Mimpi Indah

fauzi ristikasari
Binar Academy
Published in
6 min readNov 15, 2018

Binar Academy layaknya sebuah mimpi indah, penuh dengan kebahagiaan, namun, hanya sekejap saja. Ya, merindukan Binar adalah sebuah kenyataan yang harus aku akui kebenarannya. Entah rindu belajarnya, atau justru orang-orang di dalamnya.

Aku mulai masuk Binar dengan sebuah harapan besar. Harapan untuk memulai kembali mimpi-mimpi yang sedang porak-poranda saat itu. Saat mulai studi di Binar, aku sedang mengurus resign dari pekerjaanku. Bukan karena aku stress dengan pekerjaannya. Bahkan aku pernah hampir depresi ketika itu, aku sudah merasa mual-mual, rambut rontok >50helai perhari dan sebagainya. Tapi, aku tetap bertahan karena aku bekerja dengan cinta, hingga aku bisa pulih dan sehat kembali. Bukan pula karena gajiku yang tidak sesuai. Meski memang tidak sesuai apa yang aku dapatkan dengan apa yang aku lakukan, tapi aku ikhlas dan tulus karena niatku membantu visi mulia dari startup tersebut. Tapi, yang menjadi alasan utama aku resign adalah ketika aku merasa idealismeku sudah tak sejalan dengan visi misi awalnya. Hmm, ketika sang investor datang dan banyak mengubah business model kami. Aku menyerah sebab visinya tak sejalan dengan visiku dan akan sangat menyakitkan bagiku ketika aku memaksakan untuk bisa sejalan dengannya.

Tidak mudah melepas sesuatu yang sangat kita cintai pada awalnya, semua butuh proses, begitu juga aku. Aku benar-benar harus mengikhlaskan pelan-pelan semua lika-liku yang telah aku lakukan untuk sampai di tahap itu. Aku sholat, puasa, bermujahadah, semua ku lakukan agar hatiku benar-benar tenang dan ikhlas merelakan sesuatu yang memang sejatinya bukan milikku. Hingga semua proses peribadatan telah usai ku jalani, aku bisa sampai di titik di mana hatiku tak lagi risau. Aku mampu mengikhlaskan kepergianku sendiri. Aku mampu berkata pada diriku sendiri bahwa apa yang aku putuskan itu benar dan diridhoi Allah. Allah ridha karena dengan aku resign dari startup tersebut, dosa ghibah dan su’usdzon ku pun tentu akan berkurang. Hehe, ya sulit untuk menghindari 2 dosa itu jika aku masih bertahan di sana. Bertahan pada sesuatu yang aku pun tak tahu bagaimana kejelasannya. Penuh tanda tanya karena long distance management sehingga kadang komunikasi di antara kami jadi tidak lancar. Dengan bismillah, aku pun resign dengan segala konsekuensinya.

Setelah resign, aku tahu konsekuensi yang harus aku terima: aku menjadi seorang pengangguran. But, I think it’s not a problem for me. Lebih baik jadi pengangguran yang masih punya idealisme, daripada bekerja tapi kehilangan idealisme.

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda,” Tan Malaka.

Aku memang pemuda idealis yang ingin melakukan segala hal dengan sikap positif bukan negatif. Sikap positif yang akan menguatkan aku sendiri di saat semua terasa menyesakkan dada. Sikap positif jugalah yang akan menjadi tempatku kembali di saat pikiranku kadang mengikuti arus sosial yang gemar berkomentar ini itu, nyinyir sana sini. Hahaha. Ya, semoga aku bisa terus mempertahankan sikap positif dalam diriku sendiri.

Semua hal yang kita lewati di dunia ini, bukan soal menang dan kalah dengan orang lain, tapi, dengan diri kita sendiri. Ketika kita berani memenangkan sikap positif di atas sikap negatif dari diri kita, maka, saat itu kita menang. Namun, kalau kita dikalahkan oleh sifat negatif dari diri sendiri, maka, saat itu kita kalah. Bisa jadi, kita bisa menang atas orang lain, tapi, kalah oleh diri kita sendiri karena niat kita salah. Misalkan niat kita bersaing dengan orang tersebut karena alasan negatif, maka, sejatinya kita kalah. Ya, begitulah kehidupan. Kita harus bisa menjadi pilot atau kapten atas hawa nafsu kita sendiri. Semoga Allah selalu menjaga hati kita agar selalu positif :)

Di Binar, aku benar-benar menemukan banyak teman yang positif. Bahasa gaulnya, positive vibes. Hehe. Meski latar belakang para student berbeda-beda, umur juga berbeda, domisili, visi misi, gaya hidup, budaya, kebiasaan, dsb, tapi kita sama-sama punya tujuan yang sama yaitu: belajar. Belajar memiliki arti luas, tak hanya soal pengetahuan. Sebab pada kenyataannya banyak di antara student di Binar yang sebenarnya tak terlalu butuh hal-hal keilmuan secara teknis, tapi, mereka ingin belajar mencari pengalaman dalam sebuah tim, belajar mendapatkan link untuk masa depan, dsb.

