Little Things I Know About: Business (1/3)

Now it’s not the time to dream, it’s time to do.

Ilham Muzakki
Beranda Pagi
Published in
5 min readJan 14, 2018

--

Lelah dengan aktivitas akademik? Mulai berpikir untuk menghasilkan uang sendiri? Sudah mencari tempat untuk magang tapi tidak ketemu? Sering mendengar orang tua-mu dulu kuliah sambil mencari uang? Tapi kenapa sekarang kamu belum bisa? Sudah mencoba berjualan tapi gagal terus? Tidak konsisten? Mungkin tulisan ini bisa menjadi insight baru untuk teman-teman.

Saya tidak menjamin teman-teman bisa jadi buat usaha dalam sehari dan menghasilkan jutaan rupiah dalam satu minggu. Karena saya bukan trainer database online di media sosial maupun re-seller produk impor dari Tiongkok yang harganya sangat murah. Saya mungkin orang yang punya sedikit waktu lebih banyak untuk membaca buku, artikel, mendengarkan orang bercerita tentang bisnisnya, dan mau berbagi dengan teman-teman, walaupun sedikit.

Memiliki bisnis sendiri mungkin sudah bukan lagi mimpi sebagian orang. Apalagi sudah banyak kisah dari orang-orang sukses yang terbukti dapat memulai bisnis sendiri sejak dini. Bukan kah kita tergiur? Apalagi jika sudah sukses, sepertinya hidup akan menjadi lebih mudah. Namun tunggu, itu dulu. Sekarang dunia berubah semakin cepat. Banyak orang yang memulai usaha hanya dengan mengandalkan motivasi tanpa tahu kondisi sekarang. Bahkan mengetahui kondisi sekarang pun tidak cukup, kita perlu selalu tahu mengenai kondisi kedepannya agar bisnis yang dijalankan menjadi lestari. Maka kita harus siap dan selalu mempersiapkan.

Sebelumnya saya tidak memberi judul Entrepreneurship karena mungkin bahasannya tidak akan membuat teman-teman memiliki jiwa-jiwa entrepreneurship yang sering dibicarakan pada seminar-seminar motivasi ‘kiat-kiat usaha sukses’, seperti, “jangan menyerah, fokus pada tujuan, harus selalu bersemangat” blahblahblah, tidak. Entrepreneurship bagi saya ‘jiwa’. Mengenai hal-hal tersebut, saya rasa teman-teman bisa dapatkan di tempat lain bahkan mungkin sudah mendapatkannya. Banyak wadah pelatihannya dan dengan cara mengikuti itu bisa lebih efektif.

Sayapun tidak bicara pada skala industri walaupun nanti beberapa ada yang menyinggung karena buku-buku saya referensi perusahaannya sudah dengan skala yang cukup besar luas. Untuk industri nanti saya akan bahas satu tulisan khusus.

Bisnis adalah mengenai perdangangan, jual-beli barang atau jasa. Lalu bagaimana mengenai wajah bisnis Indonesia sekarang atau nanti? Bagaimana persaingannya? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang akan terjadi? Berikut beberapa hal yang saya tahu:

Marketing 4P, yakni singkatan dari Product, Price, Place, dan Promotion. Saat teman-teman akan memulai, brainstorming, maka sebaiknya sudah tidak lagi menggunakan matriks tersebut. Gantilah mindset-nya dengan: ABCDE. Anyplace, (Create a new) Brand, Collaboration, Discovery (new Price), Experience.

