Film-film Warner Bros Tayang di HBO Max, Industri Bioskop Terpukul

Yoga Cholandha
Binokular
Published in
7 min readDec 4, 2020

Steven Spielberg mungkin tidak akan menyukainya tetapi angka sudah berbicara. Berdasarkan survei daring yang dilakukan oleh The Hollywood Reporter, dalam dua tahun terakhir, terjadi pergeseran preferensi signifikan dalam “menyaksikan film untuk pertama kalinya”.

Riset ini dikerjakan The Hollywood Reporter dari November 2018 sampai Juni 2020 dan dilaporkan via Statista. Pertama-tama, jumlah orang yang memilih menyaksikan film untuk pertama kalinya di bioskop masih tinggi. Dari 2.200 responden yang diwawancarai, 28 persennya memilih menyaksikan film untuk pertama kalinya di bioskop.

Melompat maju ke Juni 2020, jumlah orang yang memilih menyaksikan film untuk pertama kalinya di bioskop turun ke angka 15 persen. Sementara itu, orang yang memilih menyaksikan film untuk pertama kalinya via layanan streaming mengalami kenaikan signifikan dari 14 persen menjadi 36%.

Itu baru orang-orang yang “strongly prefer streaming”, atau mereka yang benar-benar memilih streaming. Sedangkan, orang-orang yang “somewhat prefer streaming”, atau mereka yang memilih streaming tetapi juga mempertimbangkan bioskop, belum masuk hitungan. Golongan kedua ini persentasenya pada Juni 2020 mencapai 20 persen.

Riset tersebut tentu saja cuma dilakukan The Hollywood Reporter di Amerika Serikat. Selain itu, pada 2020 ini, pandemi virus corona membuat segalanya berubah, termasuk preferensi dalam menikmati hiburan. Akan tetapi, tetap saja angka 56 persen tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja.

Pada Februari 2019, Spielberg pernah berujar bahwa dia “sangat yakin bahwa bioskop harus terus ada selamanya” karena “kontribusi terbesar seorang sutradara adalah memberikan pengalaman teatrikal kepada para penonton”.

Makin lama penonton Amerika makin memilih streaming. (The Hollywood Reporter)

Sebelumnya, sutradara film-film beken macam “Jaws” dan “Saving Private Ryan” itu juga melontarkan sedikit sindiran untuk layanan streaming. Menurutnya, keberadaan (dan perkembangan pesat) layanan streaming membuat para sutradara akhirnya hanya akan membuat film untuki format televisi, bukan layar lebar.

Spielberg tidak sendiri. Christopher Nolan pun pernah mengatakan bahwa Netflix “merusak pengalaman teatrikal yang didapatkan penonton di bioskop”. Meski begitu, tidak semua sutradara papan atas membenci layanan streaming. Martin Scorsese, contohnya.

Scorsese boleh saja tidak menyukai film pahlawan super ala Marvel Cinematic Universe tetapi dia masih mau menerima kenyataan bahwa Netflix (dan layanan streaming lainnya) adalah bagian penting dari dunia perfilman saat ini.

“Sekarang rumah-rumah telah menjadi seperti bioskop. Ini adalah perubahan yang sangat besar dan kupikir semua orang mesti berpikiran terbuka terhadap [fenomena] ini,” tutur Scorsese.

Walau begitu, Scorsese sebenarnya memiliki kekhawatiran yang sama; bahwa layanan streaming bisa merusak pengalaman teatrikal yang didapatkan dengan menonton di bioskop. Itulah mengapa, menyusul peluncuran film “The Irishman” di Netflix, Scorsese berpesan agar penonton “setidaknya menonton film itu di layar iPad, alih-alih layar ponsel”.

Suka tidak suka, mau tidak mau, industri perfilman harus menghadapi fakta bahwa layanan streaming sudah semakin menggurita. Tidak semua orang bisa mengapresiasi film sebagaimana para sutradara kenamaan tersebut. Prinsipnya, jika bisa menonton film sambil tiduran dan cuma memakai pakaian dalam, untuk apa pergi ke bioskop?

Ilustrasi menonton Netflix.

