Menjadi Lebih Baik #4

Memberi & Menerima Feedback

Supaya kamu tidak dianggap judgemental dan keras kepala.

Published in
6 min readDec 19, 2019

--

“Hmm, sebenernya aku kurang setuju sama pendapat dia. Kok rasanya kurang sreg, ya?”

“kenapa dia ngomentarin soal itu? Ada yang salah, ya? Aku kurang, ya? Aku engga cocok mengerjakan hal ini, ya?”

Pernah berpikir seperti itu? Jika jawabanmu itu ‘ya’, tenanglah! Pikiran-pikiran di atas memang normal dan pasti akan ada. Tapi pertanyaannya: apakah kamu punya aksi selanjutnya setelah memikirkan hal-hal itu?

Photo by Andre Hunter on Unsplash

Biasanya, sih, hal di atas ujung-ujungnya hanya disimpan di kepala sendiri atau didiskusikan dengan orang lain. Di sisi lain, si empunya masalah ataupun si pemberi masukan justru tidak mengetahui apa yang ada di kepalamu.

Dan akhirnya, akan muncul sebuah pikiran: “Males, ah, kerja bareng dia.” Nah, lho. Makin engga enak, kan, bawaannya?

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita selaku manusia pasti memiliki sudut pandangnya masing-masing. Oleh karena itu, tentu kita akan selalu mengeluarkan pendapat alias feedback terhadap seluruh hal di sekitar.

Apabila kita berada di situasi untuk memberikan dan menerima sebuah feedback, sebaiknya apa yang harus dilakukan, ya?

Tanamkan mindset bahwa kita selalu membutuhkan feedback 💪🏼

Mindfulness from 9GAG.com

Kita semua pasti ingin menjadi manusia yang lebih baik, bukan? Selain melatih skill sedikit demi sedikit, di satu sisi kita membutuhkan segunung feedback yang akan membangun diri kita menjadi lebih ‘matang’.

Dengan menerima sebuah feedback, percayalah bahwa kamu selangkah lebih keren dari kamu yang dulu. Apabila kamu berniat untuk memberikan feedback kepada orang lain, bersikaplah jujur dan tulus. Tanamkan dalam diri bahwa kamu benar-benar menginginkan orang tersebut lebih hebat lagi di kemudian hari.

“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.” — oleh Tan Malaka.

Photo by Daria Shevtsova on Unsplash

Bangun relasi dan kepercayaan 🤝

Coba bayangkan, omongan siapa yang lebih masuk ke dalam kepalamu: komentar dari sahabat, atau komentar dari seseorang yang hanya ‘numpang lewat’?

Membangun relasi adalah tahap yang tidak sebentar. Butuh waktu yang cukup lama untuk menciptakan sebuah hubungan dan rasa percaya terhadap orang lain. Mulailah dengan perlahan dan jangan terburu-buru.

Pertama, usahakan mengenal terlebih dahulu orang yang menjadi lawan bicaramu. Kemudian, cobalah untuk memahami pemikiran dan cara pandang miliknya. Jika kamu sudah fasih berdialog dengannya, memberikan dan menerima feedback akan menjadi lebih mudah.

💡Tips: Mulai dari hal kecil, namun sering.

Sering makan siang bareng? Mulailah menanyakan kesehariannya seperti apa: hobi, cita-cita, atau keluarga (eh, tapi ingat batasannya, ya!). Atau kamu sering bertemu dengannya di lorong namun hanya mengangguk ringan dan melengos pergi? Coba mulai dengan tersenyum dan menyapa.

Jangan lupa berkenalan dengan siapapun yang berinteraksi denganmu. Kita tidak tahu siapa mereka di masa mendatang, bukan?

Photo by Artem Maltsev on Unsplash

Bertanya! ☝🏼

Pernahkah kamu berada di sebuah meeting dengan kedaaan tidak mengetahui apapun dan siapapun? Lalu sampailah kamu pada suatu titik dan berpikir, “Enggak, enggak begitu seharusnya. Harusnya begini.”

Yup, rasanya tidak enak, ya? Di satu sisi kamu merasa tidak setuju dengan situasi dan kondisi di depanmu. Tapi di sisi lainnya, kamupun menyadari bahwa kamu juga ‘bukan siapa-siapa’ dan ‘tidak tahu apa-apa’ di sana.

Dan percayalah, yang berpikir seperti itu biasanya bukan cuma kamu saja.

Apabila keadaan ini terjadi pada dirimu, coba beranikan diri untuk bertanya. Dari sana, biasanya lawan bicaramu akan mulai menjabarkan alasan dan sudut pandangnya. Ambil beberapa poin dari perkataannya dan silakan ikuti alur diskusi di antara kalian.

