Khoirul Rifai
Binokular
Published in
9 min readNov 29, 2022

--

Deklarasi Nusantara Bersatu: Satu Acara Banyak Kontroversi

Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK atau biasa disebut GBK) mendadak dipenuhi ratusan ribu manusia pada Minggu, 27 November 2022. Mereka bukan datang untuk menyaksikan pertandingan tim nasional Indonesia atau menonton konser melainkan untuk meramaikan acara Gerakan Nusantara Bersatu yang digagas relawan Presiden Joko Widodo.

Melansir pemberitaan detik.com, acara ini adalah bentuk deklarasi dukungan para relawan kepada Jokowi untuk manut atau patuh pada 2024 mendatang. “Maka kami relawan Jokowi berhimpun dalam Gerakan Nusantara Bersatu, bersama Presiden Jokowi kami berkomitmen membentuk barisan kuat, mengawal Indonesia emas 2045, Indonesia yang maju. 2024 Manut Jokowi! 2024 Manut Jokowi!,” kata relawan dilokasi seperti yang ditulis detik.com.

Sampah, Peserta Dijebak, dan GBK

Kontroversi bermunculan setelah deklarasi ini. Mulai dari sampah yang berserakan setelah acara, ajakan Jokowi memilih pemimpin berambut putih, kritikan elit partai kepada panitia acara, peserta yang merasa tertipu, hingga penggunaan GBK sebagai panggung politik.

Acara ini memang sarat dengan muatan politik. Ajakan Jokowi memilih pemimpin berambut putih karena diasosiasikan sebagai figur yang bekerja untuk rakyat dianggap sebagai protes terbuka kepada partai pengusungnya. Jokowi mengimbau, agar masyarakat tidak salah pilih pemimpin pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti. “Hati-hati, saya titip hati-hati. Pilih pemimpin yang mengerti apa yang dirasakan rakyat, pilih nanti di 2024 pilih yang ngerti apa yang dirasakan oleh rakyat, setuju?” ujar Jokowi seperti dimuat kompas.com. Tentu saja acara ini mendapat counter keras dari PDI Perjuangan.

Selain syahwat politik yang terumbar begitu telanjang, berserakannya sampah selepas acara juga mendulang kritikan. Sampah yang dihasilkan dari deklarasi singkat ini mencapai 31 ton, terdiri dari sampah plastik dan kertas, tersebar dari pintu masuk GBK hingga sekitar MRT Istora Mandiri dengan ketebalan yang luar biasa menurut pengakuan petugas MRT. Sampah-sampah ini akhirnya dibersihkan petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada pukul 17.00 WIB setelah viral di media sosial dan menuai kecaman.

Acara ini sebenarnya berjalan lancar tanpa adanya insiden. Teriakan tiga periode menggema dari seisi stadion disambut dengan gestur tiga jari oleh Presiden Jokowi. Selain itu, ada enam poin yang dihasilkan para relawan dari deklarasi. Semua poin yang dihasilkan bagus, untuk kemajuan bangsa dan negara. Tapi sayangnya, poin-poin itu terlalu abstrak, atau meminjam istilah orang Magelang, ndakik-ndakik.

Poin nomor satu misalnya, bersama Presiden Jokowi memastikan pembangunan sumberdaya manusia tak berhenti. Menariknya lagi, lima poin selanjutnya isinya sama yang menempatkan relawan sebagai pendamping Jokowi dalam memastikan pembangunan infrastruktur, ekonomi, potensi anak muda, memperkuat posisi Indonesia, dan terakhir mewujudkan Ibukota Nusantara (IKN) sebagai peradaban bangsa masa depan.

Pertanyaannya, apakah tanpa Presiden Jokowi atau saat Jokowi lengser, pembangunan manusia akan berhenti? Atau bagaimana cara relawan memastikan pembangunan infrastuktur tetap berjalan padahal mereka bukan pengambil kebijakan? Lalu bagaimana mendorong potensi anak muda tanpa memiliki kuasa di pemerintahan? Jika pertanyaan tersebut dilemparkan kepada para peserta yang hadir, tentu jawabannya akan sangat beragam. Ini dikarenakan sebagian besar massa yang hadir, menurut lansiran pemberitaan media, kemungkinan orang-orang yang tak peduli amat soal politik. Ini karena sebagian besar massa salah mengira acara ini doa bersama para ulama.

