Kerjaan Kamu Berat? Masa Sih?

Gilang Gibranthama
Binar Academy
Published in
5 min readSep 29, 2018

“Bro, I’m so sorry, we’ve tried our best tapi kita gak berhasil achieve target…”

Sebagai pekerja di industri teknologi, dan juga sebagai seorang millennial, kata-kata ini mungkin gak asing kita denger dari tim, teman sejawat, atau bahkan dari atasan kita.

Dengan segala perbedaannya, millennials itu cenderung memiliki sense of ownership yang sangat kuat terhadap sesuatu, terutama yang mereka percaya.

Kali ini, saya mau share sedikit tentang IMPACT-DRIVEN PERFORMANCE

Ada apa gerangan dengan sense of ownership dan sangkut-pautnya dengan impact-driven performance?

Kalau diperhatiin, jaman sekarang, trend pencarian kerja itu udah berubah, udah gak kayak dulu lagi.

Kali ini, sebagai millennial, saya mau menjabarkan beberapa faktor yang jadi pertimbangan manusia seperti saya untuk mencari kerja;

  • Gaji — yah, mau seidealis apapun, rasanya ini faktor yang tetep penting, money is not everything but we need money for a lot of thing
  • Environment kerja—ini juga penting, kantor fancy aja kadang gak cukup. Termasuk culture nya, jam kerjanya, orang-orangnya, bahkan sampe lokasinya kerjanya juga.
  • Challenge kerjaan—ini juga penting nih, kalo kerjaannya kurang greget, ngebosenin, sampe HR recruiternya botak juga kayaknya susah cari talent yang bagus.

Eh, masa sih? Challenge kerjaan? Serius?

Berarti… akan ada pekerjaan yang sama sekali gak ada peminat nya dong? Semua orang nantinya akan berbondong-bondong ke industri yang lagi seksi aja? Gimana dong?

I can say it right away;

NOPE

Kenapa?

Apabila kalian adalah seorang millennial yang tengah membaca artikel ini, mohon dilanjutkan sampai akhir, karena ini PENTING BANGET

Well, kalo udah gak millennial lagi juga gapapa sih, baca aja, terutama bagi kalian yang bekerja di bidang recruitment or bagian Human Capital.

Beberapa bulan setelah saya mendirikan Binar Academy di tahun 2017 silam, saya ngobrol dengan teman-teman kuliah saya, ada yang kerja di bank, di perusahaan multifinancing, sampe yang di law firm juga ada.

Biasanya, obrolan yang keluar gak jauh-jauh dari keluhan terkait atasan, cicilan, dan keluhan receh lainnya.

Then, I questioned myself;

Mereka yang kerja di Bank, BUMN, FMCG company, ataupun korporasi besar lainnya, motivasi kerja nya apa ya?

Dan bener, gak banyak dari teman-teman saya yang gak tau end means atau tujuan akhir dari kerjaan mereka itu apa.

Well, in this case, cari duit dan bertahan hidup dari belantara hidup di ibu kota itu gak saya itung sebagai tujuan akhir ya, itu mah kewajiban.

Balik ke quote paling atas tentang gak tercapainya target bisnis. Sebelum saya kenalan sama Impact-Driven Performance, gak achieve target means something really scary!

Kenapa menakutkan?

Bayangin aja, kalau kamu jalanin bisnis, terus target penjualan gak tercapai, kamu pasti kepikiran banyak hal;

“Gimana saya bisa gaji karyawan? Gimana bulan depan bisa jalan operasionalnya?”

Atau, sebagai karyawan, ketika kamu gak achieve target penjualan, kamu juga pasti kepikiran ke performance review kamu, kepikiran takut dimarahin boss, dan lain sebagainya.

“Gak achieve target?! Gak ada bonus buat kalian!” — Bos Galak

Beda nih sama Impact-Driven Performance.

Sebelum dibahas lebih jauh, lemme share a little bit about what is Impact-Driven Performance.

Impact-Driven Performance adalah kondisi seseorang akan melakukan sebuah aktifitas atau kegiatan, yang didasari oleh impact nya.

Bahasa keren nya Simon Sinek mah “start with why”.

Golden Circle nya om Simon Sinek

Ketika kita atau tim kita menggunakan pengukuran performance kerjaan berdasarkan impact, niscaya kekhawatiran dan ketakutan kita akan sirna.

