Keluar dari Sumur

imamul makarim
Binar Academy
Published in
5 min readNov 28, 2018

Inilah cerita nyataku tentang bagaimana aku tersadar betapa dalam sumur tempat aku bersemayam selama ini.

Designed by evening_tao / Freepik

Pengalamanku di dunia quality assurance sudah lebih dari 7 tahun, buat apa belajar lagi? Binar, start-up apa lagi itu? Paling cuman hype yang bakal hilang setelah beberapa tahun… Atau jangan-jangan ini perangkap MLM?…eewww

Itulah yang ada dibenakku, sama sekali ga ada niat buat ngikutin “les-lesan” apapun itu. Aku yakin banyak yang beranggapan seperti itu, kok bisa? Simpel, karena Binar tidak “terkenal”.

Definisi tidak terkenal ini menurutku lho ya… sak-sakku to week

Ketika teman-temanku sudah mulai banyak yang mengikuti dan menyelesaikan pelatihan mereka, pelan-pelan makin banyak yang mulai memetik manfaatnya, mulai dari jadi tambah pinter sampai jadi sukes di tempat baru.

Mungkin tak ada salahnya ikut acara ini, batinku. Setelah konsultasi dan tanya kesana-kemari dan mendapat masukan/nasehat dari teman dekat, kuputuskan buat mendaftar. Toh gratis dan waktunya sore jadi ga ada ruginya lah.

sumber: https://intanaerum.com/2018/05/08/sinergi-coworking-space-tempat-nongkrong-asik-sambil-kerja-di-jogja/

Hari Pertama di Binar ahirnya dimulai, sampai di lokasi aku jadi minder, banyak sekali anak muda di sana. Semua bawa leptop, tampilannya fresh, ga kayak saya yang kucel, sandal jepitan, dan lom mandi entah berapa hari.
Setelah celingak-celinguk, waiter mengarahkan saya ke ruangan di lantai dua dimana saya akan terguncang dan tersadar betapa culunnya saya.

Sekedar info, QA di batch 9 cuman ada satu orang di tiap tim, yang ambil kelas malam cuman saya dan kadang ada temen dari tim lain (mbak Rega). Saya dibimbing oleh mas Khalif, yang ternyata mantan QA di tempat saya sekarang bekerja.

Di hari pertama setelah kami berkenalan dan ngobrol-ngobrol sebentar mulailah materi pertama diberikan.

Nothing new, dan menurutku itu wajar karena QA adalah bidang yang sudah kugeluti bahkan sebelum anak keduaku yang sekarang TK belum lahir. Mas Khalif tampaknya sadar dengan hal itu, lalu beliau menawarkan apakah diganti jadi diskusi saja, tapi saya tetap pengin melanjutkan kelas layaknya orang awam, ternyata ini adalah keputusan yang akan sangat berpengaruh pada saya…

Di malam berikutnya saya datang kembali kelas Binar, walau agak capek tapi ya sudahlah, toh cuman dua jam, enteng lah… Tetapi…

Materi-materi yang diberikan malam itu sungguh sangat menampar ego yang sudah kubangun bertahun-tahun, aku benar-benar tersadar betapa dangkal pengetahuan yang selama ini aku miliki.

Ibarat seorang pemancing laut lepas yang tak berkutik ketika diajak mancing ikan di selokan…

Mulai dari istilah, cara kerja, tools, bahkan pola pikir banyak sekali perbedaannya dengan tempat kerjaku saat ini. Otakku bekerja keras menelaah materi-materi yang disampaikan mas Khalif, andai saat itu hari libur aku bersedia membahas materi itu seharian.

Ilmu yang diberikan di kelas Binar akan mudah dimengerti oleh orang awam dan aku yakin itu. Sayang itu tidak berlaku untukku, aku sudah mempunyai fondasi kokoh tentang cara kerja QA dan ini yang membuatku lumayan kesulitan mengikuti materi.

Ketika tengah berjibaku dengan project kantor dan belajar di Binar, ternyata di Binar ga cuman diajari teori, tapi juga ada prakteknya, baguslah kalo begitu, biar belajarnya ga nanggung dan langsung meresap ke sanubari.

Mulailah saya berkenalan dengan teman-teman satu project di Binar, mulai dari pak Faisal yang sangat bersemangat, Bily yang tampaknya sangat serius, sampai mas Stress yang kemana-mana bawa kamera, sayang aku lupa siapa aja yang waktu itu hadir…hiks.

Alhasil kami mengakrabkan diri selama beberapa hari. Ketika ada seorang master Binar yang memberitahu tentang adanya party-class, saya senang sekali “weh ada pesta? aseek….”

woo kucing sialaaan!

Ternyata bukan pesta, tapi lebih mirip kegiatan team-bonding plus sekalian presentasi tema project.
Di party-class itu kita akan diajari tentang metode agile-scrum, untung aku pernah pakai jadi ga bakal shock kek hari kedua dulu.

Setelah pembahasan-pembahasan yang menarik akhirnya diputuskan project timku (tim D) adalah RelaOne, aplikasi untuk para sukarelawan.

Sebagaimana yang sudah saya ceritakan diatas tentang bagaimana shock-nya saya ketika bertemu istilah, tools, maupun cara kerja di Binar, pengerjaan project ini juga sungguh mengejutkan saya.

Di Binar, QA tidak hanya menunggu aplikasi datang, tapi juga turut serta menemani perjalanan project ini dari awal. Pengumpulan dokumen sampai merancang test case harus sudah mulai dikerjakan agar tidak terjadi bottle-neck kelak di kemudian hari.

Setelah party-class selesai, tim kami langsung bersinergi satu sama lain. Pertemuan-pertemuan mulai sering dilakukan. Semua punya tujuan yang sama yaitu belajar.

Kafe Mato tempat favorit kami. sumber http://www.ndrangsan.com/2015/11/Cafe-Dan-Warkop-Untuk-Nongkrong-Rekomendasi-Di-Jogja.html.com

Setelah party-class, materi kelas mulai menjurus ke yang lebih berat. Mulai dari deployment process, API testing, sampai automation. Pokoknya semua yang bikin anda bersukur sudah mulai belajar dari sekarang daripada belajar ketika real-project sudah berjalan.

Pembelajaran Otomation yang diberikan para mentor sangatlah jelas, bahkan mas Khalif sampai bersedia saya ganggu via telegram di waktu malam hari untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang lugu. Dari mulai cara menginstall Ruby, memakai Atom, bahkan waktu memakai Cucumber juga didampingi olehnya dengan sabar.

Sebenarnya saya pengin cerita tentang tim D denga RelaOne-nya, tapi akan sangat banyak jika saya menceritakan di sini.

Yang pasti dengan mengikuti Binar, aku jadi sadar bahwa dunia itu nggak cuma memakai apa yang sudah kukerjakan selama bertahun-tahun. Sangat banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa kita raih jika kita rela mengakui bahwa kita hanyalah katak dalam sumur.

Terima kasih Binar, sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan...

source: The Ring 2

--

--