Benar, media ramai memberitakan bahwa banyak peserta yang merasa tertipu datang ke GBK menghadiri acara “Halaqah Bersama Para Ulama” setelah mendapat selebaran jadwal acara lengkap dengan iming-iming akomodasi dan uang saku di Whatsapp. Para peserta dari berbagai daerah ini berekspektasi mereka akan menghadiri Sholawat Kubro yang digelar Nahdlatul Ulama (NU), bertemu Habib Lutfi dan ulama lain, lalu pulang mendapatkan uang saku. Malahan yang paling ekstrem ada peserta yang mengira mereka diajak untuk berziarah. Faktanya, mereka justru menghadiri acara silaturahmi sesama relawan Jokowi tanpa kehadiran ulama-ulama yang disebutkan.

Gambar 1. Tangkapan layar kekecewaan warganet di Twitter. Sumber: Twitter @BungDenni

Isu pengerahan massa yang dijebak ini ramai berseliweran di Twitter. Akun @BungDenni misalnya, membagian tangkapan layar dari warganet yang merasa dirinya dan kenalan-kenalannya tertipu untuk mengikuti acara ini. Ada yang menyebut ibunya sebagai korban dengan niatan berangkat ke GBK untuk menghadiri pengajian, tetapi sesampainya di sana justru dijadikan relawan. Ada juga yang yang menyebut acara ini sebagai prank, karena ketidakmampuan relawan Jokowi menghadirkan massa besar dalam jumlah singkat sehingga membuat acara yang seolah-olah menjadi acara keagamaan.

Mirisnya lagi, timbul narasi bahwa peserta yang sudah datang di dalam stadion tidak bisa keluar saat acara belum selesai akibat gerbang terkunci. Mereka seperti dipaksa mengikuti acara hingga akhir deklarasi. Akibat serangkaian “penjebakan” ini tagar #PrankGBK sempat trending beberapa waktu lalu.

Namun, panitia acara membantah jika sudah membohongi para peserta. Anggota panitia acara Silvester Matutina membantah pihaknya membohongi peserta acara tersebut dengan menyampaikan undangan pengajian maupun istigasah. Menurutnya, panitia tidak pernah menyampaikan adanya istigasah, pengajian maupun halaqah ulama di acara tersebut. Setiap rilis, sebaran, meme, dan konferensi pers pihaknya mengaku tidak pernah menyebutkan adanya halaqah ulama atau istighosah, melainkan hanya silaturahmi relawan. Padahal, dari beberapa undangan yang tersebar di Whatsapp, terlihat bahwa undangan yang menghadirkan ulama lintas organisasi.

Gambar 2. Undangan menghadiri acara Nusantara Bersatu yang beredar di Whatsapp. Sumber: Twitter @NegeriKolam

Kontroversi terakhir yang juga membanjiri pemberitaan adalah penggunaan GBK untuk acara politik. Kali ini yang disenggol adalah pecinta sepakbola yang jumlahnya jutaan dan basis pecinta BlackPink yang tidak kalah banyak dalam hal jumlah. Musababnya, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali sempat menegaskan bahwa stadion GBK tidak boleh digunakan untuk konser dan kegiatan lain hingga Piala Dunia U-20 2023 usai. Akibat ketentuan itu, konser BlackPink yang rencananya digelar pada Maret 2023 sempat terancam tidak diperbolehkan, meski akhirnya dinyatakan bahwa konser boleh diselenggarakan asalkan pada Maret 2023 renovasi sudah selesai. Demikian juga dengan pelaksanaan Piala AFF pada Desember 2022, yang akhirnya mengantongi izin untuk dilaksanakan di GBK.

