Totto-chan

Muhammad Amin Zaim
Berbuku
Published in
2 min readOct 8, 2019

Gadis Cilik di Jendela

Dalam dunia pendidikan zaman sekarang, yang mana semua pencapaian selalu didefinisikan, sangat sulit menemukan “taman belajar” yang mana kita bisa mengekspresikan dengan bebas segala bakat dan minat yang kita miliki. Ungkapan-ungkapan bijak dari ahli pendidikan yang selalu menyampaikan, yang pada intinya, sekeras apa pun ikan belajar Ia tetap tidak akan bisa memanjat pohon, hanya menjadi angin lalu di tengah pendidikan yang telah diindustrialisasi. Totto-chan dalam bungkisan ceritanya yang sederhana berhasil menelanjangi bulat-bulat tentang apa yang kita sebut pendidikan yang eksploitatif dan doktrinatif.

Dalam novel setebal 271 halaman ini, pembaca akan diajak mengarungi kenangan-kenangan masa kecil yang dulu mungkin hinggap di pikiran pembaca ketika masih anak-anak. Pembaca akan dengan mudahnya dibuat bergumam “Ohh I know what she feels” oleh buku ini. Gumaman tersebut muncul karena setiap jengkal dari cerita novel ini berasal dari pikiran murni seorang anak kecil yang memiliki banyak ide, minat, dan hasrat akan dunia yang baru saja Ia kenali, sama seperti waktu dulu kita baru saja menjejakkan kaki di dunia. Moralitas yang dikisahkan melalui kelakuan-kelakuan Totto-chan secara ajaib mengingatkan kita bahwa dahulu kita pernah meyakini nilai-nilai moral kebaikan tersebut. Secara tidak langsung, membaca Totto-chan akan membawa kita bernostalgia tentang hal-hal yang dulu menggelayuti pikiran kita sewaktu kecil.

Totto-chan dalam kesimpelan ceritanya berhasil menyajikan ide besarnya bahwa anak-anak bukan lah robot yang berpikir secara linier. Ia mengingatkan kita, bahwa seorang anak memiliki potensi yang tidak terbatas, yang sebaiknya tidak dibatasi.

  • M. A. Zaim

--

--