The Raid 2: Berandal

Andika Kurniantoro
Bakulrujak
Published in
3 min readMar 23, 2014

Lubang galian di tengah kebun menjadi pemandangan awal film ini. Tak lama berselang seorang lelaki bertelanjang dada diseret untuk kemudian ditembak tepat di kepala setelah percakapan singkat.

Lelaki yang dieksekusi di tengah kebun, yang kemudian diketahui sebagai kakak laki-laki Rama (Iko Uwais) menjadi motivasi kuat untuk menuntut balas. Selain juga tentunya niat baik untuk memberantas kriminal dan menyelamatkan sisa anggota keluarganya.

Jadilah, Rama yang seorang polisi harus melakukan tugas penyamaran di penjara untuk mendekati Uco (Arifin Putra), yang akan membuka jalan ke dunia gelap gangster-gangster besar penguasa Jakarta(?). Peran di penjara dijalani dengan mulus hingga tibalah hari pembebasan. Rama disambut hangat di tengah keluarga mafia besar dibawah pimpinan ayah Uco, Bangun (Tio Pakusadewo). Misi utama Rama pada awalnya adalah menemukan bukti keterlibatan pejabat-pejabat Polisi yang korup dan menjadi pelindung gerakan para mafia besar ini. Namun apa lacur, rupanya Rama Justru terjepit diantara permusuhan beberapa kelompok mafia besar yang berebut daerah kekuasaan.

Pertarungan demi pertarungan yang beberapa kali bahkan nyaris merenggut nyawanya membuat Rama sadar bahwa ia tak punya banyak waktu. Identitasnya sebagai polisi yang harus tetap dirahasiakan dan bahaya yang selalu mengancam keselamatan anak dan istrinya membuat Rama harus bergerak cepat untuk segera menyelesaikan misi berbahanya. Namun rupanya masalah tidak sekadar berkutat seputar mafia dan polisi korup, bahkan lebih dari itu. Penyelesaian seperti apa yang akan menjadi akhir petualangan Rama? Tunggu sampai kalian menonton filmnya.

Sekuel yang Baik

Beberapa orang mengatakan bahwa kisah lanjutan (sekuel) pada umumnya akan lebih buruk dibanding film sebelumnya. Namun rupanya hal tersebut tidak berlaku bagi film garapan sutradara Gareth Evans ini. Otak dibalik film Merantau (yang juga dimainkan oleh Iko Uwais) ini terbukti sanggup mempertahankan gemuruh tepuk tangan para penonton sejak rilis film pertama The Raid, bahkan membuatnya terdengar lebih gegap gempita pada film kedua ini.

Dari sisi penokohan, film ini terbantu sekali oleh aktor-aktor senior tanah air. Sebut saja Tio Pakusadewo, Roy Marten dan Cok Simbara, yang kehadirannya menurut saya menjadi penyeimbang dari aksi seni bela diri yang rata-rata diperankan oleh aktor-aktor baru. Sehingga kita akan mendapatkan kesan film action yang seru dan tegang namun tetap berkelas.

Saya juga merasakan perbedaan dari film terdahulu terletak pada kualitas gambar yang banyak sekali mengalami kemajuan. Saya tidak punya pengalaman sama sekali untuk urusan sinematografi, tapi dengan mata telanjang saja kita pasti bisa melihat kualitas gambar yang semakin baik dan nyaman untuk ditonton.

(Semata-mata) Film Action

Film ini sepertinya mencoba menghadirkan wajah Jakarta sebagai kota yang dikuasai dan dikendalikan oleh para mafia besar dan pejabat-pejabat korup layaknya di negara-negara Amerika Latin. Dari kaca mata saya film ini memiliki banyak cacat dan kejanggalan-kejanggalan ringan di sisi alur dan beberapa settingannya, seperti salju yang tiba-tiba saja turun di jalanan Jakarta. Tapi tentu saja, hal-hal tersebut sepertinya terlupakan begitu saja dan dibayar lunas oleh suguhan ketegangan dan aliran adrenalin akibat serunya adegan pertarungan berdarah-darah di sepanjang film.

Saya juga membaca beberapa ulasan dari media-media barat yang tampaknya memuja film berdurasi 2 jam 28 menit ini secara berlebihan. Dalam artikelnya, Matt Risley, seorang pewarta dari Total Film menjuluki film ini sebagai tontonan yang brutal, beautiful and brilliant.

Jadi, siapa yang siap menyaksikan aksi keren Iko Uwais, Yayan Ruhian , Oka Antara dan si cantik Julie Estelle yang menghajar para mafia dengan palu? Sabar ya menunggu jadwal pemutarannya!

Gambar: beyondhollywood.com

--

--