Belum lagi jika COVID-19 dimasukkan sebagai faktor. Agustus silam, BBC merilis hasil riset yang dilakukan oleh Ofcom. Hasilnya adalah sebagai berikut:

- Semasa pandemi, orang dewasa menghabiskan waktu 6,5 jam untuk menonton televisi dan video daring.
- 1 jam dan 11 menit di antaranya digunakan untuk menyaksikan tayangan di layanan streaming, atau dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
- Layanan streaming seperti Netlix, Amazon Prime, dan Disney+ mendapatkan 12 juta pelanggan baru.
- Jumlah view di layanan streaming video meningkat hingga 71 persen dibandingkan angka tahun 2019.

Artinya, streaming bukan lagi “masa depan” dalam menyaksikan film tetapi sudah menjadi “masa kini”. Berangkat dari sini, tidaklah mengherankan jika Warner Bros memutuskan untuk merilis semua filmnya yang dijadwalkan tayang pada 2021 lewat layanan streaming HBO Max.

Apakah ini berarti film-film milik Warner Bros tersebut tidak akan tayang di bioskop? Well, bukan begitu. Film-film itu tetap bakal ditayangkan di layar lebar tetapi pada hari yang sama mereka juga akan bisa dinikmati lewat layanan streaming. Film-film yang dimaksud antara lain: “Matrix 4”, “Dune”, “Space Jam: A New Legacy”, dan “The Suicide Squad”.

Warner Bros sendiri bisa melakukan itu karena mereka merupakan anak perusahaan dari WarnerMedia yang juga membawahi HBO. WarnerMedia sendiri mengatakan bahwa kebijakan ini diambil karena mereka tahu pada 2021 mendatang “sebagian besar bioskop di Amerika Serikat belum bisa beroperasi dengan kapasitas penuh”.

Langkah WarnerMedia ini bakal dimulai dengan peluncuran “Wonder Woman 1984” pada 25 Desember mendatang. Selain di bioskop, film yang dibintangi Gal Gadot dan dibesut Patty Jenkins itu juga akan bisa langsung dinikmati di layanan streaming HBO Max.

Poster asli “Wonder Woman 1984”.

WarnerMedia tampak telah belajar dari “kesalahan” saat meluncurkan film arahan Nolan, “Tenet”, pada musim panas silam. Meskipun mendapatkan sambutan hangat dari media-media maupun pencinta film, “Tenet” gagal memenuhi harapannya di box office. Tercatat, film tersebut “cuma” menghasilkan 357 juta dolar AS. Padahal, biaya pembuatannya sendiri mencapai 200 juta dolar AS.

“Tenet” memang tidak membuat WarnerMedia merugi. Akan tetapi, jika bioskop beroperasi dengan kapasitas penuh, pendapatan yang diraih bisa jauh lebih besar. “Tenet” sendiri mendapatkan mayoritas pendapatannya dari penayangan di luar Amerika Serikat dan Kanada.

Nah, dengan kebijakan WarnerMedia yang akan menayangkan film-film Warner Bros di HBO Max itu, bagaimana pengaruhnya terhadap penonton yang ada di Indonesia?

Yang jelas, sejak pertengahan November kemarin, bioskop-bioskop sudah kembali dibuka di Indonesia. Namun, seperti halnya di Amerika, mereka belum beroperasi dengan kapasitas penuh. Mengingat buruknya penanganan pandemi di Indonesia, ada kemungkinan bioskop tetap akan buka dengan kapasitas terbatas, bahkan kembali ditutup, tahun depan.

Jika memang film-film Warner Bros bisa dinikmati lewat layanan streaming, itu bakal menguntungkan konsumen. Permasalahannya sekarang, layanan HBO Max sendiri belum ada di Indonesia. Sejauh ini, layanan streaming HBO yang tersedia di Indonesia barulah HBO Go. Tayangan yang ada di HBO Go tidaklah selengkap HBO Max.

HBO Max adalah platform streaming terbaru dari WarnerMedia yang diluncurkan pada 31 Juli 2020 lalu. Layanan ini dimaksudkan sebagai pelengkap bagi HBO Go dan HBO Now yang sudah lebih dahulu eksis. Untuk jangka panjangnya, HBO Max bakal menjadi satu-satunya layanan streaming milik dari HBO. Nantinya, HBO Go dan HBO Now bakal dihentikan, tetapi prosesnya belum selesai.

Tampilan HBO Go di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, pelanggan HBO Go belum bisa mengakses konten-konten HBO Max. “Friends”, misalnya, yang merupakan serial komedi terpopuler milik WarnerMedia, telah bisa diakses pengguna HBO Go di Amerika. Namun, di Indonesia “Friends” belum bisa ditonton via HBO Go. Artinya, ada kemungkinan film-film Warner Bros tidak bisa langsung dinikmati pelanggan HBO Go yang ada di Indonesia.

