Upaya Mitigasi Bencana Sulsel
BICARA.id — Provinsi Sulawesi Selatan pada Senin, 22 Januari 2019 diterjang bencana banjir dan longsor. Data bencana terbesar yakni di Kota Makassar, Jeneponto, Gowa, Maros, Pangkep dan Barru.
Bencana memang merupakan kejadian alam yang sulit diprediksi, tetapi tentunya sudah ada upaya-upaya melakukan antisipasi atau mitigasi dari pihak terkait, terutama pemerintah setempat.
Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal memaparkan program mitigasi bencana struktural yang telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu.
Deng Ichal-sapaan akrab Syamsu Rizal menyebutkan ada tiga program mitigasi yang dilakukan Pemkot yakni, pembangunan Waduk Tunggu, Saluran Primer di Blok 10 Antang, Revitalisasi Danau Ballangtojong, Antang, Kecamatan Manggala.
“Jadi kami sebenarnya telah membuat mitigasi bencana ini. Namun, partisipasi masyarakat yang masih sangat rendah,” ujar Deng Ichal, saat menjadi narasumber di Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) AJI di Hotel Remcy Makassar, Sabtu (26/1) malam.
Selain itu, Deng Ichal menyebutkan, salah satu penyebab banjir di Makassar juga bisa terjadi jika terjadi air pasang, sebab secara geografis, elevasi Makassar berada hanya 60 Cm di atas permukaan laut. Sehingga, jika terjadi hujan dengan curah 500 mm, maka dipastikan akan terjadi banjir,” jelas Deng Ichal.
Merubah cara berpikir pelaku dan masyarakat Indonesia, bahwa Indonesia memang rawan bencana, dengan memasukkan pada kurikulum.
Bencana Makassar berdasarkan data yang masuk di Palang Merah Indonesia (PMI) yang juga diketuai Deng Ichal, sebanyak 1.216 KK, 3.910 jiwa yang menjadi korban banjir Makassar.
Pemkot telah membentuk Satgas Drainase lorong hingga ke tingkat kelurahan, agar tidak terjadi lagi banjir karena penyambutan drainase. Deng Ichal juga menyebutkan bahwa, Makassar juga masih mengalami kesulitan karena Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum kelar.
“2019 ini membuat kami akan membuat green building, termasuk IMB tidak lagi gampang terutama bagi pengembang dan prosesnya panjang. 30% disiapkan untuk fasum dan fasos,” ujarnya.
Pada 2014 sejak pemerintahan Ilham Arief Sirajuddin pernah mnetapkan 15 sekolah siaga bencana.
Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah terkait mitigasi, pihaknya berencana memasukkan mitigasi bencana ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak mulai dari tingkat TK-SMA, mengenai cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana.
Lanjut mantan Bupati Bantaeng dua periode itu, Indonesia memang merupakan wilayah rawan bencana. Di negara-negara maju, kata dia, mitigasi bencana sudah dimasukkan dalam kurikulum.
Sementara Pemkot Makassar, saat dipimpin Ilham Arief Sirajuddin dalam mitigasi bencana telah menetapkan 15 sekolah siaga bencana.
Kepala Badan Nasionnal Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Manardo, saat mengunjungi Makassar beberapa waktu lalu mengatakan, akan melakukan penghijauan kembali di Gunung Bawakaraeng, untuk mengantisipasi banjir dan longsor di Sulsel, dengan membentuk paguyuban penyelamatan Gunung Bawakaraeng.
Laporan Rahmi Djafar