Apa Sebenarnya Waktu?

Sara Fiza
Bersamaduka
Published in
2 min readSep 8, 2023
Menatap senja di Pelabuan Ratu

Nak,
Ibu pernah bilang ke diri ibu di masa lalu bahwa rentang usia kita sebelum meninggal itu seperti usia senja; rentang yang singkat antara nyala senja dengan malam yang gelap gulita. Rasanya waktu cepat berlalu dan hidup terasa tergopoh-gopoh mengejar target ini itu.

Setelah ayahmu pergi, rentang itu tidak lagi terasa singkat. Setiap menit berlalu lama sekali.

Ilusi waktu luluh lantak di hadapan duka. Apa itu waktu? Rasa sakit ketika ayahmu pergi sesaknya sama saja seperti baru terjadi, masa depan terlihat kabur dan yang ibu punya hanya detik ini, tapi rasa kangen pada ayahmu seperti sudah lama sekali tidak berjumpa dan Ibu berusaha menggapai sekecil apapun memori yang tersisa dalam kepala dan berharap tidak lepas begitu saja.

Apa sebenarnya waktu?
Rentang hidup kita di dunia, entah itu sebenarnya singkat atau panjang, ibu tidak tahu lagi, Nak.

Kini, ibu hidup dari satu helaan napas ke helaan napas selanjutnya. Ibu tidak tahu bagaimana ibu bisa melalui hari-hari kemarin dan ibu tidak tahu bagaimana menghadapi hari-hari di depan. Tapi, ibu yakin, Allah akan terus membersamai kita dan Allah akan mengganti setiap patah, sakit, sesak selama di dunia dengan kebahagiaan yang hakiki di surga.

Kelak di Surga, ketika kita berkumpul dengan ayahmu, kehidupan yang menyesakkan ini hanya jadi memori jauh yang tidak menyakitkan lagi. Kelak di surga, kita bisa bahagia tanpa khawatir akan berpisah lagi.

Temani Ibu ya, Nak.
Kita lalui pelan-pelan hidup ini. Ingatkan Ibu juga kalau Allah begitu baik karena mempertemukan Ibu dengan potongan keindahan surga di dunia: kamu dan ayahmu.

--

--

Sara Fiza
Bersamaduka

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai