Resep Work From Home: Santuy tapi Mantul

Cara supaya kamu bisa kerja dirumah tapi tetap produktif

Jamika Nasaputra
#BelajarDesain
Published in
7 min readMar 17, 2020

--

Ditengah maraknya wabah pandemik global yang disebabkan oleh virus covid-19, berbagai perusahaan telah menerapkan kebijakan Work From Home (WFH). Kebijakan tersebut dilakukan untuk menekan angka penyebaran virus yang meningkat cepat. Apakah kantormu juga termasuk?

Work from home, atau bekerja dari rumah memang terlihat menyenangkan, ya. Tidak perlu berlelah-lelah ke kantor, bisa ngerjain kerjaan sambil dasteran, lapar tinggal comot makanan, dan bisa tidur siang di kasur saat jam istirahat. Benarkah?

Ikuti instagram kami di @belajardesain.io untuk mendapatkan update #BelajarDesain terbaru dan bagaimana agar menjadi lebih baik — bagi diri sendiri, pekerjaan, ataupun orang lain.

Kenyataannya tidak semudah itu, Esmeralda.

Santai… Nggak perlu menghabiskan waktu bersiap ke kantor, jadi bangun siang aja deh. Jam delapan… sembilan.. Eh, jam sepuluh baru bangun. Lihat notifikasi, nggak ada jadwal meeting online. Santai… nonton dulu, biar mood kerja. Sudah jam sebelas, sudah mulai mood kerja. Eh, orang rumah berisik banget, bikin nggak bisa fokus! Belum lagi kalau sudah punya anak, pasti dimintain gendong, nemenin main, atau bocahnya penasaran pengen pencet-pencet laptop. Tiba-tiba sudah jam lima aja. Aaargh. Hari ini kerja apa, dong?

Kelihatannya sih enak, ya. Tetapi bekerja di rumah justru memiliki tantangan yang lebih besar daripada bekerja di kantor. Apalagi jika ini adalah pengalaman WFH pertama kita.

Dibutuhkan kedisiplinan diri yang tinggi ketika harus bekerja tanpa pengawasan langsung dari rekan kerja maupun atasan. Belum lagi distraksi lainnya: kondisi rumah, rekan kerja yang tidak standby sehingga menghambat progres, dan internet yang lambat.

Bagian terburuknya adalah kejenuhan karena tidak ada teman mengobrol dan lingkungan rumah yang itu-itu saja.

Aku kudu piye?

The (Not-So-Secret) Recipes

Meracik WFH yang efektif, produktif dan tetap santuy, bahan utama yang dibutuhkan adalah kesiapan diri dan lingkungan (termasuk keluarga). Kesiapan diri adalah faktor penting sebab erat sekali kaitannya dengan kedisiplinan diri. Kesiapan lingkungan pun turut memiliki andil yang signifikan dalam mendukung produktivitas kita selama WFH.

Langkah 1: Membuat Agenda Harian

Mendisiplinkan diri sendiri memang sulit, sebab musuh terbesarnya adalah diri kita sendiri: malas, mager, menunda pekerjaan. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya adalah dengan membuat agenda harian.

Banyak cara untuk membuatnya: bullet journaling, checklist kegiatan, atau mem-booking agenda di Google Calendar. Apapun caranya, ada satu poin penting yang wajib ditentukan di awal: menentukan prioritas.

The first thing we learned was that something magic happen when you start the day with one high priority goal. -Jake Knapp and John Zeratsky on Make Time

Dalam buku Make Time, menentukan prioritas disebut sebagai Highlight — fokus dan target aktifitas yang ingin diselesaikan. Sertakan pula estimasi waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan target tersebut.

Misalnya, highlight kita hari ini adalah membuat konsep desain. Artinya pada hari itu, target yang mau kita selesaikan adalah konsep desainnya saja. Jika kita sudah selesai dan masih ada sisa waktu, kita bisa membuat wireframe sebagai nilai plus.

Komit dengan satu highlight aktivitas setiap harinya membantu kita untuk tetap fokus selama WFH. Di akhir hari, kita bisa mengevaluasi progress pekerjaan dengan lebih terukur sehingga lebih mudah dikomunikasikan kepada atasan kita.

Sumber: Buku Make Time

Untuk membuat highlight yang mantap, kamu juga bisa belajar dari sini: Make Time Strategies

Langkah 2: Kondisikan Diri dan Lingkungan Kerja

Kalau di kantor, lingkungan dan atmosfirnya sudah settle, disiapkan sedemikian rupa untuk kita bekerja. Artinya setiap kita datang ke kantor, auranya sudah kerja mode-on. Sementara jika kita belum terbiasa kerja di rumah, maka auranya masih leha-leha mode-on. Sungguh menantang sekali merubah dari leha-leha menjadi mode kerja-kerja di rumah yang super nyaman ☹

Beberapa penelitian menyatakan bahwa lingkungan tempat kita bekerja sangat berpengaruh terhadap produktifitas kita. Lingkungan fisik seperti tempat kerja, kebersihan, bahkan pakaian yang kita pakai dapat mempengaruhi mood dan fokus selama bekerja.

