Mengenal Dunia UI/UX

Aditya Nur Marhaendra
Binar Academy
Published in
3 min readNov 23, 2018
Photo by rawpixel on Unsplash

Lulus dari SMA tahun 2017, saya memutuskan untuk tidak lanjut kuliah dan lebih memilih untuk menemukan jati diri. Tepat satu tahun masa pencarian, saya bertemu dengan salah satu teman yang bekerja di dunia IT. Singkat cerita, setelah beberapa perbincangan, saya mulai tertarik dengan dunia ini, yang tadinya saya kira pekerjaan yg membosankan.

Yang tadinya hanya sebuah ketertarikan lama kelamaan menjadi rasa ingin tahu yang mendalam. Coba searching cari ilmu sana sini tapi tidak menemukan yang saya rasa cocok dengan saya, lalu entah sebuah kebetulan saat perbincangan dengan beberapa saudara tentang dunia IT, ada saudara saya yang ikut Binar Academy, yaitu sekolah coding gratis yang bertempat di Yogyakarta

Photo by Helloquence on Unsplash

Sekadar coba-coba, saya akhirnya mendaftarkan diri melalui website binar.co.id,dan ternyata diterima, sangat tidak menduga di mana saya tidak memiliki basic sama sekali di dunia IT. Saya bahkan tidak tahu harus mengambil platform apa. Mengingat saya hobi musik dan menggambar, teman saya merekomendasikan platform UI/UX.

Kesempatan tidak datang dua kali, itu yang ada di benak saya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk terjun lebih jauh di Binar Academy. Hingga tiba saatnya Induction Meeting di Holtel Eastparc Yogyakarta. Acara itu adalah awal pertemuan dengan teman-teman di Binar Academy. Di sekolah ini, saya diajarkan banyak hal, seperti merancang sebuah produk sampai benar-benar digunakan oleh masyarakat. Dibentuklah tim dengan tiap tim berangotakan beberapa platform seperti : UI/UX, PM (Product Manager), Front End, Back End , Quality Assurance, dan Android.

Photo by rawpixel on Unsplash

Setelah basic class yang diberikan oleh Binar, akhirnya masuk ke pembuatan produk dengan tim yang sudah ditetapkan. Pembelajaran paling berkesan dari tim saya adalah, keinginan untuk mengejar ketertinggalan ilmu. Saya selalu merasa saya yang paling bodoh di tim, bahkan batch ini. Itu lah yang memotivasi saya untuk berkali-lipat kerja lebih keras dari teman-teman yang lain. Hampir setiap hari saya menenpuh jarak sekitar 16 km untuk datang ke kelas/bertemu dengan tim. Setiap hari pula saya lihat tutorial untuk mempelajari kembali apa yang sudah diajarkan di kelas untuk mengejar ketertinggalan tadi, karena saya tidak ingin menjadi beban dari tim saya.

Dalam 1 bulan lebih pembuatan produk, saya ditugaskan untuk membuat desain mobile app dari aplikasi SadarSiaga, produk kami, yaitu aplikasi chatting desa dan nontifikasi bencana. Banyak permasalahan yang muncul mulai dari internal maupun external. Mulai dari saya yang kurang paham, hingga anggota tim yang awalnya kurang bisa berkomunikasi. Namun, berkat PM kami, masalah itu satu persatu dapat diselesaikan, hingga waktu Showcase pun tiba.

Photo by Teemu Paananen on Unsplash

SHOWCASE, di sini kami harus mempresentasikan hasil produk dari masing-masing tim. Tim kami adalah penampil terakhir dan saya adalah murid penutup. Ketika tiba saatnya tim saya untuk tampil, dengan penuh rasa percaya diri kami memperkenalkan app SadarSiaga kepada para juri dan penonton. Namun sayang sekali, tim kami tidak menjadi yang terbaik. Meski begitu, tiga anggota dari tim kami menjadi The Five Best Student. Saya selaku anggota tim pun ikut merasa bangga akan hal itu, dan Showcase ini pun menjadi penutup kegiatan belajar di Binar Academy.

Photo by kevin Xue on Unsplash

Apa yang saya dapat?

Saya tahu bahwa yang terpenting dari proses ini adalah keinginan untuk menjadi lebih, jagan pernah membatasi diri sendiri, dan tidak berusaha jadi yang terhebat namun jadilah yang paling mengerti.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Binar Academy dari saya atas ilmu dan pengalaman yang luar biasa ini.. :)

--

--