Setelah deklarasi Nusantara Bersatu terlaksana, Menpora dimintai keterangan media atas penggunaan GBK. Tentu saja ia berkilah. Menpora berdalih GBK tidak bisa dipakai saat Kementerian PUPR mulai merenovasi GBK dan lima stadion yang disiapkan sebagai venue Piala Dunia U-20. Namun, saat acara berlangsung Kementerian PUPR memang belum melaksanakan renovasi. Menpora menyebut renovasi dilakukan pada awal Desember ditandai masuknya Kementerian PUPR ke stadion.

Menariknya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memberi keterangan berbeda kepada media. Menteri Basuki berbicara kepada media usai rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/11), menyebut sejak awal Stadion GBK tidak masuk rencana renovasi Kementerian PUPR untuk Piala Dunia U-20 2023. Menteri Basuki memang mengamini bahwa Kementerian PUPR terlibat renovasi stadion lain untuk gelaran Piala Dunia, tapi tidak ada agenda renovasi bagi GBK. Pernyataan ini sekaligus membantah keterangan Menpora Zainudin Amali. Jadi, siapa yang benar?

Media dan Warganet Fokus Pada GBK

Isu Deklarasi Nusantara Bersatu langsung menghasilkan lonjakan volume pemberitaan sejak ramai dilaksanakan Sabtu (26/11). Berdasarkan pantauan big data monitoring Newstensity milik PT Nestara Teknologi Teradata, isu ini menghasilkan 3.261 pemberitaan selama rentang 25–28 November 2022. Setelah dipilah secara manual, terkumpul 3.095 berita relevan yang terbagi dalam beberapa topik.

Grafik 1. Persebaran topik berita di media massa dengan kata kunci “Nusantara Bersatu.” Sumber: Newstensity

Topik pemberitaan digelarnya Deklarasi Nusantara Bersatu menempati posisi teratas dengan 1.385 berita. Sejak satu hari sebelum acara digelar dan saat penyelenggaraan, media memang banyak memberitakan adanya acara di GBK yang mengundang ratusan ribu orang sehingga meminta masyarakat untuk menghindari titik-titik tertentu.

Topik lain yang cukup banyak diberitakan adalah ajakan Jokowi memilih pemimpin berambut putih karena dianggap memikirkan rakyatnya. Pernyataan ini tentu dikaitkan banyak pihak dengan Ganjar Pranowo yang dikenal memiliki rambut putih, meski keesokan harinya justru Ganjar memamerkan rambutnya yang dicat hitam. Oleh media, pernyataan Jokowi digoreng sebagai bentuk perlawanan kepada partai sehingga menghasilkan volume pemberitan yang lumayan tinggi.

Selanjutnya, kritikan terhadap deklarasi yang dilontarkan PDI Perjuangan dan tokoh-tokoh lain karena relawan dianggap melemahkan prestasi Jokowi dan dinilai sebagai upaya menjilat kepada presiden. Di sisi lain, kontroversi penggunaan GBK yang dinilai pilih kasih juga menyeruak di antara pemberitaan media. Masyarakat mengomentari GBK yang tidak boleh dipakai untuk konser dan pertandingan timnas tetapi malah diizinkan untuk acara politis.

Grafik 2. Sentimen pemberitaan. Sumber: Newstensity

Menariknya, dari sekian banyak kontroversi yang terjadi, pengamatan sentimen oleh kecerdasan buatan Newstensity menunjukkan narasi positif masih dominan dalam pemberitaan. Berita positif ini lahir dari pemberitaan digelarnya acara Deklarasi Nusantara Bersatu yang mendominasi topik pemberitaan hingga 1.385 berita dengan menunjukkan jumlah peserta dan pidato positif dari Jokowi.

Adapun sentimen negatif lahir dari pemberitaan yang memuat kritikan terhadap acara dan kekecewaan peserta yang merasa tertipu. Ditambah dengan kontroversi penggunaan GBK untuk kegiatan politis meski pemerintah melarang GBK digunakan sebagai tempat konser dan pertandingan timnas.