Berangkat dari latar belakang yang heterogen lah yang justru membuat Binar ini sangat menarik. Sebab kita bisa belajar di luar hal teknis di Binar. Jelas, secara teknis, Binar sudah memberikan kami fasilitas untuk belajar bersama para mentor professional. Aku belajar di kelas UI/UX, mentor-mentorku sungguh sangat expert, bahkan ada salah satu mentorku yang ternyata sudah menjadi dosen di Amikom. Luar biasa. Kami belajar menjadi UI/UX designer yang baik, dari mulai ideation sampai usability testing semua diajarkan secara mendalam. Lengkap. Top markotop. :)

Tapi, yang menjadi kesan yang mendalam bagiku justru di luar masalah teknis itu sendiri. Binar mengajarkan kami untuk bekerja di dalam tim. Kami dibentuk 5 tim dan setiap tim terdiri dari platform yang berbeda-beda. Tugas kami adalah membuat 1 produk sebuah aplikasi yang akan ditunjukkan saat Showcase (graduation).

Aplikasi di #batch9 ini bertema bencana alam, jadi, setiap tim harus membuat aplikasi yang berkaitan dengan bencana alam. Kalau timku, membuat aplikasi namanya Jogoboyo. Aplikasi ini tentang edukasi kepada masyarakat khususnya yang tinggal di Jogja (baik pendatang/penduduk asli) untuk meningkatkan awareness mereka terhadap bencana. Dan harapannya, dengan memakai aplikasi kita, mereka dapat paham apa yang harus mereka persiapkan untuk menghadapi bencana alam. Kesulitan sebagai UI/UX designer sendiri menurutku tidak ada yang berarti (hehe, bukannya sombong tapi kenyataan). Maksudnya, secara teknis kami bisa mengikuti alur, ya meskipun aplikasi kita tidak sebagus dan semenarik tim lain — tampilannya pun masih minimalis — tapi bagi kami itu sudah cukup baik sebagai seorang pemula yang baru belajar. Kendala yang cukup berarti justru di dalam tim. Tim kami dirasa terlalu “adem ayem” wkwk kurang greget. Entah apa hanya perasaanku atau memang kenyataannya demikian. Aku merasa kita baru benar-benar greget menyelesaikan Apps ini di detik2 terakhir akan showcase wkwkwk ya begitulah seperti mahasiswa ya, masih suka jadi deadliner.

Tapi tak masalah bagiku, yang penting kan kelar juga saat Showcase :p Ya, masalahnya agak-agak khawatir sih di masa-sama sebelum Showcase “bisa nggak ya Apps ini jadi tepat waktu?”; “bisa nggak ya Apps ini berjalan sesuai MVP saat Showcase?”. Tapi, ternyata BISA. JOGOBOYO TEAM MEMANG LUAR BIASA! SALUT KEPADA TEMAN-TEMAN SEMUA. TERIMA KASIIIH ATAS KERJASAMA NYA! LOVE YOU SO MUCH!

Terima kasih untuk semua tim Jogoboyo, ada 19 orang aslinya. Tapi yang aktif hanya 14 orang termasuk aku. Aku hafal semua lhoh! Hehehe, aku kan HRD yang baik J wkwk, padahal nggak ada basic psikologi. Terima kasih ya teman-temanku, mas Reza selaku PM yang udah memberiku kesempatan untuk ikutan jadi PM. Wkwk, ya begitulah karena impian yang tak sampai untuk ikutan kelas PM, karena aku merasa minder di awal, merasa tak mampu memimpin orang-orang yang sudah Pro seperti itu. Haha, tapi, kemudian mas Yovie (ui/ux) menyadarkanku dengan kata-katanya “Mbak cocok lho jadi PM. Nah, cuma masalahnya di faktor internal aja kan bukan eksternal. Kalau mbak bisa mengubah mindset Mbak sendiri berkata pada diri sendiri bahwa: saya bisa, pasti bisa.” Yap, terimakasih juga kepada mas Yovie, yang sangat bijak, yang selalu memberi wejangan yang sangat berharga bagi kehidupanku. Aku akan selalu ingat pesan2 mas Yovie, semoga bisa membuatku jadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin. Terima kasih juga kepada mas Raka, partner UI/UX yang luar biasa juga. Mas Raka resign dari Gameloft dan membuat studio sendiri. Jagoo banget ndesainnya. Saya juga suka terinspirasi dari kreativitas dan keberanian beliau dalam berkarya. Terima kasih juga kepada ciwi-ciwi tim A, yang selalu menginspirasi. Walaupun kami hanya berlima tapi kita kompak hehe. Mbak Tiara, mbak Rega, Mia dan Almas. Love yo so much! Terima kasih juga kepada para programmer cowo yang kece abeez. Mas Rega, mas Idham, mas Wachid, mas Rudi, Habib, dan Fahmi! Kalian luar biasa! Sukses untuk teman-teman semua. Semoga apa yang menjadi harapan teman-teman bisa terwujud. Aamiin, aku bantu doa :)

Terimakasih juga kepada sahabatku, Farid Al Rafi untuk semua kebaikannya. See you when I see you again :)

TERIMA KASIH BANYAK BINAR ACADEMY ATAS MIMPI INDAH INI. SEMOGA BINAR SEMAKIN SUKSES DAN SEMUA YANG TELAH BINAR BERIKAN KEPADA PARA MURID, BISA JADI AMAL JARIYAH PARA FOUNDER, COFOUNDERS, MENTOR, DAN SEMUA YANG TERLIBAT DI DALAMNYA :)

--

--