  • Daripada memikirkan Product pikirkanlah apa Experience yang akan konsumen dapatkan. Ini yang terjadi dengan kue-kue artis di tiap kota yang terkenal itu. Saya rasa kue-nya sama saja dengan kue-kue yang lain (walaupun tidak semua). Lihat, sampai sekarang banyak orang yang bahkan rela mengantri sampai 2–3 jam. Bukan karena kue yang rasanya berbeda, tapi sebuah Experience merasakan kue yang dibuat oleh artis yang sering beliau posting di instagram, merasakan kue yang sedang hits, yang dimakan oleh banyak orang. Betapa puasnya ketika orang-orang di media sosial mengatakan penasaran mencicip kue tersebut dan kamu sudah pernah merasakannya sehingga hal itu membuat kamu merasa spesial. Experience yang menakjubkan! Itu pula yang terjadi dengan Starbucks dengan suasana tempat dan kopi kelas premium. Masih banyak contoh lain jika Anda perhatikan.
  • Dicovery new Price. Ini memang agak gimana ya… jangan terlalu dipake yang ini. Intinya aja saya jelaskan. Harga kali ini bukan hanya tentang harga kebutuhan material produk ditambah keuntungan. Tapi banyak hal lain yang dapat meningkatkan harga bahkan untuk sesuatu yang kita tidak bayar secara langsung untuk memproduksi itu. Bukan hanya soal modal (material, transport, operasional lainnya)+keuntungan = Harga. Di luar itu bisa ditambahkan banyak faktor lain yang dapat menentukan harga. Seperti hasil berpikir, jasa menulis, inovasi, hak cipta, privilege (misal, kamu dapat keistimewaan memiliki vendor kaos yang mau nyablon 24 jam), waktu produksi, jumlah produk yang diproduksi, effort, status produk (ketika yang lain illegal, tapi yang kamu legal), long-term value, and so on.
  • Bukan lagi waktunya memikirkan Place, you can sell at any place. Sudah bukan lagi zamannya Anda memikirkan di mana Anda harus berjualan. Karena orang sudah bukan lagi memutuskan untuk membeli sesuatu ketika pertama kali melihat produk kita di jalanan. Kita bisa berjualan di satu tempat saja namun semua orang di dunia tahu mengenai produk kita dan bisa membelinya. Bahkan mungkin sekarang kita tidak perlu lagi toko untuk berjualan. Cukup melalui e-commerce yang tersedia banyak. Tokopedia, Bukalapak, blibli, Lazada, Blanja, adalah contoh yang membuat hal ini dapat terwujud. Berjualan di satu tempat, serasa memiliki toko di seluruh dunia.
  • Bukan waktunya Promotion, pikirkan Collaboration. Periklanan, promosi, publisitas, public relations, serta aspek lain merupakan sesuatu yang sebaiknya mulai diganti dengan memiliki mindset Collaboration dalam menyampaikan informasi mengenai produk kita pada konsumen. Bahkan zaman sekarang terkadang kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk promosi. Fokus kita pada kolaborasi dengan konsumen itu sendiri. Menawarkan konsumen untuk memberikan review di media sosial, upload di instagram, dan story. Karena nyatanya di kehidupan nyata, sekarang kita dapat rekomendasi cafe asik, dari instagram story orang. Berkolaborasi pun mungkin bisa dengan cara melaksanakan lomba kepada konsumen. Seperti yang dilakukan beberapa produk terkenal yang membuat lomba film pendek tapi produknya harus ada di dalamnya. Atau lomba membuat iklan mengenai produknya. Ongkos produksi film daripada hadiah untuk lomba tersebut, mungkin akan lebih hemat. Itu lah yang dimaksud Collaboration.
  • Terakhir, tidak ada di 4P, tapi yang akan mendukung itu kita harus membuat Brand untuk produk yang kita jual. Dengan brand yang semakin menarik, semakin mudah diingat, semakin orang akan mudah menceritakannya ke orang lain. Satu hal yang saya sayangkan mengenai perusahaan di Indonesia yang menyalahgunakan brand yakni memaksakan nama sebuah merk untuk produk yang sangat jauh berbeda dengan merk produk sebelumnya. Ada sebuah rumah makan di Indonesia, masakan sunda, akan buat kolam renang, tapi dengan nama yang sama! Jadinya… aneh. Jangan suka dipaksakan lah, walaupun saya tahu rumah makan itu cukup terkenal. Tapi ya… jadi aneh. Cari tau sendiri deh brandnya apa hehe.

(Lanjut ke bagian ke 2)

Referensi:

ABCDE Marketing:
Don Tapscot, Co-founder and Executive Director at Blockchain Research Institute. Grown Up Digital: https://www.linkedin.com/pulse/why-four-ps-marketing-dead-don-tapscott

--

--

Ilham Muzakki
Beranda Pagi

A writer who shares stories from his life and work. Passionate about organization and personal development.