Caroline Adams Miller, a University of Pennsylvania master’s graduate in applied positive psychology, cites “the science of happiness” in her analogy of fashion as a deliberate self-intervention for changing our mood. The professional coach and author of “Creating Your Best Life” says we can be happier “by wearing things that evoke positive feelings, positive reactions from others, or that remind you of positive experiences.” Source

Nah agar WFH menjadi kondusif, kita bisa menerapkan hasil penelitian tersebut di rumah. Sebelum mulai bekerja, kondisikan diri: mandi, sikat gigi, dan gunakan pakaian yang nyaman dan bikin mood. Dandan, jika perlu. Jika sudah berkeluarga, selesaikan pekerjaan rumah tangga sebelum mulai bekerja.

Selain itu, kita juga perlu menyiapkan satu spot atau ruangan khusus untuk bekerja. Misalnya di meja belajar, ruang tamu, ruang baca, atau di meja makan. Pilih tempat yang jauh dari distraksi: suara bising, televisi, dan jangkauan anak-anak. Rapihkan dan atur senyaman mungkin, sediakan cemilan favorit dan pasang aroma therapy jika perlu.

Penampakan Meja Kerjaku :)

Langkah 3: Komunikasikan kepada Semua Orang yang Terlibat

Lagi fokus kerja, ee…tiba-tiba diminta ke warung beli garem, disuruh anterin adek ngaji, angkat jemuran, nyapu, ngepel, de-el-el.

Yang Mereka Kira tentang WFH (Image Source Here)

Seringkali tantangan WFH bukan dari dalam diri kita sendiri, melainkan dari orang lain disekitar kita, termasuk keluarga. Bekerja di rumah dianggap memiliki banyak waktu untuk mengurus pekerjaan lain di luar kantor, bahkan dikira cuti.

Agar hal tersebut tidak menjadi distraksi ketika WFH, kuncinya adalah komunikasi. Komunikasikan kepada anggota keluarga terkait WFH dan bagaimana kantor kita memberikan regulasinya. Berikan pengertian dan ajak mereka terlibat dengan cara meminta waktu dan ruang agar kita bisa fokus bekerja.

Pun ketika ada hal urgent yang membuat kita tidak bisa stand by di depan laptop, jangan lupa komunikasian juga ke rekan kerja. Atau ketika jaringan internet kita kurang oke sehingga saat meeting online harus mencari spot sinyal terlebih dahulu.

Bicarakan apa adanya, tetapi jangan sampai dijadikan alasan yang mengada-ada. Tetap jujur, terbuka, dan komitmen pada diri sendiri dan agenda yang kita susun di awal.

Langkah 4: Recharge

Kerja dirumah, istirahat dirumah, ngapa-ngapain di rumah. Ketemunya 3L, Lo Lagi Lo Lagi. Jenuh, bosan, tapi kerjaan masih banyak. Padahal ternyata, banyak hal yang justru bisa kita lakukan untuk recharge ketika sedang WFH.

Meskipun kerjaan banyak, sempatkanlah waktu untuk berhenti sejenak. Main sebentar sama anak, membaca buku, tidur siang sejenak, bikin kopi atau minum teh, jalan kaki ke warung, ngobrol sama tukang bakso, video call sama rekan kerja untuk mengurangi FOMO.

If you’re out of ideas, wash the dishes. Take a really long walk. Stare at a spot on the wall for as long as you can. As the artist Maira Kalman says, “Avoiding work is the way to focus my mind.” — Austin Kleon, Steal Like an Artist

Menurut Austin Kleon dalam kutipan di atas, justru kita mesti bersyukur kalau lagi bosan. Lho, bosan kok malah bersyukur? Sebab katanya…

Take time to be bored. One time I heard a coworker say, “When I get busy, I get stupid.” Ain’t that the truth. Creative people need time to just sit around and do nothing. I get some of my best ideas when I’m bored, which is why I never take my shirts to the cleaners. I love ironing my shirts—it’s so boring, I almost always get good ideas.

Mengambil jeda di sela sibuknya pekerjaan tidak akan mengurangi jatah waktu kita bekerja, kok. Menurut Jake Knapp dalam Make Time, aktifitas tersebut justru meningkatkan energi dan produktifitas. Tinggal kita sendiri yang mengatur aktivitas, kapasitas dan kualitasnya seperti apa.

Santuy dan Temukan Ritmenya

Bekerja dari rumah memang terlihat fleksibel dan nyaman, sebab kita bisa mengatur sendiri waktu dan tempatnya. Padahal justru tanggung jawabnya lebih berat. Kita tidak hanya bertanggung jawab kepada perusahaan pemberi kerja, tetapi juga terhadap diri sendiri. Dan disitulah seninya.

Belajar dari pengalaman, memang tak mudah mendisiplinkan diri sendiri. Apalagi bila di rumah banyak sekali distraksi. Tetapi yang terpenting adalah tetap santuy dan nikmati prosesnya. Jalani sampai kita sendiri yang temukan ritmenya.

Buat prioritas, kondisikan diri, komunikasikan dengan jujur dan terbuka, dan jangan lupa untuk ambil jeda, recharge. Santuy aja, tetap produktif dan efektif. Nikmati segala kenyamanan bekerja dasteran atau sarungan.

Terakhir, semoga sehat selalu, ya!

Hari ini, kamu sudah #BelajarDesain dan menjadi lebih baik tentang Work from home: resep santuy tapi mantul.

Ikuti instagram kami di @belajardesain.io untuk mendapatkan update #BelajarDesain terbaru dan bagaimana agar menjadi lebih baik — bagi diri sendiri, pekerjaan, ataupun orang lain.

--

--

Jamika Nasaputra
#BelajarDesain

A Mother and a UI/UX Designer. I wrote things about Productivity, Working-Mom related topics, and of course about UX Design. Enjoy :)