Kok bisa? Nih coba saya kasih contoh;

Kisah si Anu, seorang manajer penjualan tiket event di perusahaan concert management

Si Anu dikasih target sama boss nya untuk menjual 5,000 tiket konser Boyband K-Pop. Sebagai seorang manajer, si Anu paham betul, kalau gak kejual 5,000 tiket, perusahaannya bisa dalam kondisi financial yang berbahaya dan itu akan berdampak ke gajinya, gaji anak-anak di bawahnya, sampai masa depan perusahaan.

Huft, beban yang berat yah bagi si Anu.

Kalau si Anu tidak menerapkan konsep Impact-Driven Performance, si Anu akan menyebarkan amarah hingga ketakutan juga ke tim nya.

Lain cerita kalau si Anu pake Impact-Driven Performance sebagai mindset utamanya.

Impact-Driven Performance ini bisa jadi point of view yang sangat lain untuk si Anu.

Kenapa sih saya harus jualan tiket? Kalau tiket ini terjual, apa yang akan terjadi?

Sesimple gini, ketika si Anu berhasil menjual 5,000 tiket, artinya;

  • Ada 5,000 penggemar K-Pop yang terhibur dan mungkin bisa mencegah mereka dari bunuh diri akibat depresi
  • Bisa menunjukan ke band Korea tersebut bahwa fans mereka di Indonesia itu banyak, banget. Kali aja next time mau dateng lagi
  • Ngebuka jalan buat perusahaan tempat si Anu bekerja biar dapet proyek gede lagi, artinya, bonus buat si Anu dan tim nya
  • Tim si Anu dapet bonus, artinya si Anu turut mensejahterakan tim nya, kali aja anggota tim nya yang tadinya mau cerai gara-gara cicilan motor nunggak jadi batal cerai.

The point is, so many positive things that will happen kalau si Anu berhasil menjual 5,000 tiket. Dengan begitu, ketakutan dan kekhawatiran bisa berubah menjadi sumber energi baru yang jauh lebih kuat dan lebih positif.

Apakah dengan mengubah sudut pandang dan tau impact dari apa yang kita lakukan aja cukup untuk meningkatkan performance kerjaan?

Jawabannya;

IYA, PAKE BANGET

What?! Kok bisa?

Bisa.

Dengan kita percaya akan apa yang kita lakukan, otomatis cara bergerak kita juga akan berubah, contoh kasus si Anu, instead of ketakutan perusahaannya bangkrut kalau gak menjual 5,000 tiket, si Anu akan berpikir “gimana caranya gue bisa menghibur 5,000 orang di ibukota yang depresi karena macet?”

Saya mau sharing pengalaman saya lagi selama di Binar Academy dan GO-JEK

Tahun 2016, ketika saya masih menjadi Head of Go-Massage, saya dikasih target sama perusahaan untuk naikin transaksi 100x lipat.

Sebelum saya kenalan sama Impact-Driven Performance ini, target tersebut kok kayaknya jadi beban yah. Tapi setelah kenalan, saya jadi makin enjoy mengerjakan hal tersebut.

Saya tau, pada masa itu ketika saya berhasil meningkatkan transaksi Go-Massage hingga 100x lipat, artinya;

  • Semakin banyak terapis di Indonesia yang terbantu, mereka bisa kerja dengan pendapatan yang lebih stabil dan lebih baik
  • Semakin banyak penduduk Indonesia yang bisa melepas lelah kapanpun dan dimanapun dengan relaksasi pijat
  • Mengubah konotasi dan impresi negatif tentang pijat panggilan di Jakarta

Bermodalkan 3 hal tersebut, Alhamdulillah waktu saya meninggalkan Go-Jek di tahun 2017 lalu, saya berhasil meningkatkan transakinya hingga 85x lipat.

Begitu juga di Binar.

Setiap temen-temen dari Marketing ataupun dari divisi lain stress mengenai target, saya dan Directors Binar yang lain selalu bilang gini;

“Inget, kita bikin Binar untuk bisa menyekolahkan anak-anak secara gratis. Kita pengen anak-anak itu bisa belajar sesuai kebutuhan industri tanpa ada limitasi”

In the end, it’s not about the “what”, but the most important thing is about the “why”.

Jadi, mau kenalan sama Impact-Driven Performance gak?

Gilang Gibranthama is the Co-Founder of Binar Academy and a proud ex GO-JEK employee

Love to talk and share about his experience and willing to explore about many uncertain things

Care to talk to him more?

Reach him at gibranthama@gmail.com

--

--

Gilang Gibranthama
Binar Academy

A proud father. Currently building Ed-Tech through @sekolah.mu