Analisis Pemberitaan dan Percakapan Media Sosial tentang Sapardi Djoko Damono

Indra Buwana
Binokular
Published in
6 min readJul 23, 2020

Salah satu sastrawan kenamaan Indonesia, Sapardi Djoko Damono, berpulang pada Minggu pagi 19 Juli 2020. Sapardi meninggal di Rumah Sakit Eka, Tangerang Selatan.

Sapardi lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta. Setelah menempuh pendidikannya hingga SMA di Solo, ia melanjutkan studinya ke jurusan Sastra Inggris, Universitas Gadjah Mada. Karier akademisnya mencapai puncak ketika pada tahun 1995 Sapardi dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Indonesia.

Namun bukan hanya karier akademisnya yang membuat nama Sapardi besar. Kita tahu kebesarannya melalui karya-karyanya dalam bait-bait puisi. Sebut saja “Yang Fana Adalah Waktu”, “Dukamu Abadi”, dan salah satu yang paling fenomenal, “Hujan Bulan Juni.”

Meninggalnya Sapardi Djoko Damono membuat Indonesia tersentak. Pembicaraan mengenai Sapardi naik drastis, baik di media maupun dunia maya. Binokular mencoba memantau berbagai percakapan ini untuk memberikan sebuah analisis yang objektif.

Bagaimana Binokular Memantau isu tentang meninggalnya Sapardi Djoko Damono?

Pemantauan terhadap isu meninggalnya Sapardi Djoko Damono dilakukan menggunakan sistem pemantauan berita Newstensity dan sistem pemantauan media sosial Social Index yang hasilnya dihimpun dalam sebuah big data. Pemantauan dilakukan dengan memasang keyword tertentu di sistem untuk memilah berita maupun kiriman media sosial yang berkaitan.

Dalam melakukan pemantauan media, keyword yang digunakan adalah “Sapardi”, “Pak Sapardi”, dan “Sapardi Djoko Damono”. Cakupan pemantauan berita meliputi media lokal dan nasional.

Untuk media sosial, kami memantau media sosial Twitter menggunakan keyword “Sapardi”, “Pak Sapardi”, dan “Sapardi Djoko Damono”. Cakupan pemantauan berlaku pada seluruh tweet yang mengandung keywords tersebut.

Pergerakan Data Berita Harian

Pergerakan Berita Harian

Melihat grafik di atas, pergerakan pemberitaan mengenai Sapardi Djoko Damono mengalami kenaikan drastis pada tanggal 19 Juli 2020. Tanggal tersebut adalah tanggal meninggalnya Sapardi Djoko Damono.

Sebanyak 820 berita muncul pada tanggal 19 Juli. Grafik di bawah menunjukkan pergerakan pemberitaan per jam pada tanggal 19 Juli. Pemberitaan mengalami kenaikan sekitar pukul 10.00 dan mencapai puncaknya pada pukul 11.00. Kemudian kurva baru menurun setelah pukul 12.00 siang.

Hari berikutnya, 20 Juli, jumlah berita harian yang mengulas Sapardi mengalami penurunan. Tercatat ada 223 artikel yang masih mengulas Sapardi. Angka tersebut makin menurun pada tanggal 21 Juli, dua hari setelah meninggalnya Sapardi, menjadi 44 berita.

Perlu ditekankan bahwa berita-berita yang terbit tidak hanya melaporkan kepergian Sapardi dan prosesi pemakamannya, tetapi juga berita-berita yang berisi memoar hidup Sapardi, meliputi karya-karyanya, karir, dan bagaimana ia dikenang oleh orang lain. Karya-karya Sapardi juga bermunculan karena diulas oleh berbagai media.

Sentimen Pemberitaan

Sentimen Media Online

Sentimen Media Cetak

Ada hal yang menarik ketika melihat sentimen berita mengenai Sapardi Djoko Damono. Pemberitaan dengan sentimen positif jauh lebih banyak daripada sentimen lainnya. Untuk media online, 729 berita positif dibanding 71 berita netral dan 189 berita negatif. Serta 75 berita positif dibanding 2 berita netral dan 7 berita negatif untuk media cetak.

Contohnya seperti kliping dari detik.com yang mengulas meninggalnya Sapardi Djoko Damono, sekaligus karya puisinya. Romantisme bait-bait puisi Sapardi ini lah yang membuat artikel di samping memiliki sentimen positif.