Photo by Tim Goedhart on Unsplash

💡Tips: Jaga intonasi bicara dan gestur badanmu!

Siapa, sih, yang tidak tersinggung dengan omongan yang terlalu to-the-point dengan intonasi yang tinggi? Atau, apakah kamu mau ditunjuk-ditunjuk oleh orang yang sedang mengomentari hasil karyamu?

Selain isi feedback itu sendiri, cara penyampaian juga turut mengambil andil yang besar terhadap efektif atau tidaknya penerimaan sebuah feedback. Hindari pemilihan kata yang judgemental dan terkesan mendikte.

Sampaikan pendapat dan masukan mu secara step by step dan berikan alasannya se-clear mungkin. Jangan lupa, tunjukkan gestur badan yang santai, terbuka, dan tidak terkesan arogan, ya!

💡Tips: Atur reaksimu!

Jika kamu kurang setuju dengan sebuah feedback yang ditujukan kepadamu, hindari memberikan reaksi yang negatif! Reaksi yang negatif bisa berarti kamu langsung memotong, menyanggah, atau bisa jadi, kamu menunjukkan sedikit kemarahan di sela-sela perkataanmu.

Tidak jarang reaksi-reaksi seperti di atas mengakibatkan sebuah perdebatan dengan akhir yang kurang enak dan tidak begitu baik. Tarik napas dalam-dalam, pikirkan, baru kamu jelaskan secara perlahan tentang persepektifmu.

Photo by Headway on Unsplash

Dengarkan, dengarkan, dengarkan 👂🏼

Pemikiran yang kamu jelaskan tidak selamanya akan terus disetujui oleh orang lain. Ada kalanya lawan bicaramu menyanggah, menolak, atau bahkan mengkritik balik hal-hal yang baru kamu sampaikan kepadanya.

Jangan defensif dan reaktif, ya.

Simpan dahulu segala hal yang menurutmu aneh dan kurang masuk akal: tetap diam, tenang, dan dengarkan. Siapa tahu, kamu bisa dapat hal baru yang tidak kamu kira sebelumnya.

Memang, mendengarkan adalah proses yang sedikit melelahkan dan menyita banyak waktu. Tapi kembali lagi, kita ingin semuanya menjadi lebih baik, bukan?

💡Tips: Jangan cepat-cepat menyimpulkan sesuatu

Jika kamu berada di posisi sebagai pendengar, usahakan tetap berpikiran luas. Bila kamu merasa ragu akan suatu hal, coba cari lagi pendapat dari orang lain. Jangan sampai kesimpulan yang kamu buat justru menjadi bumerang bagi dirimu sendiri.

“Dengarkanlah orang lain untuk mengerti, bukan untuk membalas perkataannya.”

Photo by The Climate Reality Project on Unsplash

Tetapkan langkah berikutnya dan set ekspektasi 📝

Di sini, anggaplah kamu dan lawan bicaramu sudah selesai memberikan dan menerima sebuah feedback. Selanjutnya, silakan tentukan next action list dan set ekspektasi dari masing-masing pihak.

Hal-hal di atas akan membantumu untuk menentukan target perkembangan diri sendiri ataupun pekerjaan yang tengah dilakukan. Atur jadwal untuk pertemuan selanjutnya, lalu bahas kembali action items dan ekspektasi yang sudah ditetapkan.

💡Tips: Buat catatan sederhana

Dokumentasikan feedback, action items, dan ekspektasi bersama di sebuah catatan. Tidak harus rapi dan profesional, setidaknya kamu dan lawan bicaramu mengerti kala membacanya. Gunakan selalu catatan ini sebagai panduan jika bertemu di kesempatan selanjutnya, ya 👍🏼

Photo by Massimo Sartirana on Unsplash

Jangan lupa apresiasi ✨

Ingat, seburuk apapun keadaan yang terjadi di hadapanmu, di sana ada orang yang sudah berusaha. Berikan apresiasi, sekecil mungkin. Dari apresiasi ini, orang akan lebih merasa dihargai dan akan menumbuhkan kembali rasa percaya dirinya.

Tidak usah apresiasi yang aneh-aneh dan besar. Bisa sesederhana, “terima kasih sudah melakukan ini. Kamu keren.

Itu saja cukup, kok :)

Feedback adalah komunikasi dua arah dan pasti selalu terjadi di keseharian kita. Hampir setiap hal yang kita lakukan, yah, dalam hal ini pekerjaan, pasti akan ada orang yang akan mengomentarinya.

Memang, menerima dan memberikan feedback adalah hal yang susah susah-gampang. Intinya, teruslah berlatih untuk hal-hal di atas dan nikmati prosesnya. Coba saja dulu sedikit demi sedikit dan nantinya, kamu akan paham sendiri bagaimana ritme pemberian dan penerimaan feedback itu.

--

--