Binar Academy, dan Sebuah Kesadaran

ari ghi
Binar Academy
Published in
4 min readNov 23, 2018
Tim saya dengan serius mengejakan project Apps bernama Lakon.

Barangkali sejak delapan tahun yang lalu, saya merasa ada yang salah dengan sistem pendidikan di negara ini. Berbagai argument pendukung selalu saya cari dan tak ayal dalam pencarian tersebut saya menemukan beberapa fakta yang semakin membuat saya yakin bahwa memang benar sistem pendidikan kita salah, rusak bahkan lebih parahnya, sistem ini sudah bobrok.

Kesannya memang berlebihan. Namun, kenyataan itulah yang saya percayai sejak masa SMP dan SMA. Bahkan ketika saya sudah sampai pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu pada tingkatan universitas, lalu melihat sistem yang berjalan serta keluaran mahasiswa yang dihasilkan lebih sering mengecewakan. Ah, barangkali ini di kampus saya aja kali, makan saya cek di beberapa kampus lain, yah ternyata ada kesamaan. Akhirnya, saya merasa semakin yakin bahwa sistem pendidikan di negeri ini benar-benar paling buruk di antara negara-negara lainnya.

Di samping beberapa hal yang saya alami, saya juga dihadapkan oleh beberapa data yang diulas oleh para ahli atau para profesor. Salah satu temuan yang semakin membuat semakin yakin sistem pendidikan kita memang buruk, adalah pembahasan Prof. Renald Kasali dalam bukunya yang berjudul “Self Driving”. Dalam salah satu kolom membahas sebuah data yang menyatakan bahwa dari tahun ke tahun banyak lulusan dari perguruan tinggi menjadi pengangguran, dan jumlahnya bertambah setiap tahunnya.

Bahkan dalam salah satu pembahasan selanjutnya, beliau berkisah tentang salah satu mahasiswa dari universitas bergengsi nasional, mahasiswa dengan predikat lulusan cum laude pernah mengajukan Judical Review ke pada Mahkamah Konstitusi agar disahkannya hukuman mati. Alasannya, sang pemuda memilih mati saja sebab setalah lulus dari universitas dia menjadi pengangguran bertahun-tahun, padahal dia adalah lulusan terbaik. Setelah membaca tulisan tersebut, hati saya langsung dengan yakin berkata, “Tuh kan, apa gua bilang. Pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan di negri ini!”

Lalu dalam kondisi membawa keyakinan yang sama, suatu ketika saya menemukan sesuatu hal yang berbeda. Ibarat sebelumnya saya sedang berada di ruang yang sangat gelap, lalu tiba-tiba saya seperti melihat sebuah cahaya. Ketika pertama kali saya mendengar dan tahu sebuah lembaga pendidikan bernama Binar Academy. Sebab menurut kabar burung, dalam sistemnya menghadirkan sebuah sistem yang berbeda, bahkan digadang-gadang menawarkan konsep baru dalam sistem pendidikan kita. Selain itu banyak hal lain yang sangat menarik dari Binar Academy ini.

Singkat cerita kemudian saya mendaftarkan diri dalam program Binar ini, masuk dalam rombongan Batch 9. Saya yang saat itu berlokasi di Jakarta harus siap-siap berpindah kota ke Yogyakarta selama hampir 3 bulan lamanya.

Seiring berjalannya waktu, saya mengikuti program pendidikan di Binar Academy ini dengan khidmat. Tak terasa hampir 2 bulan saya lalui duka citanya belajar, dan saya merasakan pencapaian yang berbeda dari apa yang saya dapatkan di perkuliahan. Hal tersebut kembali mengingatkan saya pada apa yang saya yakini dan kemudian membanding-bandingkan untuk meyakinkan hati kembali bahwa memang benar sistem pendidikan kita itu rusak. Di Binar Academy, saya merasakan hal yang berbeda dengan menyediakan penawar kerusakan sistem tadi.

Namun, kesimpulan awal seperti itu kemudian terpatahkan pada suatu momen ketika saya berbincang dengan beberapa kawan di tim. Saya menanyakan, “Apa yang mereka dapatkan dari sini ?” hampir rata-rata jawabnya biasa saja, seperti pada umumnya orang belajar. Bahkan ada yang menjawab merasa belum mendapatkan apa-apa.

Lalu saya tanyakan pertanyaan lain, “Terus kedepannya setelah ini bagaimana?” Beberapa ada yang menjawab semakin tertarik dengaan dunia IT, lalu sebagian menjawab setelah tahu keribetan dunia IT dia menegaskan pindah haluan atau tidak ingin berada di bidang ini. Beberapa perbincangan lain membuat keyakinan saya berubah, dan pada titik ini saya sadar bahwa sebenarnya tidak ada yang benar-benar rusak dari sistem yang saya permasalahkan. Bahwa sistem pendidikan di negeri ini rusak, atau sistem di Binar Academy sekalipun tidak sepenuhnya baik.

Ternyata sepenuhnya yang bermasalah disini adalah diri saya sendiri.

Karena saya menjadi sadar, bahwa seberapa sempurnanya sistem yang diciptakan oleh Binar Academy untuk menjadi solusi pendidikan, jika subyek yang mau belajar tidak memiliki visi yang benar, serta niat dan tekad yang kuat untuk belajar, hasilnya toh akan sama saja.

Begitu pula dengan apa yang saya keluhkan selama ini. Saya akhirnya menyadari, ternyata hal tersebut hanyalah pelarian atas ketidak mampuan saya menghadapi segala proses yang diciptakan oleh sistem pendidikan yang saya alami. Sehingga tak heran saya merasa teralienasi dalam menghadapi sistem yang ditawarkan oleh pendidikan di negeri ini.

Dengan refleksi yang lebih dalam lagi, saya kembali menyadari niat dan tekad saya ketika hendak mengikuti Binar Academy. Ternyata memang berbeda dengan niat tekad saya ketika menghadapi pendidikan di luar Binar. Akhirnya saya menyadari bahwa sebenarnya sebelum menuntut banyak hal untuk diubah dan diperbaiki di luar diri kita, ternyata syarat utama yang paling perlu diperbaiki adalah apa yang ada dalam diri kita sendiri.

Memang benar kata mbak Ala, Binar ini bukan hanya mengajari hal-hal teknis dunia teknologi. Akan tetapi, Binar juga merupakan Sekolah Kehidupan juga.

Ini salah satu di antara banyak hal yang saya dapatkan di Binar. Kalau kamu apa?

--

--