Dapat dilihat bahwa masing-masing entitas mengitari Sapardi Djoko Damono yang bertindak sebagai pusatnya. Dapat dimaklumi karena memang Sapardi sendiri adalah fokus dari pemberitaan.

Entitas orang lainnya adalah Amelita Lusia, Kepala Biro Humas dan Kantor Informasi Publik Universitas Indonesia (UI). UI memiliki keterkaitan dengan Sapardi Djoko Damono karena Sapardi sendiri adalah dosen di Fakultas Sastra UI.

Pemberitaan Sapardi Djoko Damono turut mencantumkan beberapa nama daerah yang terkait dengan kehidupan Sapardi. Contohnya Tangerang Selatan yang merupakan daerah lokasi RS Eka Hospital BSD, tempat Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terakhirnya. Yogyakarta adalah tempat Sapardi mengenyam pendidikan di Jurusan Sastra Inggris UGM. Surakarta adalah kota kelahiran Sapardi Djoko Damono.

Pergerakan Data Media Sosial

Menggunakan sistem pemantauan sosial media Social Index, terpantau terdapat 99,541 pembicaraan di Twitter (tweet dan retweet) mengenai Sapardi Djoko Damono dalam pemantauan dari tanggal 18 Juli 2020 hingga 21 Juli 2020.

Perbandingan sentimen di Twitter menyerupai sentimen di berita cetak dan online. Sentimen netral jauh mendominasi dibandingkan sentimen positif dan negatif.

Salah satunya karena kiriman-kiriman tersebut memiliki sentimen yang tidak benar-benar menunjukkan kiriman positif atau netral.

Talk Sentiment Statistics

Grafik di atas menunjukkan jumlah sentimen harian yang terpantau oleh sistem. Selain itu juga memperlihatkan jumlah pembicaraan secara umum mengenai Sapardi Djoko Damono. Trennya juga sama, menujukkan kenaikan drastis pada tanggal 19 Juli 2020 pada saat Sapardi Djoko Damono dan menurun pada hari sesudahnya.

Total Engagement Stats

Pergerakan engagement (likes dan retweet) juga memperlihatkan tren yang sama. Total engagement yang terpantau mencapai angka yang sangat tinggi, lebih dari delapan ratus ribu respons.

Tingginya partisipasi warga Twitter mengenai isu ini tidak lepas dari peran akun-akun besar yang memiliki jumlah pengikut banyak. Terpantau akun musisi Fiersa Besari @FiersaBesari, memiliki 5,4 juta pengikut, mengirimkan sebuah pesan obituari. Akun kutipan romantis Tsana @ntsana_, memiliki 1,7 pengikut, juga menyampaikan memoarnya untuk mengenang Sapardi Djoko Damono. Akun-akun besar ini turut memberikan penghormatan terakhir kepergian Sapardi Djoko Damono.

Tsana @ntsana_ (1,7 juta pengikut)

https://twitter.com/ntsana_/status/1284759881828859904

Adib Hidayat @AdibHidayat (406,8 ribu pengikut)

https://twitter.com/AdibHidayat/status/1284683678505787393

Kurnia Harta Winata @komikoel (2.535 pengikut)

https://twitter.com/komikoel/status/1284712989593985024

Fiersa Besari @FiersaBesari (5,4 juta pengikut)

https://twitter.com/FiersaBesari/status/1284691310511681536

Wikipedia bahasa Indonesia @idwiki (173,4 ribu pengikut)

https://twitter.com/idwiki/status/1284704997687480320

Konklusi

Indonesia kehilangan salah satu permatanya, Sapardi Djoko Damono. Karya-karya Sapardi telah mewarnai dunia sastra Indonesia sekian lama. Bahkan di usia senjanya, Sapardi masih bersemangat untuk terus berkarya. Semangat ini merembet ke warganet. Sapardi dikenang dengan baik dan karyanya dibaca kembali, membuat saat meninggalnya sekaligus jadi renaisans satu hari bagi Sapardi. Sebuah kesempatan bagi karya-karya Sapardi untuk naik lagi ke permukaan.

Tren pemberitaan yang naik dan diikuti oleh banyaknya kiriman di jagat Twitter menjadi bukti. Memoar Sapardi yang bermunculan pada hari itu seakan menjadi pintu yang terbuka lebar agar masyarakat mau menikmati kembali karyanya. Yang fana adalah waktu, karyamu abadi. Selamat jalan, Pak Sapardi ….

--

--