Bu Nunuk Telah Tiada tetapi Indomie Racikannya Akan Abadi

Yoga Cholandha
Binokular
Published in
4 min readFeb 1, 2021

Untuk perut-perut yang bisa terisi penuh meski dompet tak bersahabat, untuk lidah-lidah yang dimanjakan dengan sensasi tiada dua, dan untuk kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang muncul lewat aroma sedap tanpa banding, Nunuk Nuraini berhak untuk tersenyum lebar.

Namanya belum lama muncul ke permukaan. Padahal, Nunuk sudah berkecimpung di dunianya selama lebih dari dua dekade. Berkatnya, Indomie jadi punya banyak sekali varian rasa. Berkat bumbu racikannya, kualitas Indomie mendapat pengakuan dari dunia.

Pada 1980, Nunuk mulai menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), tepatnya di Jurusan Teknologi Pangan. Ilmu yang didapatkannya itu kemudian dibawa serta Nunuk ke PT Indofood, tempatnya mengabdi sejak 26 tahun silam. Di Indofood, Nunuk bertugas sebagai peracik bumbu mi instan, mulai dari Indomie, Sarimi, sampai Supermie.

Salah satu karya Nunuk yang paling monumental adalah Indomie Goreng rasa ayam barbekyu. Mi instan ini pada 2019 dinobatkan kolumnis Los Angeles Times, Lucas Kwan Peterson, sebagai mi instan terlezat di dunia.

Indomie BBQ Chicken jadi mi instan terenak di dunia versi LA Times.

“Ada tiga cairan (beberapa minyak bawang, kecap manis, sedikit saus cabai) dan dua sachet kering (bubuk ayam kaya MSG dan beberapa bawang merah goreng). Mereka semua berbaur. Bagaimana menurut Anda, benar-benar surgawi?” tulis Peterson.

“Saus cabai memberikan sedikit panas, dan tekstur bawang renyah benar-benar di atasnya. Could and would eat daily,” tambahnya.

Tak cuma itu, Indomie rebus rasa kari ayam yang juga ciptaan Nunuk pun pernah dinobatkan jadi mi instan terenak di dunia pada 2017 oleh Ramen Rater. Dari sini saja sudah bisa dilihat betapa hebatnya seorang Nunuk. Meski begitu, seperti yang dituturkan seorang pengguna Twitter dengan akun @syahbanu, Nunuk tidak pernah mencari pengakuan.

Nama Nunuk sebagai peracik bumbu Indomie baru muncul ke permukaan pada 2017 ketika Syahar Banu, pemilik akun Twitter @syahbanu tadi, menuliskannya dalam sebuah artikel untuk The Asian Parent. Syahar kala itu meliput acara peluncuran Indomie Real Meat. Namun, alih-alih hanya mendengarkan penjelasan resmi dari Indofood, dia turut mendekati Nunuk untuk diwawancarai.

Walau begitu, Nunuk enggan diwawancarai. Dia memang tidak sepenuhnya menolak karena dalam artikel The Asian Parent tadi ada kutipan langsung darinya. Hanya, dia tidak mau berbicara banyak. Menurutnya, dia tidak berhak untuk memberikan penjelasan kepada pers karena itu sudah menjadi tugas dari tim humas Indofood.

Terlepas dari itu, artikel karya Syahar tadi pada akhirnya membuat nama Nunuk dikenal publik. Dari situlah orang-orang mengetahui bahwa citarasa tiada dua dari Indomie lahir dari racikan seorang ibu yang begitu sederhana dalam bersikap. Dari situlah para penikmat Indomie akhirnya mengetahui siapa sosok pahlawan di balik kenikmatan yang mereka sesap.

Rabu (27/1/2020), Nunuk meninggal dunia dalam usia 59 tahun. Kematian wanita berhijab ini pertama kali diumumkan di Twitter oleh seorang pengguna dengan nama akun @lailadimyati dan kemudian dibenarkan oleh pihak Indofood.

“Benar, Ibu Hj Nunuk Nuraini wafat hari ini dan pulang dengan tenang ke pangkuan Allah SWT,” kata Agus Suprapta, HR Divisi Mi Instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dalam pernyataannya kepada CNN Indonesia.

Berita ini pun disambut dengan duka cita. Orang-orang menyebut Nunuk dengan berbagai predikat apik mulai dari pahlawan sampai calon penghuni surga. Tentunya, respons demikian tidak akan bisa diperoleh tanpa jasa yang amat besar. Siapa tidak tahu Indomie? Siapa tidak tersihir oleh lezatnya rasa Indomie? Siapa pula yang belum pernah diselamatkan oleh keberadaan Indomie? Di balik semua itu, ada racikan tangan Nunuk.

Ramainya respons atas kepergian Nunuk tersebut juga tercermin lewat banyaknya pemberitaan seputar dirinya. Newstensity mencatat ada 355 pemberitaan yang muncul setelah kematian Nunuk. Dari 355 berita itu, 241 di antaranya menghasilkan sentimen negatif.

Perkembangan berita kematian Nunuk Nuraini.
Sentimen pemberitaan kematian Nunuk Nuraini di media online.

Sebagian besar berita sendiri (349) bisa ditemukan di media-media online dengan beragam sudut pandang, mulai dari kabar duka itu sendiri sampai rentetan fakta mengenai sosok Nunuk. Di media online, 72% berita menghasilkan sentimen negatif, 27% positif, dan 1% netral.

Sementara, berita-berita lain bisa ditemukan di media cetak dan elektronik. Namun, sampai saat ini baru ada satu pemberitaan yang muncul di media elektronik, tepatnya di acara “Redaksi Sore” milik Trans 7. Berita Trans 7 itu menghasilkan sentimen negatif.

“Menariknya”, di media cetak, porsi berita bersentimen positif mengenai kematian Nunuk (60%) justru lebih besar dibandingkan berita yang menghasilkan sentimen negatif (40%). Fenomena ini terjadi karena tiga dari lima berita yang ada berasal dari grup Jawa Pos dengan judul dan konten yang sama. Berita-berita itu sendiri menggunakan kata “legendaris” di judulnya sehingga lahirlah sentimen positif.

Puncak pemberitaan mengenai kematian Nunuk terjadi pada Kamis (28/1) dengan jumlah 250 berita. Pada Jumat (29/1), jumlah berita sudah turun drastis dengan jumlah 27. Namun, 355 berita dalam 3 hari tetap bukan hal sepele. Apalagi, pada Rabu (27/1), nama “Nunuk Indomie” sempat jadi salah satu topik populer di Google Indonesia.

Akhir kata, kami dari Binokular mengucapkan selamat jalan dan terima kasih kepada Bu Nunuk Nuraini. Percayalah, Bu, tanpa dirimu kami tidak akan sampai di sini.

--

--

Yoga Cholandha
Binokular

I write about football, music, TV shows, movies, WWE, and maybe some other things.