskan sesuatu, dan cara-cara yang lain.

“Mulai sekarang, kamu tak akan pernah sama lagi.” begitu pesan seorang kawan pada hari pernikahan saya.

Bagian 4

Tiga bulan setelah menikah, istri saya hamil. Ada perasaan aneh dalam hati saya, perasaan yang baru saya rasakan setelah hampir 28 tahun usia hidup saya waktu itu. Tidak bisa dijelaskan. Didominasi oleh bahagia, ada juga khawatir, was-was, dan sedikit rasa tak percaya diri. Tapi seiring waktu, kami saling menguatkan: saya dan istri saya. Oh ya, ditambah jabang bayi diperutnya. Sejak saat itu pula, kami sepakat menyematkan panggilan-panggilan baru: Mami untuk istri saya, Papi untuk saya, dan Tole untuk anak kami.

Bagian 5

Mengapa Tole? Entahlah, sejak hari pertama kami mengetahui kehamilan istri saya, dalam hati saya punya keyakinan bahwa kelak bayi ini akan lahir sebagai seorang lelaki. Kami menikmati hari-hari bersama keluarga kecil kami. Di sebuah buku dikatakan, seorang lelaki akan memulai perannya sebagai bapak setelah istrinya melahirkan. Tapi seorang wanita telah menjadi ibu di detik pertama kehamilannya. Tapi, toh, saya oke-oke saja dengan istri saya yang ‘mencuri start’ ini.

Seorang lelaki akan memulai perannya sebagai bapak setelah istrinya melahirkan. Tapi seorang wanita telah menjadi ibu sejak detik pertama kehamilannya.

Bagian 6

Beberapa hari menjelang hari yang diramalkan dokter sebagai hari kelahiran anak kami, istri saya sudah gelisah. Benar saja, ternyata bayi mungil kami sudah tak kuasa menanggung rindunya pada ibu-bapaknya. Istri saya melahirkan pada 25 Mei 2016 pukul dua belas malam lebih sepuluh menit.

“Wah, andai Ibu lebih semangat dorongnya, adek bisa lahir tanggal 24 nih,” begitu canda dokter kami.

Bagian 7

Sejak itu, malam-malam kami tak pernah sama. Hingga kini saya sering terbangun di tengah malam dengan sebuah kaki kecil bertengger tepat di hidung. Atau mulut. Atau seluruh badannya menindih kaki saya. Saya sedang betul-betul menikmati masa-masa ini. Masa berbulan madu menjadi bapak. Oh ya, kami menamai anak kami Aldebaran Pramudya Kurniantoro, kemudian semua orang memanggilnya Aldi.

Bagian 8

Memang kami tak punya apa-apa, hanya keluarga kecil yang masih sering malfungsi ini. Tapi biarlah, biarkan kami menikmati setiap detik kebersamaan ini dengan riang gembira. Sejak pertama kali saya belajar menggendong bayi yang berusia dua hari, hingga kini setiap malam saya harus menikmati lengan yang pegal-pegal karena Aldi sudah seberat sebelas kilogram, rasanya tidak ada yang tidak saya syukuri.

Bagian 9

Dan hari ini ia, Aldebaran P. Kurniantoro, telah berusia satu tahun. Tahun pertama dalam hidupnya ia lewati. Pagi ini ia mendapat ciuman dari kami, bapak dan ibunya. Memang sebuah, atau jutaan ciuman tak akan pernah cukup mewakili cinta kami pada bocah ini.

Selamat ya, Nak. Waktu rasanya berjalan lebih cepat dari kesepakatan. Kami tergagap-gagap menyadari Aldi sudah satu tahun bersama kami. Tahun-tahun berikutnya telah menunggu, tolong doakan kami tetap konsisten menjalaninya dengan penuh syukur.

Salam hangat, dari keluarga kecil kami.

--

--