Grafik 3. Top 5 media cetak dan online. Sumber: Newstensity

Dari persebaran lima media teratas untuk media cetak, harian Rakyat Merdeka menjadi penyumbang terbanyak dengan sembilan berita, diikuti Pos Kota dan Warta Kota dengan enam berita, Koran Kaltara dan Jakarta Raya dengan lima berita. Sementara itu dari media online, tribunnews dominan dengan raihan 152 berita, diikuti rctiplus.com dengan 138 berita, detik.com dengan 123 berita, wartaekonomi.co.id dengan 102 berita, dan terakhir kompas.com dengan 82 berita.

Sementara itu, untuk mengamati percakapan di media sosial menggunakan alat big data Socindex, digunakan kata kunci “Nusantara Bersatu” dengan periode antara 25–28 November 2022. Hasilnya terdapat 74.343 engagement yang terdiri dari 8.698 komentar dan retweet, 56.799 likes, dan berpotensi mampir ke 88,1 juta akun Twitter.

Grafik 4. Aktivitas percakapan di Twitter. Sumber: Socindex

Sentimen yang diraih cukup beragam. Awalnya, sentimen positif mendominasi percakapan di Twitter sejak H-1 acara dan saat acara dilaksanakan. Saat itu jagat Twitter diriuhi kegembiraan atas berjalannya Deklarasi Nusantara Bersatu di GBK. Publik belum menyadari banyak peserta yang merasa tertipu dengan acara ini sehingga sentimen percakapan masih positif. Di sisi lain, sentimen negatif juga mulai merangkak akibat keluhan pengguna Twitter yang terjebak kemacetan karena bus peserta deklarasi parkir di ruas jalan Pancoran hingga Slipi.

Grafik 5. Sentimen percakapan di Twitter

Menjelang berakhirnya acara, peta sentimen mulai berubah. Nada-nada positif turun secara signifikan diiringi kenaikan sentimen negatif. Sore harinya, sentimen negatif mulai mengambil alih, diawali dengan beredarnya kondisi seputar GBK hingga Stasiun MRT Istora Mandiri yang dipenuhi sampah. Dari analisis Twitter, akun @Hasbil_Lbs menjadi salah satu akun terawal yang mengunggah kondisi sampah di sekitar GBK dan mendapatkan impresi yang cukup tinggi. Dari sini, percakapan terkait sampah di GBK mulai meluas hingga dicuit akun-akun resmi berita seperti detik.com.

Gambar 3. Cuitan @Hasbil_Lbs yang menggambarkan kondisi GBK pasca Deklarasi Nusantara Bersatu. Sumber: Twitter @Hasbil_Lbs

Namun, masalah sampah hanya kontributor minor dalam sentimen negatif di Twitter. Kombinasi pecinta bola dan pecinta K-Pop yang terluka karena GBK tidak diizinkan untuk menjalankan acara mereka adalah kombo yang sesungguhnya. Cuitan akun @InfosuporterID yang membandingkan larangan penggunaan GBK untuk acara sepakbola dan musik namun justru diizinkan menggelar acara politis mendapatkan likes terbanyak dengan 12,9 ribu likes.

Gambar 4. Tiga cuitan dengan likes terbanyak untuk kata kunci “Nusantara Bersatu.” Sumber: Socindex

Dari sini pemberitaan media juga melebar, dari yang awalnya membahas aspek politik deklarasi, akhirnya mempertanyakan status GBK kepada Menpora Zainudin Amali. Jawaban Menpora yang menyebut GBK harus steril sejak renovasi pada awal Desember nanti, dimentahkan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang menyebut GBK tidak masuk bagian dari stadion yang akan direnovasi. Sontak, Menpora menjadi samsak warga Twitter yang dikenal temperamental.

Epilog

Jelang tahun politik situasi memang semakin panas. Aksi menggelar massa sebagai unjuk kekuasaan akan terus berlangsung, meski dibalut dengan “prank” seperti yang terjadi dalam acara Nusantara Bersatu ini. Netralitas pemerintah juga diuji, dalam hal ini penggunaan Stadion GBK yang terkesan tebang pilih. Jika memang tidak boleh dipakai hingga Piala Dunia U-20 pada Mei 2023, maka stadion memang harus steril sampai tanggal tersebut. Bukan mencari-cari celah kebijakan untuk menguntungkan segelintir pihak.

--

--