Tatkala Binar Academy Membuat Matamu Berbinar

wowot hk
Binar Academy
Published in
2 min readDec 8, 2018

Ia bilang kau bisa belajar dari mana saja. Malam itu ia memintaku mengikuti sebuah kelas pemrograman. Ia meminjami handphone miliknya, memintaku mengisi sebuah form dan menjawab beberapa soal. Nilaiku 80, sama seperti nilai kuis yang dibagikan pada waktu sebelumnya. Aku diterima di batch 8.

“Binar ini menarik, mereka mengusung konsep kesetaraan. Bahwa setiap orang boleh belajar tanpa terkecuali. Tidak penting ijasahmu apa, setiap orang memiliki potensi yang sama.”

Lima bulan kemudian aku berada di depan sebuah resto, membawa sebuah commitment letter lengkap dengan materai enam ribu. Satu telepon masuk. “Nanti malam, ada pertemuan RT 06,” katanya singkat. Saya menuju meja registrasi dan kubilang, “Maaf mas, apakah sa bisa mundur di batch berikutnya?” Mereka dengan ramah menyambutku dan mengerti dengan kalau alasanku. Saya pun pulang dan menghadiri pertemuan RT 06.

Dua bulan kemudian aku sudah berada di sebuah ruang. Kuperkenalkan diri lengkap dengan latar belakangku yang amat jauh dari dunia IT. Kubilang ingin mencari pengalaman baru. Saya masih kuliah di matematika dan saya ingin tahu sejauh mana potensi saya di sini. Sejauh mana saya bisa menjajal dunia programming yang katanya banyak logikanya.

Saya belajar di kelas setiap tiga kali seminggu. Belajar banyak hal yang benar-benar belum kumengerti. Apa itu Git, ruby, rails, postman atau juga backend itu sendiri.

“Gimana, aman?” tanyanya saat kami bertemu kembali.

“Lumayan,” jawabku. “Bener-bener baru dan masih banyak istilah asing yang sulit kupahami.”

“Tak masalah, namanya juga kelas.”

Saya tergabung dalam Tim A. Kami menggarap sebuah proyek bernama Jogoboyo, sebuah proyek yang membawa konsep edukasi perihal kebencanaan untuk para usernya.

Dalam pengerjaan proyek ini Binar Academy mengenalkan metode Scrum, metode kerja dalam pengerjaan proyek yang kiranya cukup efektif digunakan.

Sebagai salah satu backend di tim, saya menyiapkan API yang diperlukan oleh teman-teman frontend maupun android. Meski cukup lambat, saya setidaknya merasakan bagaimana dunia kerja. Saya harus terus berusaha atau pekerjaan ini selesai mengingat teman yang lain tak akan bisa bekerja tanpa hasil dari pekerjaan saya.

Hanya pecundang yang menyerah. Saya tak menyerah, pun bahwa saya merasa saya menghambat kerja tim. Ya, di sini kami sama-sama belajar. Bukan egois tapi perihal esensi dari proyek atau produk ini bukan hanya pada kesempurnaan produknya. Setidaknya produk kami, meski minimalis, tidak cukup mengecewakan. Kami berhasil presentasikan produk kami di hadapan juri dan teman-teman.

Rangkaian kelas di Binar pun berakhir. Kurang dari dua bulan. Meski relatif kurang saya cukup senang dengan belajar di Binar Academy.

--

--