Namun, bukan berarti pula kenyataannya bakal seperti itu. Pasalnya, dalam proses integrasi dari HBO Go dan HBO Now ke HBO Max, WarnerMedia sudah pernah menayangkan konten-konten eksklusif HBO Max di HBO Go. Dengan kata lain, peluang pemirsa Indonesia untuk menikmati film-film Warner Bros via streaming belum tertutup.

Nah, kendati rencana WarnerMedia tadi bisa dibilang menguntungkan konsumen, tidak demikian dengan industri teater. Diberitakan CNN, pengumuman WarnerMedia tersebut telah membuat saham dua operator bioskop di Amerika, AMC dan Cinemark, mengalami penurunan lebih dari 15 persen.

Bos AMC pun sudah secara terbuka menyatakan ketidaksukaannya. “Jelas sudah bahwa WarnerMedia berniat mengorbankan keuntungan dari studio filmnya untuk membiayai HBO Max. Untuk AMC, kami akan berusaha sekuat tenaga agar tidak terus merugi. Kami akan berupaya secara agresif untuk melindungi bisnis kami,” ucapnya, dikutip dari Deadline.

Sejauh ini, belum ada tanggapan apa pun dari operator bioskop di Indonesia karena, memang, rencana WarnerMedia tadi baru akan benar-benar dijalankan di Amerika Serikat. Sepertinya, tanggapan para operator bioskop di Indonesia baru akan diberikan setelah kepastian untuk pasar Indonesia diberikan oleh sang empunya film.

Atas pengumuman WarnerMedia bahwa film-film Warner Bros rilisan 2021 bakal ditayangkan di HBO Max, kata kunci “HBO Max” sempat menjadi salah satu topik populer di Twitter. Hampir 20 ribu cuitan muncul dengan kata kunci tersebut hingga Jumat (4/12/2020) siang WIB.

Berita soal penayangan film Warner Bros di HBO Max.
Isu penayangan film Warner Bros di HBO Max disambut positif.

Akan tetapi, pemberitaan mengenai penayangan film Warner Bros di HBO Max ini belum benar-benar ramai di Indonesia. Sejauh ini baru ada 55 berita yang berhasil dilacak oleh Newstensity dan hanya 23 berita yang berasal dari media-media Indonesia. Sisanya merupakan berita dari media asing, termasuk The Wall Street Journal, Channel News Asia, dan The New York Times.

Semua media tersebut memberitakan hal yang sama. Yakni, bahwa film-film Warner Bros akan tayang di HBO Max diawali dengan “Wonder Woman 1984”, bahwa pengumuman WarnerMedia tersebut membuat industri bioskop terpukul, dan bahwa aksi WarnerMedia itu sudah direspons secara langsung oleh seorang pentolan industri bioskop.

Sejauh ini, sentimen positif menguasai dengan persentase 95% (52 artikel). Sementara, sentimen negatif cuma muncul dari tiga pemberitaan masing-masing dari The Jakarta Post, Detik, dan RRI. Ketiga media tersebut mengangkat sudut pemberitaan berbeda.

The Jakarta Post memberitakan kaitan antara pengumuman WarnerMedia dengan rubuhnya industri bioskop akibat pandemi, Detik mengangkat kecaman bos AMC terhadap manuver WarnerMedia, sementara RRI secara khusus memberitakan mundurnya penayangan “Wonder Woman 1984” di Jerman akibat masih belum beroperasinya bioskop.

Masih belum ramainya pemberitaan mengenai penayangan film Warner Bros di HBO Max ini, menurut Binokular, terjadi karena info yang sudah beredar belum memunculkan pengaruh langsung bagi audiens Indonesia. Sebab, detail-detail terkait memang hingga sekarang ini belum muncul, seperti apakah bioskop bakal buka di 2021 dan apakah HBO Max bakal segera diluncurkan secara resmi di Indonesia.

Binokular berpendapat, isu ini bakal terus berkembang, khususnya mendekati peluncuran “Wonder Woman 1984” nanti. Dari sanalah bisa diketahui apa yang akan terjadi dengan film-film Warner Bros dan HBO Max bagi para penonton Indonesia.

--

--

Yoga Cholandha
Binokular

I write about football, music, TV shows, movies, WWE, and maybe some other things.